Beberapa Anak Yatim Piatu di Kabupaten Tangerang Banten Hidup dengan HIV/AIDS

Beberapa anak di Kabupaten Tangerang, Banten, hidup dengan HIV/AIDS da mereka yatim piatu karena kedua orang tua meninggal karena HIV/AIDS
Ilustrasi. (Foto: hp.com)

TAGAR.id, Kabupaten Tangerang, Banten – “Beberapa anak dengan HIV/AIDS yang saya damping sudah jadi yatim-piatu,” kata Marlina Puspitasari sambil menarik napas dan mengedip-ngedipkan mata.

Anak-anak dengan HIV/AIDS itu, belakangan disebut dengan ADHA, tinggal bersama kakek atau nenek mereka yang rata-rata dari kalangan yang kurang mampu.

Dari beberapa kasus yang lebih dahulu meninggal ibu mereka karena penyakit terkait dengan HIV/AIDS, antara lain TBC, diare, dan pneumonia yang disebut sebagai infeksi oportunistik (IO).

Tapi, hal itu tidak membuktikan bahwa HIV/AIDS bermula dari ibu mereka. Soalnya, seperti dikatakan Marlina Puspitasari (dikenal luas sebagai Lina Kuntul), 43 tahun, pendamping warga dengan HIV/AIDS di Kab Tangerang di acara Workshop Peningkatan Kapasitas Relawan Peduli HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kab Tangerang, Banten, di Aula Gedung Dharma Wanita (Pendopo Bupati) Tangerang di Kota Tangerang, Banten, 29 Oktober 2022.

Baca juga: KPA Kabupaten Tangerang Berikan Bekal Informasi HIV/AIDS yang Benar Bagi Pelajar SMA dan SMK 

Sebagian suami dari ibu-ibu yang meninggal karena terkait HIV/AIDS sebelum menikah merupakan penyelahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian.

Maka, kemungkinan besar suami yang jadi sumber HIV/AIDS pada bebarapa pasangan yang meninggal karena HIV/AIDS itu. Tapi, pengalaman Lina sebagai pendamping bagi warga yang HIV-positif selalu saja ada penyangkalan (denial), bahkan pada warga penyalahguna Narkoba dengan indikasi penyakit terkait HIV/AIDS. “Mereka umumnya tidak mau mengakui perilakunya berisiko tertular HIV/AIDS,” ujar Lina dengan nada pelan.

Belakangan ini penyakit IO paling banyak pada warga yang terdeteksi HIV-positif adalah TBC. “Bahkan ada yang sudah kebal obat,” kata Lina. Itu terjadi karena beberapa kali gagal pengobatan yaitu tidak menghabiskan obat sesuai dengan resep dokter.

Perilaku nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS yaitu laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bersama-sama dengan bergiliran pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik, karena bisa saja ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS sehingga darah yang mengandung HIV bisa masuk ke jarum dan tabung.

Begitu juga dengan pasangan yang bukan penyalahguna Narkoba, ketika ditemukan indikasi penyakit terkait HIV/AIDS juga menolak diajak bicara soal HIV/AIDS karena mereka merasa tidak punya risiko tertular HIV/AIDS.

Padahal, sebagian dari mereka mempunyai suami dengan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS, yaitu: pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering ganti ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan cewek prostitusi online serta cewek pemijat di panti pijat plus-plus.

Lina berharap agar laki-laki dengan perilaku seksual dan nonseksual berisiko supaya segera ke Puskesmas atau rumah sakit daerah untuk jalani tes HIV. Makin cepat terdeteksi, maka makin baik karena jika hasilnya positif diberi obat antiretroviral (ARV) sehingga kondisi tetap sehat dan bisa bekerja seperti biasa.

Selain itu untuk mencegah penularan HIV/AIDS ke bayi yang dikandung istri. Dengan pengobatan ARV bayi akan lahir bisa diselematkan agar tidak tertular HIV/AIDS dari ibunya ketika proses persalinan dan menyusui dengan ASI.

Obat ARV ini gratis seumur hidup. Lina sendiri sudah 11 tahun terdeteksi HIV/AIDS tapi tetap sehat, segar dan ceria karena rutin meminum obat ARV sesuai dengan anjuran dokter.

“Sebaiknya tes HIV ke Puskesmas saja karena gratis. Di rumah sakit ada retribusi Rp 60.000,” kata Hady Irawan, staf di KPA Kab Tangerang. Di wilayah Kab Tangerang ada 29 Puskesmas yang siap layani tes HIV gratis dengan kerahasiaan yaitu identitas tidak akan dipublikasikan apapun hasil tesnya.

Sebelum tes ada konseling atau bimbingan tentang seluk-beluk HIV/AIDS dan layanan yang tersedia, seperti pengobatan dan obat ARV.

Di Puskesmas pun bagi warga yang akan jalani tes HIV tidak ada perlakuan khusus agar tidak menarik perhatian pasien lain. Semua berjalan normal seperti yang terjadi setiap hari.

“Ayo, Bapak-bapak yang perilaku seksualnya berisiko segera ke Puskesmas tes HIV,” pinta Lina. Tentu saja hal ini untuk kebaikan bersama yaitu menyelamatkan bayi yang akan dilahirkan istri dan tidak lagi menularkan HIV/AIDS ke orang lain.

Bagi yang ingin informasi terlebih dahulu bisa menghubungi KPA Kab Tangerang melalui telepon ke nomor: 021 5589789. []

Berita terkait
KPA Kabupaten Tangerang Berikan Bekal Informasi HIV/AIDS yang Benar Bagi Pelajar SMA dan SMK
KPA Kab Tengerang gelar workshop sehari bagi pelajar SMA dan SMK agar memahami HIV/AIDS dengan informasi yang benar
0
Beberapa Anak Yatim Piatu di Kabupaten Tangerang Banten Hidup dengan HIV/AIDS
Beberapa anak di Kabupaten Tangerang, Banten, hidup dengan HIV/AIDS da mereka yatim piatu karena kedua orang tua meninggal karena HIV/AIDS