Ciptakan Pilgub Tanpa Hoaks KPU Jepara Jagong Bareng PWI Jepara

Untuk mencegah beredarnya berita-berita hoaks menjelang Pemilihan Gubernur Jateng 27 Juni mendatang KPU Jepara ajak Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jepara jagong (kumpul) bareng di Joglo Alit Pemda Jepara, Kamis (31/5) malam.
Anggota KPUD Jepara Subchan Zuhri bersama sejumlah awak media menggelar diskusi yang bertemakan Pilgub Becik Tanpa Hoaks Pilgub Nyenengke Tanpa Kekerasan, Kamis (31/5) malam. (Alf)

Jepara (Tagar 1/6/2018) - Bahaya hoaks yang berkembang saat ini menjadi polemik sehingga sering menjadi bahan diskusi. Banyaknya media sosial membuat orang dengan mudah menyebarkan berita yang belum tentu ada kepastian kebenarannya. 

Oleh karena itu, untuk mencegah beredarnya berita-berita hoaks menjelang Pemilihan Gubernur Jateng 27 Juni mendatang KPU Jepara ajak Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jepara jagong (kumpul) bareng di Joglo Alit Pemda Jepara, Kamis (31/5) malam.

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jepara, Budi Santoso mengatakan perkembangan informasi saat ini semua orang dapat memberikan informasi melalu media sosial Facebook, Twitter, WhatsApp, instagram, ataupun melalui media sosial  lainya. 

Karenanya untuk mencegah beredarnya berita hoaks saat Pilgub mendatang seorang wartawan harus dapat membedakan informasi-informasi yang didapat agar tidak menjadi berita hoaks.

"Dengan jagong bareng bersama KPU Jepara ini diharapkan media dan juga nara sumber membangun komunikasi dengan baik. Teman-teman wartawan diharapkan dapat mengecek kebenaran informasi yang diperoleh dan konfirmasi dengan nara sumber sebelum menyebarkan berita tersebut," ungkap Budi.

SARA di Pilkada DKI
Anggota KPUD Jepara, Subchan Zuhri mengatakan adanya hoaks dalam moment Pilgub ataupun Pileg 2019 mendatang dapat mengancam perpecahan di dalam masyarakat. Karenanya dia berharap media dan jurnalis harus dapat memberikan informasi secara benar dan menjauhkan berita-berita yang berisi isu sara serta berita provokatif.

"Saya berharap teman-teman media dapat memberikan pengertian kepada seluruh masyarakat terhadap bahayanya berita hoaks. Terutama informasi yang bersifat provokatif yang dapat menyebabkan perpecahan," harapnya.
Berita hoaks, tambahnya, dapat memicu kekerasan dan perpecahan di dalam masyarakat. 

"Contoh saja saat Pilkada DKI dimana isu sara dan tidak benar digunakan untuk kepentingan politik. Sebagai media harus dapat membentengi dari berita-berita hoaks", jelasnya.

Praktisi Media, Hadi Priyanto menjelaskan masyarakat Jepara saat ini masih mudah terpengaruh oleh berita-berita hoaks melalui media sosial whatsapp. Bahkan berita tersebut kembali disebarkan melalui komunitas-komunitas di WhatsApp.

"Yang membuat berbahaya dalam konteks Pemilu dalam memilih salah satu calon Pilkada masih dapat dipengaruhi oleh berita-berita hoaks. Sebagai solusinya masyarakat desa harus dapat menyaring informasi yang diperoleh sebelum kembali menyebarkan berita itu kembali," kata Hadi. (alf)


Berita terkait