Banyak Warga China Enggan Menikah Bisnis Pernikahan Terpukul

Minat warga untuk menikah yang turun merupakan tren yang mengkhawatirkan bagi para pemilik bisnis pernikahan di China
Ilustrasi - Foto pernikahan di dekat Kota Terlarang di Beijing, China, saat kota itu dilanda badai pasir, 15 Maret 2021. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Tingshu Wang)

TAGAR.id - Setelah terpukul hebat oleh pandemi Covid-19, bisnis pernikahan di China kini menghadapi ancaman yang lebih besar: menurunnya jumlah pasangan yang ingin menikah.

Minat warga untuk menikah yang turun merupakan tren yang mengkhawatirkan bagi para pemilik bisnis pernikahan di China, sebuah industri yang diperkirakan bernilai hampir $500 miliar tiga tahun lalu atau sebelum pandemi menghantam dunia.

Yuan Jialiang pernah mengelola bisnis pernikahan skala penuh selama hampir satu dekade di Shanghai. Namun kini pprofesinya bukan lagi wedding planner tapi fotografer, karena permintaan atas jasanya menurun signifikan.

“Dalam proses peralihan dari bisnis pernikahan ke fotografi pernikahan, saya mulai menyadari bahwa sebenarnya tuntutan pasangan terhadap fotografi dan videografi tidak akan berubah. Tidak peduli bagaimanapun format pernikahannya, tidak peduli bagaimana skala pernikahannya, mereka masih memiliki keinginan untuk mengabadikan momen berharga ini. Jadi saya telah membuat perubahan karier yang tepat," jelasnya.

persiapan foto pasangan di shanghaiBeberapa pasangan tengah mempersiapkan diri untuk pemotretan pernikahan di jalanan Kota Shanghai, China, 6 September 2023. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Aly Song)

Industri pernikahan China telah mengalami masa sulit selama pandemi ini, ketika banyak pasangan menunda rencana mengikat hubungan secara resmi.

Ada 6,8 juta pernikahan di berbagai penjuru China tahun lalu, 800.000 lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2021 dan merupakan angka terendah sejak pemerintah mulai mempublikasikan data tersebut pada tahun 1986.

Kini, ancaman yang lebih besar muncul pada pasangan yang kurang bersedia untuk mengadakan pesta pernikahan besar-besaran.

Upacara pernikahan di China secara tradisional merupakan acara yang rumit dan mahal, namun para perencana pernikahan melaporkan bahwa pasangan yang melakukannya kini hanya bersedia mengeluarkan biaya yang lebih sedikit.

Penurunan jumlah pernikahan ini kemungkinan besar akan memperburuk penurunan angka kelahiran di China, yang merupakan salah satu negara dengan tingkat penuaan tercepat di dunia.

Banyak kota yang menolak memberi tunjangan pengasuhan anak atau layanan kesehatan bagi ibu yang belum menikah, dan memiliki anak di luar nikah sering kali tidak disukai.

pasangan penantin di chinaSepasang pengantin tengah berpose untuk pemotretan pernikahan mereka di tengah hujan salju di Kuil Leluhur Kekaisaran China di Beijing, 12 Februari 2019. (Foto: voaindonesia.com/China Daily via REUTERS)

Dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan rendahnya pengeluaran rumah tangga di kalangan generasi muda dan kelas menengah, Jewel Wang, yang memiliki beberapa toko di China yang menjual gaun pengantin karya desainer ternama, mempertaruhkan masa depan perusahaannya pada klien-klien kaya yang telah melewati krisis ekonomi.

"Covid memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan semua orang. Sebagai sebuah pasar, kami melihat adanya penurunan absolut dalam pengeluaran. Jadi, strategi kami selalu mencari pasar tertentu. Kami tidak ingin mengambil pasar yang lebih luas karena menurut saya itu tidak akan menguntungkan,” jelasnya. (ab/uh)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Ini Cara dan Siasat China Memoles Narasi Politik tentang Uighur di Xinjiang
Setahun setelah PBB merilis laporan soal pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap minoritas Uighur di barat laut China