Ditonton Nyaris 10 Juta Kali dalam 8 Hari, Ada Apa dengan Film Tilik

Dalam delapan hari film Tilik ditonton nyaris 10 juta kali dan akan terus bertambah. Apa sih istimewanya film berdurasi 32.34 menit ini.
Bu Tejo dan Yu Ning dalam film Tilik. (Foto: YouTube/Ravacana Films)

Jakarta - Bu Tejo menjadi buah bibir di media sosial, berhari-hari siang malam dibahas dari segala sisi oleh netizen, dibicarakan tak henti-henti, status pendek-panjang tentangnya, dari yang serius sampai mengundang gelak tawa, bahkan dibuatkan meme. Saya pun akhirnya menelusuri film Tilik (Menjenguk) di YouTube Ravacana Films.

Film berdurasi 32.34 menit itu dibuat tahun 2018, diunggah di YouTube baru pada 17 Agustus 2020 dan menjadi viral. Hingga delapan hari kemudian, tepatnya 24 Agustus 2020, Pukul 05.13, telah ditonton 9.732.425 kali dan akan terus bertambah.

Wow... tidak heran banyak yang nonton, ternyata filmnya memang asyik banget, seru, keren, bikin ketawa. Dari ide cerita sampai teknis penggarapannya mantap. Perlu tiga kali nonton sampai mengerti semuanya, terang-benderang. Itu semua riil banget, realitas yang ada di masyarakat. Dialognya kuat dengan bahasa Jawa. Bagi yang tidak mengerti bahasa Jawa, bisa baca subtitle bahasa Indonesia dan Inggris.

Penulis naskah film tersebut, Bagus Bacep Sumartono, mengatakan sebagian besar pemeran dalam film Tilik adalah warga Desa Saradan, Dlingo, Bantul. Hanya satu pemeran aktris profesional, yakni Bu Tejo diperankan Siti Fauziah. Semua pemain memainkan peran dengan natural, seperti tidak sedang berada di depan kamera.

Setelah menonton film tersebut, mungkin Anda juga akan tercenung beberapa saat. Mengidentifikasi diri, apakah Anda satu kubu dengan Bu Tejo atau sebarisan dengan Yu Ning. Lantas apa pendapat Anda tentang Dian?

Bahagia banget lihat film Indonesia yang bagus.

Film TilikIbu-ibu naik truk dalam perjalanan menuju rumah sakit, mau tilik (menjenguk) Bu Lurah. (Foto: YouTube/Ravacana Films)

Seru juga komentar para netizen di Facebook, di antaranya Elberthiene Endah menulis:

"Nonton film Tilik, aku enggak hanya mentok di Bu Tejo. Film ini menakjubkan. Dalam durasi 32 menit, aku enggak mau kehilangan satu detik pun. Kenapa? Seluruh tampilan film ini ciamik banget. Skrip yang apik. Dialog yang lincah, akting yang luar biasa natural, bahkan juga para figuran berperan dengan baik kayak enggak ada kamera. Dan pengambilan gambar yang passs banget. Ada yang dramatisasinya makin kuat karena pengambilan gambar jarak jauh. Bahkan kamera diam saja, membiarkan kekuatan dialog dari jauh yang menguasai. Film ini matang banget dari sisi premis, penggarapan, dan editing akhir.

Bahagia banget lihat film Indonesia yang bagus.

Pesan moralnya kuat. Tilik menyajikan wajah masyarakat kita. Mudah hingar bingar oleh isu (buruk). Doyan mengolahnya dan riuh bergunjing. Senang menguliti urusan pribadi orang. Mereka yang cenderung positif sulit mendapat tempat. Energi gosip lebih berkuasa. Fitnah dan kebenaran batasnya tipis.

Lalu siapa yang benar? Yang gosip atau yang positif? Tokoh Dian dan Pak Lurah adalah gong yang meledek kita, bahwa di atas pikiran negatif dan positif, orang-orang tertentu asoi dengan segala agenda tersembunyi mereka."

Gustaaf Kusno Prabudi menulis, "Kesan saya, film ini memang apik. Dan menangkap fenomena sosial di masyarakat yang gemar bergosip. Ngomongi alias ngerasani wong. Mirip-mirip hoaks di medsos, meskipun tidak sama persis. This is quite true. Kita semua adalah tukang gosip yang sudah mendarah-daging. Sudah jadi second nature kita. Wkwkwk."

Agus Amarullah menulis, "Banyak yang gak sadar kalau film Tilik itu melecehkan Islam. Menyamakan masjid dengan SPBU sebagai tempat mampir buang air kecil."

Kerudung dan non-kerudung yang digambarkan di Tilik itu sangat natural, dan merupakan pemandangan yang memang sangat normal.

Film TilikIbu-ibu melawan Pak Polisi dalam film Tilik, ada yang merekamnya dengan kamera video. (Foto: YouTube/Ravacana Films)

Iqbal Aji Daryono menulis catatan berjudul Jilbab Tilik:

"Mereka yang pada kritis-kritis itu juga menyoroti jilbab dalam film Tilik. Kata mereka, ada stereotip yang ditimpakan kepada perempuan tak berjilbab, dengan kemunculan Dian yang tidak berjilbab yang mereka anggap diposisikan sebagai "cewek nakal".

Saya rasa, mereka yang kritis-kritis itu cuma enggak paham sosiologi masyarakat Mbantul dan desa-desa lainnya saja.

Gini lho, Brow, tak kasih tahu. Sejak sekian dasawarsa terakhir, ada pergeseran makna dan peran sosial jilbab-kerudung di desa-desa. Kerudung tidak serta-merta bisa dilihat sebagai ekspresi religiositas. Bedakan dengan jilbab panjang, atau belakangan pemakainya lebih suka menyebutnya sebagai hijab.

Jilbab-kerudung itu sekarang menjalankan peran sebagai kostum kepantasan pada umumnya, bagi ibu-ibu. Ibu-ibu beda dengan gadis-gadis lho. Gadis-gadis macam Dian masih pada bebas enggak kerudungan, tapi ibu-ibu secara umum pakai kerudung untuk acara semi-formal.

Ini sekali lagi bukan 100 % terkait ketaatan beragama. Ibu-ibu yang sehari-harinya enggak pakai kerudung saat belanja sayur, saat menyapu halaman rumah, atau saat menyuapi anak di pos ronda, bahkan ibu-ibu yang tidak menjalankan praksis keagamaan (gampange: enggak salat) pun bisa jadi pada pakai kerudung kalau pergi nyumbang orang punya hajat, tilik bayi, atau tilik orang sakit kayak Bu Tejo cs. itu.

Jadi kalau saya sih melihat kerudung dan non-kerudung yang digambarkan di Tilik itu sangat natural, dan merupakan pemandangan yang memang sangat normal. Bahkan kejauhan kalau sampai melihat kerudung yang dipakai para ibu di bak truk tersebut sebagai efek gencarnya gelombang "islamisme" belakangan ini.

Di situlah pentingnya melihat Mbantul sebagai Mbantul. Melihat desa sebagai desa, bukan melulu dengan kacamata kelas menengah Jakarta. Bhaaaa."

Film Tilik menjadi sangat dibicarakan. Anda akan tercengang melihat ibu-ibu mengeroyok Pak Polisi. Anda sudah nonton? Apa pendapat Anda? Apakah ada yang mengganggu pikiran Anda dalam film tersebut? []

Berita terkait
Plot Cerita Film Benyamin Biang Kerok 2
Film Benyamin Biang Kerok 2 siap tayang di Disney+ Hotstar mulai 15 September 2020 mendatang.
Film Tilik, Gambaran Politik Indonesia Saat Pilpres
Cerita Bagus Bacep Sumartono, penulis naskah film Tilik yang viral, ditonton sampai delapan juta kali dalam waktu hanya tujuh hari.
Alasan Bu Tejo dan Adhisty Zara Trending di Twitter
Nama Bu Tejo dan Adhisty Zara sukses menjajaki trending topic di media sosial Twitter Indonesia sepanjang Rabu hingga Kamis, 19-20 Agustus 2020.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.