Jakarta - Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai orang nomor satu di Jepang. Hal tersebut disampaikan politikus 65 tahun itu melalui pidatonya pada Jumat, 28 Agustus 2020.
Dalam kesempatan tersebut, Abe mengumumkan beberapa faktor yang menjadi pertimbangannya sebelum akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri, salah satunya karena masalah kesehatan.
Sosok di balik kebijakan ekonomi bertajuk "Abenomics" itu mengaku penyakit kolitis ulseratif atau radang usus besar yang sudah lama dideritanya kembali kambuh pada Juni 2020 lalu dan mengakibatkan terganggunya sejumlah aktivitas politiknya.
"Selama delapan tahun, saya mengendalikan penyakit kronis ini tanpa masalah. Saya tetap fokus pada pekerjaan saya sebagai perdana menteri setiap hari," ujar Abe mengutip Channel News Asia.
"Saya memakai segala usaha. Namun, pada Juni tahun ini, saya melakukan check-up regular dan melihat pertanda kemunculan penyakitnya," tuturnya.
Selama periode kedua masa kepemimpinan Abe, kondisi kesehatannya sempat membaik. Namun, beberapa bulan terakhir, penyakit tersebut kembali menyerangnya. Bahkan, Abe dilaporkan telah dua kali memeriksakan kondisi kesehatannya di Rumah Sakit Keio, Tokyo, yaitu pada 17 dan 24 Agustus 2020.
Sejak divonis menderita radang usus, Abe mengaku rutin mengonsumsi obat. Namun, pada check-up terakhir, telah dikonfirmasi bahwa Abe harus fokus pada pengobatannya.
"Untuk mendapatkan hasil [pengobatan], saya melakukan pemberhentian pada pekerjaan saya sebagai perdana menteri. Saya harus bertarung melawan penyakit ini dan dirawat. Saya tidak dalam kondisi sempurna dalam hal kesehatan, dan saya mesti harus membuat keputusan politik yang penting," katanya.
Dalam pidato tersebut, Abe menuturkan tidak siap apabila harus memenuhi tanggung jawabnya sebagai PM di tengah kondisi kesehatannya yang menurun. Untuk itu, Presiden Liberal Democratic Party (LDP) tersebut meminta maaf dan berterima kasih kepada rakyat Jepang atas kesempatan yang telah diberikan untuk dapat berkontribusi untuk negaranya.
"Saya membuat penilaian bahwa saya seharusnya tidak melanjutkan pekerjaan saya sebagai perdana menteri. Saya memutuskan untuk turun sebagai perdana menteri," ucapnya. []