CIFOR Teliti Efektifitas Restorasi Lahan Gambut Riau

CIFOR meneliti kondisi lahan gambut di Riau untuk pemantauan jangka panjang pada dinamika sirkulasi karbon lahan gambut yang sebelumnya terbakar.
Sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional atau CIFOR meneliti kondisi lahan gambut di Desa Tanjung Leban Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (16/5). CIFOR meneliti plot permanen di tiga tutupan lahan yang berbeda untuk pemantauan jangka panjang pada dinamika sirkulasi karbon lahan gambut yang direstorasi melalui penanaman dan pembasahan kembali, pada kawasan gambut yang sebelumnya terbakar. (Foto: Ant/FB Anggoro/foc)

Pekanbaru, (Tagar, 17/5/2017) - Pusat Penelitian Kehutanan Internasional atau CIFOR meneliti kondisi lahan gambut di Desa Tanjung Leban Kabupaten Bengkalis, Riau, untuk pemantauan jangka panjang pada dinamika sirkulasi karbon lahan gambut yang sebelumnya terbakar dan telah direstorasi melalui penanaman dan pembasahan kembali.

“Penelitian akan berlangsung selama tiga sampai lima tahun, dengan mengukur sejumlah parameter di tiga plot pengamatan yang berbeda,” kata Ilmuwan Utama CIFOR Prof. Daniel Murdiyarso, PhD di Desa Tanjung Leban, Rabu (17/5).

Ia menjelaskan terdapat plot permanen di tiga tutupan lahan yang berbeda, yakni di hutan campuran, kelapa sawit dan tanaman karet. Lokasinya berada di lahan milik warga yang sebelumnya sempat terbakar. Lahan tersebut memiliki kedalaman gambut berkisar lima hingga delapan meter. Parameter yang diamati meliputi cadangan karbon, kedalaman gambut, fluktuasi muka air, produk primer neto (NPP), dan perubahan elevasi permukaan. CIFOR memasang sejumlah peranti penelitian sejak bulan Februari 2017, dengan melibatkan dosen dan mahasiswa Universitas Riau serta masyarakat setempat.

Restorasi gambut melalui pembasahan dan revegitasi tetap akan sulit mengembalikan lahan gambut seperti kondisi awal sebelum rusak. Meski begitu, konservasi lahan gambut bukan semata untuk objek tontonan, melainkan pemanfaatannya perlu memastikan gambut tidak dikeringkan agar tidak merusak fungsinya dan tidak rentan terbakar.

Muhammad Nur, warga pemilik lahan, mengatakan, kondisi lahannya secara kasat mata jadi lebih baik setelah direstorasi dengan menyekat kanal bantuan dari UNDP pada 2015. “Sebelumnya lahan ini ditanami kelapa sawit dan terbakar hebat pada 2008 dan setelah itu kebanjiran sampai empat bulan, jadi tidak bisa digunakan lagi untuk menanam sawit,” ujarnya. (Rif/Ant)

Berita terkait
0
Patung Dewa Hindu Asal Kamboja Dipamerkan di Amerika
Hampir 1.500 tahun lalu, sebuah patung monumental Dewa Krishna dalam agama Hindu diukirkan pada gunung suci Phnom Da di Kamboja selatan