Buntut Penolakan Kehadiran Tim Israel Bikin Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20

Gubernur Wayan dan Gubernur Ganjar berlaku diskriminatif yaitu mengabaikan derita umat manusia terkait dengan agresi dan invasi
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali, berharap seluruh komponen masyarakat mendukung perjuangan Timnas Indonesia pada ajang Piala Dunia U-20. Hal ini mengingat ajang tersebut tinggal 100 hari lagi. (Foto: bagus/kemenpora.go.id)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

TAGAR.id – Agaknya, dua petugas (meminjan terminologi Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri) PDIP ini, yaitu: Gubernur Bali, I Wayan Koster, dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, tidak objektif melihat peta perpolitikan dunia terkait denga aspek agama dan kemanusiaan.

Hal itu membuat Gubernur Wayan dan Gubernur Ganjar berlaku diskriminatif yaitu mengabaikan derita umat manusia selain Palestina terkait dengan agresi dan invasi yang juga melanggar hak asasi manusia (HAM).

Politisasi sepakbola yang dilakukan Gubernur Wayan dan Gubernur Ganjar berbuah pahit yaitu FIFA membatalkan Indonesia jadi tuan rumah perhelatan putaran final Piala Dunia U-20.

Gubernur Wayan dan Gubernur Ganjar menyebut Israel menjajah Palestina. Ini tidak akurat karena Palestina bukan negara sehingga tidak ada wilayahnya yang dijajah Israel.

Sampai sekarang Palestina baru diakui sebatas bangsa karena mereka tidak mempunyai wilayah otonom yang merupakan salah satu syarat bisa disebut sebagai negara.

Maka, ketika Wayan dan Ganjar menyebut Palestina dijajah Israel, jelas keliru karena wilayah-wilayah yang diduduki oleh Israel merupakan wilayah yang mereka rebut dari Liga Arab, dipimpin Mesir, karena menang pada perang tahun 1967.

Wilayah tersebut adalah Kota Tua Yerusalem (Yordania) dan Dataran Tinggi Golan (Suriah). Ini jelas sebelumnya bukan wilayah Palestina. Dalam perang yang disulut Liga Arab itu akhirnya Israel juga merebut Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza serta Tepi Barat.

logo u20 indonesiaEmblem atau logo Piala Dunia U-20 tahun 2023 sedianya akan digelar di Indonesia (Foto: kemenpora.go.id)

Kalau kemudian Israel menguasai wilayah-wilayah tersebut yang dihuni warga Palestina, maka persoalan bukan pada Israel tapi Liga Arab yang angkat senjata melawan Israel.

Dalam peperangan yang menang akan menguasai wilayah yang direbutnya, kalau saja kita objektif melihatnya maka Mesirlah yang sejatinya harus bertanggung jawab.

Kalaupun kemudian Presiden Soekarno mendesak kemerdekaan Palestina, persoalannya adalah Palestina tidak mempunyai wilayah otonom. Bagaimana bisa sebuah bangsa merdeka di Tanah Air negara lain.

Sama saja dengan gerakan-gerakan separatis di Indonesia yang memaksakan kehendak mendirikan negara sendiri tentu saja akan berhadapan dengan hukum.

Terkait dengan sebutan agresi terhadap pemeluk agama, maka China jauh lebih agresif menindas kaum minoritas Islam Uighur di Xinjiang yang juga melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Paling tidak ada 50 negara di dunia, mayoritas negara nonmuslim, yang mengecam tindakan China. Indonesia dan negara-negara Islam Teluk menolak tuduhan penindasan China terhadap Uighur.

Baca juga: 50 Negara Kecam China karena Melanggar HAM Terhadap Minoritas Uighur

Nah, kalau saja Gubernur Wayan arif dan bijaksana, maka sejatinya dia menolak turis China karena sama seperti Israel yang dikatakan menjajah Palestina. Tapi, Bali dengan tangan terbuka dan pelukan mesra menyambut turis China. Hal yang sama terjadi di Jateng.

Jika dilihat dari aspek kehidupan manusia perlakuan Rusia terhadap rakyat Ukraina jauh lebih biadab daripada yang dialami rakyat Palestina.

Secara empiris Rusia melakukan invasi** ke Ukraina yang tidak dibalas dengan maklumat perang. Ukraina hanya sebatas mempertahankan diri, sebaliknya Israel juga sama yaitu menghadapi tekanan dunia yang mengabaikan fakta serta perlakuan kelompok-kelompok garis keras di Palestina dan Arab.

Tapi, dengan lapang dada Gubernur Wayan menerima turis Rusia. Bahkan, turis Rusia berulah di Bali yang merusak sendi adat. Namun, Gubernur Wayan tutup mata atas invasi Rusia dengan tetap membuka pintu bagi turis Rusia. Hal yang sama terjadi juga di Jateng.

Selama negara-negara Arab yang didukung negara-negara lain terus menekan Israel tanpa melihat latar belakang permasalahan, maka selama itu pula dunia juga tidak akan sepenuhnya membela Palestina.

Yang ironis, setelah kalah perang 1967 yang dilanjutkan perang 1973 Mesir justru menarik dari dari persoalan Palestina.

Padahal, pemicu perang adalah Mesir. Maka, kalau saja negara-negara Arab dan negara-negara pendukung Palestina lebih arif, maka perlu jalan tengah yaitu proses perdamaian yang melibatkan semua negara yang terlibat langsung.

Tapi, selama ini upaya-upaya damai hanya menohok Israel sehingga yang terjadi hanya konflik berkepanjangan yang kemudian jadi riuh karena dibalut dengan agama.

Ahli-ahli hukum internasional bisa dilibatkan dengan penengah PBB terkait dengan pengembalian wilayah yang direbut Israel pada perang 1967.

Langkah ini bisa berhasil kalau ada bukti Palestina tidak terlibat pada perang tesebut dan mereka memang menguasai wilayah itu (dari berbagai sumber). []

* Syaiful W. Harahap adalah Redaktur di Tagar.id

**(KBBI: hal atau perbuatan memasuki wilayah negara lain dengan mengerahkan angkatan bersenjata dengan maksud menyerang atau menguasai negara tersebut; penyerbuan ke dalam wilayah negara lain).

Berita terkait
Fenomena Penolakan Timnas Israel di Putaran Final Piala Dunia FIFA U-20
Turnamen ini jadi perhatian luas di Indoneia bukan karena olahraga yang paling digemari tapi karena ada Israel