Dongkrak Daya Beli, Pemerintah Diminta Awasi Penyaluran BLT Agar Tepat Sasaran

Padahal BLT merupakan stimulus perangsang pertumbuhnan ekonomi, yang awalnya kebutuhan konsumtif menjadi produktif.
Diskusi \\'Harga BBM berkeadilan Subsidi Tepat Sasaran\\'. (Foto: Tagar/Istimewa)

TAGAR.id, Jakarta - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pasti berdampak ke semua lapisan masyarakat khususnya di sektor ekonomi yang pasti akan diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.

Dewan Penasehat sekaligus Peneliti Senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Prof. Ali Munhanif mengatakan naiknya BBM dikarenakan membelokkan subsidi ke pembangunan infrastruktur, membangun pendidikan dan kesehatan lebih baik lagi. Mengingat bahwa BBM dapat membuat masyarakat terlena dan jauh dari kata mandiri.

“Selain itu, BBM yang disubsidi tidak sesuainya target yang diharapkan. Pembangunan infrastruktur agar pemerataan harga disetiap daerah,” ucapnya, yang diselenggarakan Harmoni Muslim Nusantara bertajuk 'Harga BBM berkeadilan Subsidi Tepat Sasaran' dikutip pada Selasa, 25 Oktober 2022.

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surya Vandiantara, Surya Vandiantara, menyebut bila sering terjadi mispersepsi seolah subsidi BBM digantikan BLT.

Padahal BLT merupakan stimulus perangsang pertumbuhnan ekonomi, yang awalnya kebutuhan konsumtif menjadi produktif.

“Kunci utama dalam meningkatkan ekonomi adalah memperbaiki produktifitas masyarakat dengan mengalihkan anggaran subsidi BBM. Untuk memperbaiki produktifitas masyarakat dapat dilakukan dengan membuat gardu listrik efisiensi anggaran diperkukan untuk meningkatkan produktivitas nasional,” jelas Surya.

Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Lutfi Hakim menilai apabila subsidi bbm dicabut, maka masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, dan menimbulkan daya beli masyarakat yang kurang sehingga akan terjadi efisiensi yang berdampak pada PHK karyawan yang akan dilakukan oleh perusahaan.

“BLT hanya didapatkan oleh masyarakat dalam beberapa bulan sedangkan dampak dari kenaikan BBM bisa bertahun-tahun dirasakan oleh masyarakat. Untuk itu, Pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat terkait subdisi BBM,” pintanya.

Adapun, Mantan Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono FX. Arief Poyuono, menjabarkan jika subsidi dikenal dari zaman orde baru dimana dahulu menjadi eksportir dan sekarang menjadi importir sepenuhnya. Menurutnya, strategi perekonomian Indonesia dapat tumbuh karena konsumsi bukan tumbuh karena produksi. Dimana dibutuhkannya konsumsi agar roda ekonomi berjalan.

“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana SDA yang keluar tetap seimbang dengan SDM yang ada. Bukan hanya infrastruktur yang dibangun, namun SDM yang ada juga harus berkembang.

Senada dengan Ali Munhanif, Arief Poyuono menili bahwa subsidi BBM disalurkan ke subsidi lainnya yaitu BLT (Bantuan Langsung Tunai). “Diharapkan dengan adanya BLT dapat tersalurkan sesuai dengan target,” pungkasnya.[] 

Berita terkait
Sambangi Maluku Utara, Presiden Jokowi Pastikan Penyaluran BLT BBM di Kawasan 3T Tidak Terkendala
Presiden Joko Widodo memastikan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk masyarakat penerima.
Presiden Jokowi Bagikan BLT BBM dan Bantuan Modal Kerja di Buton Selatan Sultra
Presiden Jokowi serahkan bantuan langsung tunai (BLT) bahan bakar minyak (BBM) di Kantor Pos Cabang Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sultra
Penyaluran BLT BBM dari Pemerintah Capai 95,9 Persen
Pemerintah terus menyalurkan berbagai bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat untuk menjaga daya beli masyarakat. Simak ulasannya.
0
Dongkrak Daya Beli, Pemerintah Diminta Awasi Penyaluran BLT Agar Tepat Sasaran
Padahal BLT merupakan stimulus perangsang pertumbuhnan ekonomi, yang awalnya kebutuhan konsumtif menjadi produktif.