Untuk Indonesia

Denny Siregar: PDIP Gerindra Makin Rapat, Demokrat Resah

Kongres ke 5 PDIP di Grand Inna Bali Beach berlangsung meriah, PDIP Gerindra makin rapat, Demokrat resah. Tulisan opini Denny Siregar.
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama Wakil Presiden Yusuf Kalla (kiri), Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri (ketiga kiri), Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin (kedua kanan) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, hadir pada pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Kamis (8/8/2019). (Foto: Antara/Nyoman Budhiana)

Oleh: Denny Siregar*

Kongres ke 5 PDIP di Grand Inna Bali Beach berlangsung meriah..

Di sana kumpul banyak tokoh nasional, mulai dari Presiden RI Joko Widodo sampai Basuki Tjahaja Purnama. Kabarnya kongres ini akan memutuskan mengangkat kembali Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umum PDIP.

Menarik ketika dalam kongres itu Prabowo Subianto kemudian hadir. Ini seperti mengingatkan kembali koalisi lama PDIP Gerindra tahun 2009 yang kemudian memutuskan Megawati dan Prabowo Subianto menjadi Capres dan Cawapres.

Tapi tunggu, ada yang tidak hadir. Siapa ? Ow, SBY ternyata.

Penasaran juga, kenapa Prabowo diundang sedangkan SBY tidak. Padahal sebelumnya Demokrat sudah memberi tanda akan merapat ke partai koalisi saat Jokowi sudah dipastikan menang Pilpres 2019.

Patah hatiku jadinya.. Merana berputus asaa.

Jawaban diplomatis tentu bahwa PDIP hanya mengundang partai koalisi saja ke acara Kongresnya. Jawaban sebenarnya adalah PDIP sebenarnya kurang suka dengan gaya SBY.

Jejak pada saat sebelum pencalonan Capres dan Cawapres 2019, SBY termasuk yang paling getol melobby Jokowi supaya AHY bisa jadi Cawapres. Tetapi Jokowi menolak. Kalau SBY mau koalisi, kursi Menteri akan disediakan untuk AHY.

Kabarnya pada waktu itu SBY sudah setuju. Mereka berjabat tangan, meski Megawati meragukan komitmen SBY. Dia sangat kenal siapa SBY. Eh, benar juga. Tidak lama habis ketemu Jokowi, SBY meluncur ketemu Prabowo dan menawarkan AHY menjadi Cawapres Prabowo.

Disini Mega dikabarkan marah besar. "Tuh kan, apa gua bilang ?? Orang ini gak bisa dipercaya !!" Sejak itu Mega tidak membolehkan Demokrat masuk koalisi. Padahal beberapa menit sebelum pengumuman KH Ma'ruf Amin sebagai Cawapres Jokowi, dikabarkan utusan SBY datang ke restoran Pelataran, tetapi Mega mengatakan, "Sekali nehi, tetap nehi !!"

Mega lebih senang dengan gaya Prabowo. Jelas dan tegas. Kawan ya kawan, lawan ya lawan. SBY gak bisa dijaga, sangat oportunis. Dan ketika Jokowi sudah jelas jadi pemenang, Demokrat pun merapat. Tentu dengan harapan AHY bisa jadi Menteri.

Itulah kenapa bagi PDIP, pintu koalisi dengan Demokrat seperti tertutup. Lagian suara Demokrat juga kecil, cuman 9,4 persen. Kurang bergengsi dibandingkan Gerindra yang 13,6 persen.

Tentu SBY sedang menonton kongres PDIP dari dalam rumah mewahnya. Mungkin beliau mengambil gitar dan mulai menyanyikan lagu Rahmat Kartolo yang fenomenal, "Patah hatiku jadinya.. Merana berputus asaa.."

Sedangkan AHY masih menunggu langkah sang bapak yang berjanji akan menjadikannya Menpora..

Seruput kopinya..

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.