Budaya Orang Batak Selaras dengan Isi 4 Pilar MPR

Masyarakat Danau Toba dapat menerapkannya untuk mensukseskan pariwisata.
Anggota DPR RI Jhonni Allen Marbun melakukan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Pelataran Horas Kita Desa Panampangan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir (3/2/2019) yang dihadiri oleh ratusan warga masyarakat dari berbagai desa di Kabupaten Samosir. (Foto: Tagar/Wesly Simanjuntak)

Medan, (Tagar 13/2/2019) - Anggota MPR Fraksi Partai Demokrat, Jhoni Allen Marbun, melakukan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Pelataran Horas Kita, Desa Panampangan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

Kegiatan politikus yang akrab disapa dengan "Anak Guru dari Desa" itu dihadiri oleh ratusan warga dari berbagai desa di Kabupaten Samosir.

Di hadapan warga masyarakat, Jhoni Allen Marbun menjelaskan sejak dahulu budaya orang Batak selaras dengan apa yang terdapat dalam empat pilar MPR. Menurutnya, masyarakat Batak adalah masyarakat yang Pancasilais.

"Hal ini dapat kita lihat dimana Suku Batak sejak dahulu telah Percaya kepada Tuhan atau "Mula Jadi Nabolon," menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang dituangkan dalam konsep "Dalihan Natolu (somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu)," kata Jhoni Allen Marbun kepada Tagar News beberapa waktu lalu.

"Gemar membentuk persatuan atau "Punguan-punguan", mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan yang dapat dilihat dalam acara "Martonggo Raja", dan memperjuangkan kesejahteran bersama melalui pola "marsiadapari" atau gotong royong," urainya.

Jhoni Allen Marbun menambahkan, ada beberapa perubahan nilai yang terjadi dalam masyarakat Batak  saat ini, baik di kampung halaman maupun perantauan. Hal itu mengacu perkembangan zaman atau lainnya.

"Kita berharap para tetua adat dapat berperan untuk mengembalikan keluhuran budaya kita
ke arah yang semestinya sebagaimana yang telah digariskan oleh nenek moyang orang Batak. Pada prinsipnya Budaya Batak relevan dengan empat Pilar MPR RI dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara," katanya.

Alumni IPB Bogor ini mengungkapkan sejak dahulu masyarakat Batak sangat menghargai perbedaan dan terbuka. Hal ini dapat kita lihat dalam setiap  acara adat baik yang skala kecil dan skala besar, dengan kesadaran orang Batak senantiasa mempersiapkan makanan untuk "Parsubang".

"Masyarakat Batak juga sangat terbuka terhadap perbedaan etnis, hal ini bisa kita lihat dari ritus mengangkat anak yang disebut "mangain". Keterbukaan orang Batak dalam mengangkat anak kemudian berkembang setelah ada pernikahan antar etnis. Di mana sebelum terjadi pernikahan, si calon non Batak ditabalkan kepada keluarga terdekat melalui adat. Hal ini menggambarkan bagaimana kita orang batak sesungguhnya adalah suku yang sangat terbuka," katanya.

Mencermati kekayaan budaya orang Batak, lanjut Jhoni, untuk membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam Kebhinnekaan yang salah satunya kesiapan untuk menyambut Pariwisata Danau Toba. Sebagai masyarakat yang berada di kawasan Danau Toba bisa menjadikan 4 Pilar MPR RI sebagai pedoman.

Modal dasar untuk membangun parawisata Danau Toba di samping alamnya yang sangat indah tentu adalah bagaimana warga masyarakatnya bisa menerima kehadiran para wisatawan di Kawasan Danau Toba. Masyarakat yang tinggal di kawasan Danau Toba harus bisa menjadi penerima tamu yang baik untuk semua wisatawan yang datang.

Sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional harus bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, mematuhi segala aturan yang ada, menerima Kebhinekaan dalam bingkai NKRI.

Salah satu tokoh masyarakat itu memberikan tanggapan, masyarakat Kabupaten Samosir mengucapkan terima kasih kepada pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo atas segala perhatian beliau kepada Kawasan Danau Toba.

Berita terkait