Cerita Jakarta: Wiyogo Atmodarminto, Perintis JORR Penggemar Mie Pinggir Jalan

Di awal kepemimpinannya, dia memutuskan untuk menerapkan konsep BMW: Bersih, Manusiawi, Berwibawa di Jakarta. Ia menerapkan kerja sama pengelolaan sampah antara pemerintah dan swasta.
Bang Wi yang memindahkan Pekan Raya Jakarta dari Monas ke Kemayoran. Lalu, memindahkan Terminal Cililitan ke Kampung Rambutan juga pengembalian kelestarian Ciliwung. (Wikipedia)

Jakarta, (Tagar 30/7/2018) – Letnan Jenderal purnawirawan Wiyogo Atmodarminto, lahir di Yogyakarta, 22 November 1922 dan meninggal di Jakarta, 19 Oktober 2012 pada umur 89 tahun. Saat menjadi gubernur, ia akrab disapa dengan panggilan Bang Wi. Dia menjabat Gubernur Jakarta periode 1987–1992.

Sebelumnya, ia bertugas sebagai Duta besar RI untuk Jepang. Wiyogo pernah menjabat Panglima Kowilhan II (1981–1983) dan Panglima Kostrad (1978–1981).

Wiyogo merupakan salah satu pelaku sejarah pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta.

BMW
Pada masa kepemimpinannya ia secara rutin berkunjung ke berbagai tempat di Jakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang terbuka dan bersikap disiplin. Di awal kepemimpinannya, dia memutuskan untuk menerapkan konsep BMW: Bersih, Manusiawi, Berwibawa di Jakarta.

Ia menerapkan kerja sama pengelolaan sampah antara pemerintah dan swasta. Ia juga menertibkan penyimpangan bangunan. Bang Wi pernah memerintahkan membongkar bangunan baru di kompleks pertokoan Tanah Abang karena dianggap tak memiliki izin mendirikan bangunan.

Di zamannya, berhasil direalisasikan sejumlah program, diantaranya, pembebasan kawasan becak, swastanisasi kebersihan, pembangunan jalan lingkar luar (outer ring road), perbaikan jalur kereta api, pembangunan dan perluasan jalan arteri, jalan layang dan underpass.

Selain itu, dicatat Wikipedia,  Bang Wi juga yang memindahkan Pekan Raya Jakarta yang semula diselenggarakan di Monas ke Kemayoran. Lalu, memindahkan Terminal Cililitan ke Kampung Rambutan juga pengembalian kelestarian Ciliwung.

Cucuku Guruku
Wiyogo Atmodarminto meninggal dunia pada usia 89 tahun di Rumah Sakit MMC Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, sekitar pukul 20.15 WIB, Jumat 19 Oktober 2012. Mantan Pangkostrad ke 10 (1978-1980) itu, meninggal akibat penyakit tua dan beberapa komplikasi penyakit yang diderita sudah cukup lama. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Menurut menantunya, Giwo Rubianto Wiyogo, semasa hidupnya Bang Wi sangat dekat dengan cucunya. Mereka sering nonton bola bersama. Tak hanya itu, tokoh dari zaman perjuangan itu juga masih menyempatkan dirinya untuk belajar teknologi, mempelajari gadgetnya, smart phonenya pada kedua cucunya. “Ia bahkan tak malu berguru kepada Adito Wirbianto dan Ardi Amandianto,” jelasnya.

Mantan Gubernur Sutiyoso punya kenangan tersendiri terhadap pendahulu dan seniornya di militer itu. Dari Merdeka, Sutiyoso bertutur, Wiyogo adalah sosok yang merakyat, sederhana, senang seni dan tarik suara. Sutiyoso bercerita, ketika masih berpangkat letnan, Sutiyoso sering dikontak malam-malam sekedar untuk menemaninya makan bakmie di pinggir jalan.

Bang Yos, panggilan Sutiyoso saat menjabat gubernur, pun mengakui, seniornya itulah yang mencalonkan dirinya untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta di kemudian hari.

Saat terpilih menjadi gubernur Jakarta, Bang Wi juga menelponnya, “Cuma minta ditemani naik harley,” kenangnya. [o]

Berita terkait