Biden Dorong Xi Agar Bermain Sesuai dengan Aturan yang Berlaku

Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak mengisyaratkan sedikit keinginan untuk dapat berkompromi
Presiden AS, Joe Biden, berbicara secara virtual dengan Presiden China, Xi Jinping, dari Gedung Putih di Washington, 15 November 2021 (Foto: voaindonesia.com - Reuters/Jonathan Ernst)

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Presiden China, Xi Jinping, akhirnya bertemu secara virtual dalam sebuah pertemuan yang diadakan di masing-masing negara pada Senin, 15 November 2021. Pertemuan tersebut bertujuan meredakan ketegangan atas konflik yang terjadi antara China dan Taiwan dan juga konflik-konflik lainnya. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak mengisyaratkan sedikit keinginan untuk dapat berkompromi.

Kedua pemimpin itu telah berbicara melalui telepon dua kali sejak pelantikan Biden pada Januari lalu namun Xi menolak untuk bepergian ke luar negeri karena pandemi. Pertemuan virtual pada Senin, 15 November 2021, tersebut merupakan saru-satunya pilihan yang tersedia saat ini bagi kedua pemimpin negara untuk menggelar diskusi.

jubir psakiSekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih, Senin, 22 Maret 2021, di Washington DC, AS (Foto: voaindonesia.com - AP/Evan Vucci)

Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan dalam menghadiri pertemuan tersebut, yang diperkirakan akan berlangsung beberapa jam, Biden berada dalam "posisi yang kuat," setelah berbulan-bulan membangun kembali aliansi dengan beberapa negara demokrasi lain untuk membendung laju China.

Pertemuan itu adalah "suatu kesempatan untuk menetapkan persyaratan untuk bersaing dengan China" sekaligus mendesak kepemimpinan di Beijing agar "bermain sesuai dengan aturan yang berlaku," kata Psaki.

Sebagian besar perhatian selama persiapan pertemuan itu difokuskan pada pertikaian seputar Taiwan, sebuah negara demokrasi dengan pemerintahan sendiri yang diklaim oleh China. Para staf ahli Biden menggambarkan pertemuan tersebut sebagai kesempatan untuk mencegah bertambahnya ketegangan.

"Kami tahu, sebagai pemimpin global yang bertanggung jawab, penting bagi kami untuk menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka," kata seorang pejabat senior pemerintah AS, yang berbicara secara anonim, kepada sejumlah wartawan.

"Presiden juga akan menjelaskan keinginan kami untuk membangun pagar-pagar pembatas bersama untuk menghindari kesalahan perhitungan."

Pada saat yang sama, Gedung Putih berusaha meredam harapan, dan pejabat itu mengatakan bahwa pertemuan puncak itu "bukanlah pertemuan yang kami harapkan dapat membuahkan hasil."

Pertemuan yang diprakarsai Biden itu dijadwalkan berlangsung hari Senin, 15 November 2021, pukul 19.45 waktu Amerika atau sekitar pukul 08.45 pada Selasa, 16 November 2021, waktu Beijing, seperti dikatakan oleh seorang pejabat senior pemerintah.

biden dan xiFile foto 4 Desember 2013, Presiden China Xi Jinping, kanan, berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS, Joe Biden, saat mereka berpose untuk foto di Aula Besar Rakyat di Beijing, China (Foto: voanews.com/AP)

Biden, seorang pakar dalam masalah kebijakan luar negeri AS berkat pengalamannya berkecimpung dalam politik selama puluhan tahun, sering mengatakan bahwa percakapan melalui telepon tidak mampu menandingi keampuhan pertemuan tatap muka.

Xi tidak pernah meninggalkan China selama hampir dua tahun dan Biden dengan tajam mengkritik ketidakhadiran Xi pada KTT iklim COP26 baru-baru ini di Glasgow dan KTT G20 di Roma (mg/jm)/AFP/voaindonesia.com. []

Biden dan Xi Bertemu Secara Virtual di Forum Pemimpin APEC

Apa yang Dibahas Biden dan Xi Bicara Lewat Telepon?

Amerika Bujuk Vietnam Lawan Perundungan China

Presiden Biden akan Bertemu Presiden Xi Jinping secara Virtual

Berita terkait
Biden dan Xi Bertemu Secara Virtual di Forum Pemimpin APEC
Biden dan Jinping berkumpul secara daring dengan para pemimpin Lingkar Pasifik untuk petakan jalan menuju pemulihan krisis akibat pandemi
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina