Jakarta, (Tagar 30/8/2018) - Banyak emak-emak di media sosial larut dalam pesona Jonatan 'Jojo' Christie pebulu tangkis tunggal peraih medali emas. Beberapa emak lain memilih antimainstream, memfokuskan perhatian pada Michael Bambang Hartono atlet bridge berusia 78 tahun, atlet paling senior dalam kontingen Indonesia.
"Maaf, saya lebih histeris lihat Bambang Hartono buka dompet daripada Jojo buka baju. #prinsip," tulis netizen Ditya Danes di Facebook.
Unggahannya itu sontak mengundang tawa dan beragam tanggapan dari netizen lain.
Bambang Hartono, nama lengkapnya Michael Bambang Hartono bukan sekadar atlet bridge. Ia tidak lain adalah bos perusahaan raksasa Djarum Group, orang paling kaya di Tanah Air.
Menurut majalah Forbes edisi 2017, Bambang bersama saudaranya Robert Budi Hartono memiliki kekayaaan senilai 32,2 miliar dolar AS, tercatat di peringkat ke-75 sebagai orang terkaya di dunia.
Lenny Novera (45) warga Rawamangun, Jakarta. Ia seorang penonton di arena bridge, mengaku datang karena penasaran dengan cabang olahraga asah otak tersebut, sekaligus ingin bertemu dan berfoto dengan Michael Bambang Hartono.
"Saya kira saya bisa bertemu dan berfoto dengan orang terkaya di Indonesia," kata Lenny dengan wajah kecewa, Selasa (28/8) dilansir Antara.
Ia tidak mengira dirinya adalah satu di antara sangat sedikit penonton bridge.
Seorang atlet Bridge Indonesia saat mengikuti babak penyisihan Bridge Women's Pair dan Mixed Pair dalam ajang Asian Games ke-18 Tahun 2018, di Jakarta International Expo, Rabu (29/8/2018). (Foto: Antara/INASGOC/Setiyo Sc)
Pada hari itu, Selasa (28/8) hanya ada 29 orang dalam buku daftar tamu yang disediakan panitia pertandingan bridge Asian Games 2018 di Ballroom Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta.
Jumlah yang hadir secara fisik di area penonton berada di lantai tiga, lebih sedikit lagi, tidak sampai sepuluh orang. Lenny termasuk bagian dari ini.
Untuk menyaksikan pertandingan bridge, panitia menyiapkan ruangan khusus dilengkapi enam layar "vugraph", yaitu tampilan kartu di layar televisi memperlihatkan jalannya pertandingan. Satu di antaranya berupa vugraph raksasa di tempat berbeda yang juga dilengkapi sekitar 50 kursi.
Di kedua arena penonton tersebut, hanya terlihat segelintir penonton yang benar-benar datang untuk menyaksikan pertandingan. Sebagian dari mereka justru dari kalangan atlet, ofisial dan panitia.
Lukisan Abstrak
Cabang bridge untuk pertama kali dipertandingkan di pentas Asian Games, menyuguhkan pemandangan yang sangat berbeda dengan cabang lain.
Penonton tidak bisa melihat atlet berlaga secara langsung seperti pada cabang olahraga lain karena arena pertandingan berada di lantai dasar, sementara arena penonton berada di lantai tiga gedung pusat niaga itu.
Untuk mengetahui jalannya pertandingan, penonton hanya bisa mengikutinya melalui layar "vugraph" yang hanya berupa gambar-gambar yang terdapat pada kartu yang dimainkan atlet saat berlaga.
Seorang atlet bridge melebarkan kartunya saat mengikuti babak penyisihan bridge Women's Pair dan Mixed Pair dalam ajang Asian Games ke-18 Tahun 2018, di Jakarta International Expo, Rabu (29/8/2018). (Foto: Antara/INASGOC/Setiyo Sc)
Orang awam yang sama sekali tidak memahami olahraga bridge dipastikan akan bertambah pusing melihat makna yang ada di balik lambang-lambang serta angka-angka pada kartu bridge.
Sedikit penonton tampak sangat menikmati pertandingan yang disuguhkan melalui layar dan mereka terdengar sedang berdiskusi soal jalannya pertandingan.
Kalau diibaratkan karya seni, olahraga bridge tidak ubahnya seperti lukisan abstrak karya Affandi atau maestro Pablo Picasso asal Spanyol yang tidak bisa dinikmati banyak orang. Hanya kelompok tertentu saja yang datang ke pameran untuk menikmati lukisan yang sepintas terlihat hanya berupa coretan atau sketsa.
Olahraga bridge memang cabang olahraga yang jauh dari gemuruh penonton atau aksi selebrasi seperti yang diperlihatkan atlet bulu tangkis, bola basket atau sepak bola. Tidak akan ditemui penonton mengecat wajah dengan warna bendera, atau kostum unik dan menghibur.
Olahraga Senyap
Bridge adalah olahraga senyap, jauh dari hingar-bingar sehingga mereka yang berada di arena pertandingan tidak merasakan aura kompetisi seperti yang disuguhkan di arena pertandingan lain.
Tim Singapura, Choon Chou Loo (S), Hua Poon (N) dan Tim Hong Kong, Wai Kit Lai (E), Kwok Fai Mak (W) saat bertanding dalam Final Bridge Men's Team Asian Games ke-18 tahun 2018 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Senin (27/8/2018). (Foto: Antara/INASGOC/Andry Prasetyo)
Suasana hening tidak hanya terjadi di arena penonton, tapi juga di ruang kerja wartawan (venue press center). Hanya terlihat seorang wartawati asal Jepang yang sedang bekerja di hadapan laptop.
Egi Pahlevi dan Maghvira Ramadhanty, dua orang sukarelawan yang bertugas, tidak perlu bekerja keras melayani wartawan.
Kalau ada wartawan yang datang, itu pun menurut Maghvira hanya sekadar meminta jadwal pertandingan dan kemudian pergi.
"Kalau boleh memilih, saya sebenarnya ingin ditugaskan di cabang bulu tangkis atau basket karena saya suka dan mengerti olahraganya," kata Maghvira. Ia mahasiswa semester satu dari Universitas Pamulang, Ciputat, Tangerang Selatan.
Peran Bambang Hartono
Setelah berjuang bertahun-tahun, cabang bridge akhirnya diterima oleh Komite Olimpiade Asia (OCA) untuk dipertandingkan di pentas Asian Games 2018.
Michael Bambang Hartono sebagai Presiden Federasi Bridge Asia Tenggara turut berperan dalam meyakinkan petinggi OCA Sheikh Ahmed Al-Fahad Al-Ahmed Al-Sabah yang sebelumnya bersikeras menolak karena bridge dianggap dekat dengan permainan judi.
Atlet Bridge Indonesia, Michael Bambang Hartono(78) atlet tertua di Asian Games 18, serta orang terkaya di Indonesia. Ia turun di nomor Super Mixed Team Asian Games 2018 di Jakarta, Sabtu (25/08/2018). (Foto: Antara/INASGOC/Peter F Momor)
"Pihak OCA awalnya sempat keberatan karena bridge dihubungkan dengan permainan judi, tapi mereka akhirnya menerima setelah dijelaskan bahwa olahraga tersebut populer di negara Islam yang justru mempunyai juara dunia," kata Bambang Hartono beberapa hari jelang upacara pembukaan Asian Games 2018.
Menurut Bambang di kantornya kawasan Slipi kala itu, permainan bridge hampir sama dengan proses bisnis yang dijalaninya. Ada proses pengumpulan data, membuat keputusan dan menjalankan strategi.
Sebagai olahraga pendatang baru, bridge di Asian Games 2018 memberikan warna tersendiri di pesta olahraga empat tahunan itu karena selain dimeriahkan oleh salah satu pengusaha terkaya di dunia, juga tempat berkumpulnya para atlet senior.
Menurut data dari panitia pertandingan, atlet paling senior bukan Bambang Hartono, tetapi atlet bridge asal Filipina, Kong Te Yang, berusia 85 tahun.
Olahraga bridge menurut Kong, tidak bisa disamakan dengan jenis olahraga lain dengan moto, "tercepat, tertinggi dan terkuat". Olahraga bridge justru bisa melampaui batas kekuatan fisik seorang atlet.
"Bridge adalah olahraga yang sangat matematis. Anda juga harus memahami berbagai kemungkinan, mengetahui psikologi lawan, setiap saat harus dalam kondisi pikiran terbuka," katanya.
Di Asian Games 2018, bridge berakhir pada 1 September mendatang, mempertandingkan enam nomor, masing-masing tiga di nomor beregu dan tiga lagi di nomor pasangan. []