Belajar dari Wabah PMK Hewan Ternak di Indonesia

Berbagai penyakit pada manusia dan hewan ternak ada yang terbawa dari luar negeri, sehingga perlu pengawasan yang super ketat di pintu masuk
Ilustrasi. Jasper adalah satu dari lima beagle (anjing pemburu) bagasi penumpang di bandara JFK yang membantu petugas bea cukai menemukan produk pertanian di bagasi penumpang. (Foto: wsj.com/LESLIE JOSEPHS/JOURNAL WALL STREET)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Acara “To Catch A Smuggler” di saluran TV National Geographic bikin iri saja. Di banyak bandar udara (Bandara) di beberapa negara semua jenis makanan, minuman dari turunan tanaman dan hewan disita dan langsung dibuang untuk dimusnahkan.

Ada ulat, serangga dan lain-lain yang kalau masuk ke sebuah negara tidak akan bisa lagi dibasmi.

Apakah hal ini dilakukan dengan konsekuen dan konsisten di Bandara dan pelabuhan-pelabuhan di Tanah Air?

Di akhir tahun 1980-an hewan ternak di Indonesia diserang bakteri antraks (KBBI: penyakit menular pada hewan ternak yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis, dapat juga menyerang manusia dengan menimbulkan bisul bernanah). 

Bakteri itu tidak bisa dibasmi karena bersembunyi dan hidup di bawah permukaan tanah. Maka, ketika hewan ternak, seperti kambing, domba, kerbau dan sapi merumput atau minum di rumput dan air yang terkontaminasi spora bakteri antraks maka hewan itu akan tertular.

Ketika itu sebagai wartawan di Tabloid “Mutiara” Jakarta penulis ditugaskan meliput hewan ternak di seputar Jabodetabek di akhir tahun 1980-an.

“Gila, ini sapi ajaib. Darahnya kena badan kulit langsung terbakar.” Ini cerita seorang jagal di Bekasi ketika itu tentang sapi yang dia potong sambil memperlihatkan tangannya yang gosong. Hitam.

Setelah wawancara dengan pakar barulah ketahuan sapi yang dipotong jagal itu ternyata terinfeksi antraks.

Bakteri antraks juga bisa menulari manusia jika bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi antraks atau memakan produk hewan yang terkontaminasi dengan bakteri antraks. Jika tidak segera ditangani secara medis antraks pada manusia akan berakhir dengan penyakit yang sulit disembuhkan bahkan memicu kematian.

Padahal, daging ayam, kambing, domba, kerbau dan sapi jadi pilihan utama warga Indonesia untuk memenuhi protein hewani. Celakanya, semua hewan ternak ini menghadapi ancaman bakteri dan virus yang sebagian besar masuk ke Indonesia dari luar negeri.

Belakangan ini hewan ternak, terutama sapi, kembali jadi masalah besar ketika ada serangan penyakit kuku dan mulut (PMK). Celakanya, PMK menyerang sapi yang jadi hewan utama untuk kurban di Hari Raya Iduladha.

Tentu saja kondisi itu menggemparkan karena ada beberapa syarat terkait kesehatan hewan ternak yang bisa dijadikan hewan kurban. PMK ini menyerang mulut dan kuku ternak yang bisa mematikan hewan yang tertular.

Untuk meredam kepanikan umat Muslim di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait dengan hewan kurban di saat terjadi pandemi PMK.

Salah satu pemicu PMK juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) yang disebabkan oleh virus Apthtae Epizooticae.

Virus ini biar pun sudah ada di Indonesia dalam kondisi tidak aktif akan kembali jadi wabah ketika ada virus masuk dari negara lain.

Beberapa tahun terakhir beberapa negara menolak daging kerbau dari India karena mengandung virus PMK.

Indonesia, melalui Perum Bulog, mengimpor daging kerbau dari India. Dikabarkan Perum Bulog memastikan daging yang diimpor itu bebas PMK.

Persoalannya adalah: Apakah pengecekan di Bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia terkait dengan daging dilakukan secara ketat?

Dikabarkan pemerintah, dalam hal ini Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan investigasi terkait dengan asal mula virus itu. Tapi, sejauh ini tidak bisa dipastikan asal virus tersebut.

Biar pun Bulog memastikan daging kerbau dari India bebas PMK, apakah daging dan makanan produk daging dari negara lain juga diperiksa dengan ketat di Bandara dan pelabuhan?

Bisa jadi asal daging dan makanan dari produk daging yang dibawa dari negara lain juga terkontaminasi PMK.

Sudah saatnya Indonesia memberlakukan pengawasan yang sangat ketat dan terukur di Bandara dan pelabuhan terkait dengan tanaman dan hewan termasuk produk turunannya.

Tidak hanya sebatas bertanya kepada penumpang, tapi memakai K9 (anjing pelacak) yang dilatih untuk mencium bau barang bawaan dari turunan tanaman dan hewan.

Debat dan pertengkaran penumpang yang disita barang bawaan dari turunan tanaman dan hewan di acara “To Catch A Smuggler” di saluran TV National Geographic menunjukkan ketegasan petugas tersebut melindungi negaranya. (dari berbagai sumber). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Peternak Australia Minta Pemerintah Australia Cegah Penyakit Mulut dan Kuku
Sebagian petani dan peternak di Australia takan upaya Pemerintah Australia ccegah masuknya penyakit kuku dan mulut (PKM) belum memadai
0
Belajar dari Wabah PMK Hewan Ternak di Indonesia
Berbagai penyakit pada manusia dan hewan ternak ada yang terbawa dari luar negeri, sehingga perlu pengawasan yang super ketat di pintu masuk