Bayi Tabung Tak Boleh Pakai Rahim Perempuan Lain

Sperma harus punya suami. Tidak ada bank sperma. Rahim harus rahim istri. Tidak boleh menggunakan rahim perempuan lain.
Bayi Tabung Tak Boleh Pakai Rahim Perempuan Lain | Ilustrasi. (Foto: Doctor Baev)

Jakarta, (Tagar 25/7/2018) - Hari ini 40 tahun silam tepatnya 25 Juli 1978 di Rumah Sakit Umum Daerah Oldham di Manchester, Inggris, lahir Louise Joy Brown bayi tabung pertama di dunia. Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada 2 Mei 1988 di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, lahir Nugroho Karyanto bayi tabung pertama di Indonesia.

Louise dan Nugroho menumbuhkan harapan baru bagi pasangan suami-istri yang telah lama merindukan buah hati. Banyak pasangan menjadikan bayi tabung sebagai cara untuk memperoleh keturunan. Di antara mereka adalah pasangan Harry-Yunani, sudah tujuh tahun menikah dan belum mempunyai buah hati, dan Pram-Risa sudah menikah selama 3,5 tahun yang mulai was-was.

Sejak bulan April tahun ini Harry-Yunani menjalani program bayi tabung di Genesis IVF & Women's Specialist Centre di Penang Malaysia.

Harry seorang pengusaha di Jakarta. Pada Tagar News, Rabu (25/7), ia menjelaskan prosedur yang ia jalani bersama istri di sana.

"Tahap awal keduanya baik laki-laki maupun perempuan dilakukan pemeriksaan awal. Wanita dicek hormon yang menghasilkan sel telur, ditanya juga apakah haidnya rutin tiap bulan atau jadwalnya nggak tentu, dan dicek juga apakah ada penyakit seperti kista dan lainnya," ujar Harry.

Begitu juga pihak laki-laki (suami) kata Harry, dilakukan juga pemeriksaan spermanya. Dilakukan juga pemeriksaan darah untuk keduanya. 

"Istri kemarin hasilnya pemeriksaan awalnya haidnya tidak teratur dan hormonnya kurang maka dikasih obat untuk dikonsumsi. Obatnya dalam bentuk suntikan, disuntikkan setiap hari di sekitar pusar. Saya juga dikasih obat untuk dikonsumsi selama satu bulan untuk meningkatkan kualitas sperma," katanya.

Setelah satu bulan mengkonsumsi obat, kata  Harry, istri kemudian dilakukan USG lagi untuk mengecek apakah hormonnya sudah normal.

Harry mengatakan, pertimbangan memilih rumah sakit di Penang Malaysia karena mendengar dari teman keluarga.

"Tingkat keberhasilannya lumayan tinggi," katanya.

Di tempat terpisah Risa menceritakan bahwa ia dan suami sudah mulai was-was, tiga setengah tahun menikah belum ada tanda-tanda dirinya akan mengandung.

"Kami sudah memikirkan empat atau lima tahun maksimal, rencananya akan bayi tabung," kata Risa.

"Saya perempuan pertama dalam keluarga, suami anak laki-laki pertama dalam keluarganya. Kalau lagi pulang ke rumah orangtua saya di Purwakarta, orang-orang berkata, 'Sudah berapa anakmu?' Aduh, punya anak nggak segampang itu," Risa tergelak. 

Ia sering berselancar ke internet mencari informasi tentang bayi tabung. 

"Mencari tahu perkiraan biaya, berhitung setahun cukup nggak, sudah di-planning kemungkinan tahun keempat atau kelima.

Walaupun di Jakarta sudah banyak klinik bayi tabung, Risa mengatakan kelak akan ke Penang.

"Aku pribadi belum tahu apakah akan di Jakarta. Yang rata-rata berhasil di Penang. Ada cerita dari keluarga. Di sana keberhasilannya tinggi, lebih bagus, dokter beda. Yang pasti-pasti aja. Pikiran kami ke Penang," ujarnya.

Ia rencananya akan langsung ke bayi tabung, bukan program lain seperti ILS (imunisasi leukosit suami) atau inseminasi.

"Karena pikiran aku simpel aja, artinya kalau secara alami kan harusnya gampang selama ini. Seperti buang-buang duit, sekalian saja bayi tabung yang keberhasilannya tinggi," katanya.

70-80 Juta Rupiah

Bayi tabung (Fertilitasi In Vitro/FIV) adalah salah satu cara untuk memperoleh keturunan dengan teknik pembuahan sel telur dengan spermatozoa di luar tubuh.

Salah satu rumah sakit di Jakarta yang memfasilitasi program bayi tabung adalah SamMarie Basra di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Seorang petugas bernama Deti Triana menjelaskan  bahwa biaya program bayi tabung berkisar antara 70-80 juta rupiah.

"Sperma harus punya suami. Tidak ada bank sperma. Rahim harus rahim istri. Tidak boleh menggunakan rahim perempuan lain," katanya.

Deti mengatakan bayi tabung direkomendasikan sebagai pilihan terakhir. Sebelumnya diusahakan dengan ILS (imunisasi leukosit suami) semacam imunisasi buat istri, sel darah putih suami dimasukkan ke tubuh istri supaya sperma yang masuk ke dalam tubuh istri tidak mati. Biasanya karena daya imun istri lebih tinggi. Kalau cara ini sukses, bisa hamil normal.

Cara lain adalah inseminasi, sperma dimasukkan ke rahim istri dengan bantuan alat, pembuahan dalam rahim.

Untuk ILS biaya tidak sampai Rp 2 juta. Inseminasi biaya 4 sampai 5 juta rupiah.

Kalau dua cara ini tidak berhasil, direkomendasikan bayi tabung.

Syarat Peserta Program Bayi Tabung

1. Pasangan suami istri yang sah.

2. Disarankan usia istri kurang dari 40 tahun (idealnya).

3. Suami masih memiliki benih sperma.

4. Upaya lain untuk hamil secara alami atau bantuan reproduksi sederhana  sudah dijalankan maksimal. 

5. Bersedia mengikuti jadwal yang ditentukan oleh penyedia program FIV. 

Jenis Tindakan Dalam Proses Bayi Tabung

1. Perangsangan indung telur

Dilakukan untuk menghasilkan kantong-kantong telur (folikel) yang matang lebih dari tiga kantong.

2. Panen sel telur (Ovum Pick Up).

Pengambilan sel telur dari kantong telur di indung telur. Sel telur akan dibuahi dengan spermatozoa suami melalui inseminasi ke dalam cawan atau suntik sperma ke dalam sel tlur (Intracytoplasmic Sperm Injection/ICSI).

3.Pengeraman (Inkubasi).

Hasil pembuahan dieramdalam pengeram (inkubator) selama tiga hari.

4. Tandur-alih Embrio (Embryo Transfer).

Embrio (mudigah) yang telah berkembang menjadi 8 sel akan ditandur-alihkan ke dalam rahim pada hari ketiga pengeraman.

5. Tandur-alih Embrio Beku (Freezed Embryo Transfer).

Pasangan suami istri yang masih mempunyai simpanan embrio beku, apabila gagal pada usaha yang pertama maka embrio tersebut dapat dicairkan dan ditanduralihkan kembali ke dalam rahim. 

Berikut prosedur untuk menjalani program bayi tabung.

Alur Pasien Bayi TabungAlur Pasien Bayi Tabung. (Foto: Tagar/Rully Yaqin)

Siklus Meningkat

Budi Wiweko Sekjen Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (Perfitri) dilansir Antara mengatakan bahwa tren siklus bayi tabung di Indonesia semakin meningkat setiap tahun.

"Data prevalensi infertilitas saat ini di Indonesia sebesar 10 hingga 15 persen dari 40 juta pasangan usia subur, jadi terdapat 4 juta pasangan usia subur yang mengalami gangguan kesuburan," kata Budi.

Siklus Bayi Tabung di IndonesiaSumber: Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (Perfitri)

Ia menjelaskan apabila lima pasangan infertilitas membutuhkan pelayanan bayi tabung, maka kurang lebih terdapat 200.000 pasangan usia subur yang harus dibantu dengan teknologi bayi tabung.

"Tren siklus bayi tabung di Indonesia semakin meningkat setiap tahun, data dari 28 klinik bayi tabung yang tersebar di 11 kota dan 8 provinsi di Indonesia, terdapat sebanyak 4.827 siklus yang terbagi atas 4.127 siklus baru dan 750 dalam bentuk simpan beku pada tahun 2014," katanya pula.

Dua faktor yang menyebabkan makin banyak pasangan infertilitas mengikuti program bayi tabung.

Pertama, masyarakat mulai sadar dan memiliki pengetahuan tentang ketidaksuburan dan adanya program bayi tabung.

Kedua, pendapatan masyarakat kelas menengah yang membaik dan didukung biaya program bayi tabung yang semakin terjangkau di Indonesia. (af)

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.