Donald Trump Tekan Depkeh AS Agar Batalkan Kekalahannya

Dokumen baru menunjukkan Donald Trump menekan Departemen Kehakiman AS agar membatalkan kekalahannya dalam Pilpres 2020
Donald Trump berbicara kepada massa pendukungnya hanya beberapa saat sebelum berakhirnya jabatan sebagai Presiden AS, 20 Januari 2021 (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP).

Jakarta – Dalam minggu-minggu terakhir masa pemerintahannya, mantan Presiden AS, Donald Trump, dan para pembantunya menekan Departemen Kehakiman untuk menyelidiki keluhan tentang penipuan pemungutan suara yang tidak berdasar dan untuk membatalkan kekalahannya dalam pemilihan presiden. Hal ini terungkap berdasarkan sejumlah dokumen yang baru diterbitkan hari Selasa, 15 Juni 2021.

Hampir lima bulan setelah meninggalkan jabatannya, Trump masih berpendapat dirinya dicurangi dalam pemilihan presiden akibat penyimpangan proses pemungutan suara.

Menurut Komite Pengawasan dan Reformasi Dewan Perwakilan Rakyat AS, sebelum meninggalkan jabatannya, Trump, mantan Kepala Staf Gedung Putih, Mark Meadows, dan seorang pengacara pribadinya, Kurt Olsen, berusaha meminta Departemen Kehakiman untuk menyelidiki dugaan penyimpangan pemungutan suara, yang lusinan kasusnya sudah lebih dulu ditolak pengadilan.

Akan tetapi, lembaga itu, yang pada minggu-minggu terakhir pemerintahan Trump dipimpin oleh penjabat Jaksa Agung, Jeffrey Rosen, menolak segala tuntutan Trump.

Carolyn MaloneyCarolyn Maloney, Anggota DPR AS dari Partai Demokrat (Foto: voaindonesia.com/AP).

“Dokumen-dokumen ini menunjukkan bahwa Presiden Trump mencoba merusak badan penegak hukum negara kita dalam upayanya yang tak tahu malu untuk membalikkan hasil pemilu yang gagal ia menangkan,” kata Ketua Komite, Carolyn Maloney, anggota Kongres asal New York dari Partai Demokrat.

Trump mengajukan tuntutan itu bahkan setelah Jaksa Agung William Barr, yang kala itu telah mengajukan pengunduran dirinya, sudah menyimpulkan pada 1 Desember 2020 bahwa “hingga saat ini, kami belum melihat tindak penipuan dalam skala yang bisa mengubah hasil pilpres.” Barr meninggalkan jabatannya pada 23 Desember 2020 dan digantikan Rosen yang sebelumnya duduk sebagai wakilnya.

Dokumen-dokumen yang diterbitkan komite itu menunjukkan bahwa Trump, melalui seorang asisten, mengirim email kepada Jeffrey Rosen pada 14 Desember 2020 dengan lampiran berisi dokumen yang menyatakan terdapat kecurangan pemilu di Michigan utara – tuduhan yang telah dibantah dan ditolak oleh seorang hakim federal.

Jeffrey RosenJeffrey Rosen, Penjabat Jaksa Agung AS era pemerintahan Trump (Foto: Dok/voaindonesia/Reuters)

Dua minggu kemudian, Trump juga gagal meminta pengacara di Departemen Kehakiman untuk mengajukan gugatan hukum yang ditulis Olsen dengan Mahkamah Agung AS yang menyatakan bahwa perubahan undang-undang pemungutan suara yang dibuat negara bagian Georgia, Michigan, Wisconsin, Arizona, Nevada dan Pennsylvania untuk melonggarkan persyaratan pemungutan suara melalui pos selama pandemi Covid-19 adalah tindakan ilegal.

Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa tekanan Trump soal klaim-klaim kecurangan pemilu terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan aksi Meadows, kepala staf Gedung Putih, yang meminta Rosen untuk memeriksa teori-teori konspirasi tak berdasar lainnya mengenai pemilu.

Di atara teori-teori itu, menurut laporan New York Times, adalah sebuah klaim yang menyebut bahwa sejumlah orang yang terkait dengan kontraktor pertahanan Italia menggunakan teknologi satelit yang berbasis di Eropa untuk mengutak-atik peralatan pemungutan suara pemilu AS dari Eropa untuk mengalihkan suara dari Trump ke Joe Biden, yang memenangkan Pilpres AS 2020 dan dilantik 20 Januari 2021 lalu (rd/lt)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Joe Biden Resmi Jadi Pemenang Pilpres Amerika Serikat 2020
Kongres AS secara resmi mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden (Pilpres) 3 November 2020
Sidang Sertifikasi Hasil Pilpres Amerika Serikat Ditunda
Sidang sertifikasi hasil Pilpres AS dibatalkan setelah ribuan pendukung Presiden Donald Trump menyerbu gedung Kongres
Tidak Ada Bukti Kecurangan Pada Pilpres Amerika Serikat
Jaksa Agung AS, William Barr, mengatakan Departemen Kehakiman tidak menemukan bukti kecurangan pada Pilpres Amerika Serikat
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja