Denny Siregar: Filosofi Kampret dan Penghina Risma

Warga Surabaya marah dan meminta polisi menangkap penghina Tri Rismaharini. Filosofi Kampret dan Penghina Risma. Tulisan Denny Siregar.
Kampret atau kelelawar tidur dengan posisi terbalik. (Foto: Pixabay/Jochemy)

"Anjirrrrr... asli ngakak abis... nemu nih foto sang legendaris kodok betina," begitu status sebuah akun wanita dengan foto profil memakai jilbab, bernama Zikria Djatil. Di bawah status itu ada foto Bu Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya sedang duduk.

Sontak warga Surabaya marah dan menuntut pemilik akun itu meminta maaf. Tapi akun itu malah dihapus. Pemerintah Kota Surabaya pun bergerak cepat dengan melaporkan akun itu ke kepolisian.

Entah kenapa, ada kebiasaan beberapa orang untuk selalu menghina.

Hari ini ada kabar bahwa pemilik akun itu sudah berhasil ditangkap. "Dari Jawa Barat," kata polisi. Masih ditunggu perkembangan benarkah akun itu asli atau hanya memakai foto seseorang.

Entah kenapa, ada kebiasaan beberapa orang untuk selalu menghina, bahkan melontarkan ujaran kebencian. Mereka sih ngomongnya "kritik". Tapi yang disebut kritik oleh mereka, bukan pada kebijakan, melainkan pada sosok seorang dengan sebutan buruk. Jelas itu bukan kritik, tapi penghinaan.

Bisakah mereka dituntut? Bisa. Asal yang merasa dihina melaporkan. Di kasus Surabaya itu, Bu Risma atas nama Pemkot Surabaya yang melaporkan. Berbeda dengan Presiden dan Wapres, mereka tidak perlu melaporkan penghinaan karena ada hak istimewa sebagai simbol negara.

Yang heran, orang-orang ini tetap enggak pernah paham, mana kritik dan mana menghina. Sama seperti tidak pahamnya mereka mana pelajaran menyanyi dan mana matematika. Semua sama-sama pelajaran. Pantas, banyak dari mereka yang masuk penjara.

Kalau sudah kejadian, kemudian merasa menjadi korban politik. Kayak Jonru dulu, yang sama sekali enggak sadar sudah menghina ibunda Presiden. Malah merasa dia sedang perang melawan rezim. Mungkin karena jenggotnya kepanjangan, jadi otaknya tertarik ke bawah.

Itulah kenapa mereka dulu dinamakan kampret. Dan seharusnya mereka paham, bahwa sepandai-pandainya kampret akhirnya tidurnya terbalik juga.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

*Tulisan ini sebelumnya sudah di-publish di laman Facebook Denny Siregar dengan judul Kampret

Baca juga:

Berita terkait
Habis Cebong-Kampret, Muncullah Kadrun
Cebong dan kampret popularitasnya surut seiring Pilpres 2019 usai. Popularitas digantikan Kadrun, yang marak membanjiri dunia maya. Siapa Kadrun?
Jokowi-Prabowo Bertemu, Cebong-Kampret Jadi Masa Lalu
Saat berfoto dengan latar Monas, ada yang mengangkat jari jempol, juga dua jari. Apa itu selalu artinya mendukung Jokowi atau Prabowo?
Foto: Meme Cebong dan Kampret Telah Musnah
Pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, menjadi perbincangan hangat warganet di media sosial.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.