Begini Ritual Tolak Bencana dan Cara Bersyukur Tradisi Lombok

Suku Sasak masih identik dengan budaya dan ritual adatnya yang saban waktu tertentu rutin dilaksanakan.
Pemangku adat tengah melakukan doa di dalam Kampu Bebubus Batu. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Lombok Timur, (Tagar 9/10/2018) - Suku Sasak masih identik dengan budaya dan ritual adatnya yang saban waktu tertentu rutin dilaksanakan. Suku Sasak di Lombok mengenal adanya ritual meminta keselamatan yang disebut Betetulak. Seperti apa ritualnya?

Prosesi ritual adat Betetulak atau Tolak Bahla adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat suku Sasak Lombok, seperti yang dilakukan di Dusun Batu Pandang, Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Ritual Betetulak dilakukan satu kali dalam setahun. Niat dan tujuannya untuk meminta keselamatan kepada Sang Maha Pencipta agar situasi dan kondisi tetap aman, tenteram, damai, dan warganya diberikan anugerah kesehatan untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari.

"Ritual Betetulak atau Tolak Bahla berasal dari kata Tolak dan Bahla. Tolak berarti menolak, sedangkan Bahla bisa berarti bahaya atau bencana," terang Jannatan kepada Tagar News.

Jan, panggilan akrab Jannatan, adalah seorang tokoh pemuda, penggerak ekowisata di Desa Sapit, Lombok Timur.

Dijelaskan Jan, Betetulak dapat dipahami sebagai suatu ritual penangkal bencana atau bahaya, penyakit, dan lain sebagainya yang dilakukan dengan ucapan dan rapalan mantra sesaat sebelum prosesi kenduri.

"Proses ritual Tolak Bahla dilakukan pada malam Rabu dan dilanjutkan atau dirangkap lagi ketika malam Jum’at," ujarnya.

Pada malam Rabu atau Selasa malam atau bakda waktu salat Magrib yang oleh masyarakat di sana dan umumnya masyarakat suku Sasak sering disebut sebagai waktu sande kala. Pada waktu sande kala, inilah marabahaya banyak mengintai serta dapat mengancam kesehatan manusia dalam bentuk dirasuki pelbagai penyakit.

Tak heran dengan keyakinan itu, waktu pelaksanaan ritual Tolak Bahla dilakukan pada saat sande kala, biasanya waktu sande kala ini antara waktu salat Magrib dan Isya.

Prosesi ritual dimulai dengan membawa sebuah ancak atau wadah menaruh makanan yang lengkap dengan beragam sesaji, dan sebuah wawar yang terbuat dari pucuk daun kelapa dibawa lengkap dengan peralatan yang disebut sesampang.

Sesampang dibuat menjadi lima buah, sebab posisi sesampang akan disebar ke lima titik, yaitu ke empat lokasi penjuru desa dan satunya lagi diposisikan di tengah pusat desa.

Sebelum proses penyebaran sesampang, iringan perjalanan dipimpin oleh pemangku adat desa menuju lokasi yang arealnya cukup luas, di gerbang Desa Sapit bagian Timur. Terlebih dahulu, semua pintu rumah semua warga desa disyaratkan untuk dibuka lebar.

Membuka pintu lebar-lebar dimaknakan untuk mengembalikan bencana atau menjauhkan bencana atau mengusir penyakit yang bersemayam di dalam rumah warga desa dan berpotensi akan mengganggu kesehatan si penghuni rumah.

Setelah pintu-pintu terbuka lebar, baru kemudian dilakukan prosesi doa atau zikir massal di tempat sesampang yang ditaruh di sudut gerbang desa bagian Timur. Zikir dan doa dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat yang dipimpin oleh kyai  atau tokoh agama.

Ritual Adat BetetulakProsesi ritual Betetulak oleh warga di Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Proses ritual Betetulak dilanjutkan pada Kamis malam atau Jumat malam di saat waktu sande kala. Pada waktu ini hanya dilakukan proses zikir massal yang dipimpin oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama di lokasi gerbang desa bagian Barat.

Ritual Betetulak dilakukan bergantung dari kondisi yang dialami masyarakat, karena sesuai kepercayaan suku Sasak, Betetulak merupakan ritual menolak marabahaya. Dulu bentuknya untuk mengusir penyakit tanaman saat mulai berkembang dan untuk penyakit manusia yang disebut dengan musim rendok. Biasanya musim rendok itu pada saat pergantian cuaca, musim panas ke musim hujan.

"Saat musim rendok itulah dilakukan Betetulak. Ritual tolak bahla dilakukan satu kali dalam setahun, ketika ada bencana, baik berupa bencana alam maupun penyakit manusia," terang Jan.

Tahun ini, masyarakat Desa Sapit sempat melakukan ritual Betetulak pada 28 sampai 30 Agustus 2018 lalu. Ritual itu dihajatkan untuk menyucikan kampung karena adanya bencana gempa bumi yang mengguncang Lombok.

Ritual Pembadaq Pengkaya

Selain ritual tolak bahla, ritual tradisi Pembadaq Pengkaya juga merupakan ritual untuk melaporkan hasil panen kepada Sang Pencipta atas rahmat dan hidayah-Nya.

Ritual ini saban tahun selalu dilaksanakan oleh masyarakat adat di Dusun Batu Pandang, Desa Sapit.

"Menurut cerita dari leluhur kami di Desa Sapit ini, kebiasaan ritual adat ini sudah dilakukan lebih dari 500 tahun lalu. Menurut cerita mereka, sejak ribuan tahun yang lalu sudah ada dilakukan," ungkap Amaq Ulfi, salah seorang anggota pemangku adat.

Ungkapan rasa syukur warga atas nikmat dan limpahan karunia yang telah diberikan-Nya itu dimanifestasikan dengan ritual adat.

Pembadaq Pengkaya merupakan ritual fase kedua dalam upacara adat Bebubus Batu. Ritual ini dilakukan usai musim panen. Sedangkan Bebubus Batu fase pertama dilakukan ketika musim tanam tiba.

Pembadaq Pengkaya ini bentuknya adalah upacara doa dan zikir bersama yang dipusatkan di areal Kampu, letaknya berada di tengah lahan persawahan warga.

Ritual Adat Pembadaq PengkayaPara tamu, termasuk turis mancanegara, mengikuti prosesi ritual adat Pembadaq Pengkaya. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Prosesi ritual adat Pembadaq Pengkaya diikuti oleh kyai, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat desa setempat

Tamu dan warga luar desa juga diundang untuk turut hadir, seperti yang dilaksanakan pada Rabu siang (3/10) lalu yang dihadiri warga luar desa juga turis mancanegara dari Jerman dan Spanyol.

"Saya sangat tertarik dengan seremonial semacam ini. Ada hal yang sama dengan yang ada di negara saya. Seremonial makan bersama para petani, tapi sudah mulai luntur," kata Manuel, warga negara Jerman datang bersama istrinya, Maria yang berkebangsaan Spanyol. []


Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.