Bertualang ke Tanjung Puting

Tanjung Puting merupakan ibukota orangutan di muka Bumi menyimpan banyak potensi Flora dan Fauna didalamnya.
Tanjung Puting merupakan ibukota orangutan di muka Bumi menyimpan banyak potensi Flora dan Fauna didalamnya.Kekayaan alam dan pesonanya membuat kawasan paling ujung Kalimantan Tengah yang didirikan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1937 ini, membuat kaki engga diajak pulang. (Foto: Gilang)

Kalimantan Tengah, (Tagar 10/12/2017) - Kalimantan atau dalam penyebutan internasional Borneo, merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di Indonesia dan merupakan nomor tiga terbesar di dunia. Dengan luas wilayah yang besar Kalimantan masih banyak menyimpan hutan-hutan yang alami dan liar, juga merupakan salah satu paru-paru dunia.

Pulau Kalimantan diisi tiga negara yang saling berimpitan, yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Selain hutan-hutan dan kekayaan faunanya Kalimantan sering juga dijuluki dengan pulau seribu sungai karena terdapat banyak sungai yang mengalir di pulau ini. Kekayaan alam dan pesonanya membuat Kalimantan menjadi salah satu objek wisata yang potensinya bisa sangat menarik bagi banyak wisatawan baik domestik maupun asing. Salah satu tempat wisata itu adalah sebuah taman nasional Tanjung Puting yang berada di Kalimantan Tengah.

Taman Nasional Tanjung Puting terletak di paling ujung barat daya provinsi Kalimantan Tengah ini, luas seluruhnya 415.040 ha. Secara geografis taman nasional ini terletak antara 2°35'-3°20' LS dan 111°50'-112°15' BT meliputi wilayah Kecamatan Kumai di Kotawaringin Barat dan kecamatan-kecamatan Hanau serta Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan. Hutan hujan tropis terbesar kedua dunia ini juga merupakan tempat rehabilitasi Orang Utan yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Tanjung Puting, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan.

Perjalanan Dimulai

Tidak sulit jika ingin mengunjungi taman nasional ini dengan memesan tiket pesawat menuju Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun Kalimantan Tengah dari kota anda berasal.

Tiba di Bandar Udara Pangkalan Bun anda harus menuju pelabuhan Kumai. Dalam perjalanan anda akan disajikan suasana kota Pangkalan Bun yang tidak begitu banyak keramaian, terdapat ikon-ikon yang menjadi kota ini mulai dari Bundaran Pancasila, Monumen Pesawat RI-02 yang digunakan untuk penerjunan payung pertama di Indonesia, Bundaran Monyet, hingga terakhir dermaga wisata Pelabuhan Kumai.

Dari dermaga anda akan melihat begitu banyak klotok, sebutan masyarakat setempat yaitu sebuah kapal kayu berukuran besar yang jika mesinnya dihidupkan berbunyi “kotok..kotok..kotok”, transportasi air tersebut yang dapat mengantar untuk menjelajah Taman Nasional Tanjung Puting.

Harga sewa klotok per hari mencapai Rp 1,5 juta–Rp 2 juta. Biaya tersebut juga termasuk makan selama di klotok dan masuk ke tempat wisata.

Namun biaya tersebut akan menjadi murah jika ikut agen travel perjalanan, dengan tarif 1,7 anda akan mengelilingi Tanjung Puting selama 3 hari 2 malam. Klotok tersebut memiliki dua lantai, di lantai dasar biasanya terdapat kamar dan ruang istirahat, lantai dua diisi meja makan serta tempat duduk santai. Saya pun tidak perlu kesulitan jika hendak ke toilet. Sebab, disediakan ruang kecil untuk kebutuhan tersebut di kapal itu.

[caption id="attachment_33632" align="alignleft" width="712"]gilang2 Kapal Kayu Klotok[/caption]

Sungai Kumai

Sungai besar dengan hilir laut Jawa yang harus dilewati untuk ketempat tujuan, arusnya terasa tenang dan jika beruntung dapat melihat ikan pesut. Dari dalam klotok, dapat melihat kapal-kapal nelayan berukuran sedang terparkir di bibir sungai, klotok berukuran besar yang digunakan demi kepentingan wisata juga nampak berbaris rapi.

Butuh waktu sekitar 20 menit untuk klotok mencapai sungai Sekonyer, sungai selanjutnya yang merupakan jalan menuju ke Taman Nasional Tanjung Puting. Dengan tiga obyek yang wajib dikunjungi yaitu Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan terakhir Camp Leakey. Ditandai dari sebuah patung orang utan berukuran besar yang berada di sisi kanan sungai dikelilingi pohon nipah, berarti sudah tiba di muara sungai Sekonyer.

“Di sisi kanan yang termasuk dalam taman nasional. Sedangkan sisi kiri adalah lahan perkebunan sawit, yang sebelumya hutan” ujar Zul, salah satu guide di perjalanan. Miris memang melihatnya, untungnya masih ada taman nasional yang masih terjaga disisi sebelahnya.

Suara berbagai macam hewan mulai terdengar ketika lebih masuk kedalam lagi sungai Sekonyer seperti Burung, monyet dan juga serangga, melihat pandangan ke sekeliling. Dari muara sungai Sekonyer, masih harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam menuju pos pemberhentian pertama di Camp Tanjung Harapan, melihat proses pemberian makanan kepada orangutan tepat pukul 3 sore.

Tiba di Camp Tanjung Harapan, klotok bersandar di dermaga kecil berdampingan dengan kapal-kapal lain yang sebagian besar ditumpangi oleh wisatawan asing, memang taman nasional ini lebih terkenal di kalangan wisatawan luar negeri terutama wisatawan dari Spanyol.

Di dekat dermaga, terdapat bangunan yang terbuat dari kayu yang merupakan museum kecil orang utan. Dari depan museum kita dapat melihat sebuah pohon yang ditanam oleh beberapa peneliti yang pernah datang kesini. Sebagian tanaman dari pohon itu sudah langka.

Di samping museum terdapat rumah-rumah yang ditempati oleh ranger atau petugas yang mengurusi orang utan. Orang-orang inilah yang melakukan penelitian, melihat perkembangan kehidupan orang utan sekaligus memberi makan kepada orang utan tersebut.

Dari museum, masih harus berjalan kaki sekitar 20 menit menuju titik pemberian makan kepada orangutan. Untuk menuju titik tersebut, harus melewati area hutan yang cukup lebat, semakin ke dalam semakin menyatu bersama alam melewati pepohonan berdiameter lebar, jika kurang berhati-hati dalam melangkah mungkin tanpa sadar kaki sudah terdapat pacet yang menempel pada kaki atau gigitan semut api yang dikenal menimbulkan rasa panas, nyeri, sekaligus gatal yang intens.

Jika ada dahan pohon bergoyang, itu tanda orang utan sedang melintas, benar saja beberapa orang utan nampak bergelantungan di atas dahan. Berbeda dengan yang anda rasakan jika melihat di Kebun Binatang. Disini orang utan begitu tampak segar dan lincah.

[caption id="attachment_33633" align="alignleft" width="712"] Mereka mirip seperti manusia karena memang orangutan memuliki DNA 97% seperti manusia. Jika Anda teliti, terlihat bahwa wajah merekapun tidak ada yang sama[/caption]

Untuk perjalanan selanjutnya menuju Camp Pondok Tanggui akan menghabiskan malam pertama di Tanjung Puting dengan tidur bertirai kelambu di dalam klotok, bersandar di tepi sungai Sekonyer sembari ditemani suara hutan.

Jika belum terlalu ngantuk, anda dapat mengisi waktu menikmati hutan Kalimantan pada malam hari di sinar cahaya bulan. Sesekali terdengar suara binatang dari hutan dari tepian sungai dan air gemercik tanda ada buaya lewat. Memang sungai Sekonyer merupakan habitat buaya.

Ada suatu kejadian yang menimpa turis Eropa diserang oleh buaya sehingga meninggal dikarenakan nekat berenang padahal sudah ada peringatan.

Pagi menjelang, bersiap melakukan perjalanan menyusuri sungai Sekonyer selama kurang lebih 2 jam untuk mencapai camp selanjutnya aktifitas pemberian makanan kepada orangutan dilakukan pada pukul 9 pagi. Tiba di Pondok Tanggui akses jalannya dibanjiri oleh air namun hanya beberapa meter selanjutnya sudah jalan tanah biasa. Ini terjadi di saat musim penghujan. Lagi, anda akan disajikan pemandangan liar satwa khas Kalimantan ini.

Untuk memberi makan orang utan, para ranger harus “memanggil” orang utan terlebih dahulu dengan menyerukan suara-suara khusus.

Sebagian wisatawan menghindari musim hujan untuk berkunjung ke Tanjung Puting. Padahal, inilah saat yang baik untuk bertemu dengan orang utan. Karena, menurut penjelasan guide, pohon yang menjadi sumber makanan bagi orang utan berbuah lebat saat musim hujan, dengan demikian orang utan akan mudah ditemui.

Berkali-kali anda akan berjumpa dengan orang utan di sepanjang perjalanan sungai Sekonyer, coba jika datang saat musim kemarau, selain debit air sungai yang berkurang, ancaman api dan asap yang terus menerus dirasakan hutan Kalimantan dapat menyebabkan makin sulitnya menemukan orang utan karena mereka biasanya akan bergerak menjauhi kepungan asap.

Seusai mengunjungi Pondok Tanggui perjalanan selanjutnya menuju Camp Leakey.  Harus menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam sebelum tiba di Camp Leakey. Dalam perjalanan akan melihat perubahan warna air sungai Sekonyer dari coklat ke hitam, air sungai menjadi hitam bukannya kotor karena air atau limbah, sungai berwarna hitam tersebut terjadi karena lokasinya yang berada di rawa gambut.

Dalam buku Dewi Lestari ‘Supernova: Partikel’, salah satu tokohnya yaitu Zarah Amala diceritakan pernah berkunjung ke Camp Leakey. Terlihat banyak sekali pengunjung yang datang ke Camp Leakey. Puluhan klotok berdatangan untuk menurunkan pengunjung, beberapa terlihat kelebihan muatan. Menurut Zul, ini adalah penduduk lokal yang melakukan one day tour hanya ke Camp Leakey yang memakan waktu 4 jam perjalanan dari Pelabuhan Kumai. Terlihat, di dermaga seekor orang utan berukuran besar berdiam diri di sana.

Siswi Sang Primadona

[caption id="attachment_33634" align="alignleft" width="712"]gilang4 Namanya Siswi, rambut coklat kepirangan, cantik, manja, dan tentu saja menggemaskan. Tak heran Siswi menjadi primadona di Tanjung Puting ini[/caption]

Ya, orang utan yang berada di dermaga itu bernama Siswi, betina dewasa paling disegani oleh orang utan lainya di Camp Leakey sekilas sebagai orang yang pertama kali melihat orang utan di habitatnya, Siswi terlihat cukup tenang dan jinak serta bisa diajak foto bersama, namun dibalik sikap tenangnya Siswi dikenal sebagai orangutan yang jahil. Banyak wisatawan yang hartanya dirampas oleh Siswi mulai dari kamera, tas, hingga dompet.

Medan yang dilalui menuju titik pemberian makan lumayan panjang, ditambah lagi, di tengah perjalanan dihadiahi hujan. Hujan reda, namun orang utan belum terlihat, para ranger mulai memanggil-manggil orang utan. Dan tiba-tiba sekumpulan orang utan datang dari berbagai penjuru, mereka tidak datang bersamaan karena orang  utan lain akan mendahulukan pimpinan atau raja mereka untuk terlebih dahulu menikmati makanan tersebut.

Perjalanan 3 hari 2 malam di Taman Nasional Tanjung Puting mungkin pengalaman yang menakjubkan untuk terus menyerukan cinta alam. Kenapa? Karena tempat ini sangat istimewa untuk dinikmati.

Gemilang Isromi Nuari

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.