Baik Buruk Drama Korea Bagi Psikologis Penggemarnya

Demam drama Korea telah lama mewabah di Indonesia. Ini baik-buruk drama Korea bagi psikologis penggemarnya.
Ilustrasi drama Korea. (Foto: iniKpop)

Jakarta, (Tagar 1/2/2019) - Demam Drama Korea atau “Drakor” ternyata bisa menjangkiti siapa saja termasuk Puput Nastiti Devi, calon istri mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama BTP.

Drakor begitu mempengaruhi kehidupan pribadi seorang Puput. Sampai-sampai, mantan polwan itu menyematkan kata “Yeobo” sebagai panggilan sayang ke BTP. Kata yang kerap digunakan sebagai panggilan sayang oleh banyak tokoh  di drama-drama percintaan asal Korea Selatan.

Drama Korea masuk Indonesia pada awal tahun 2000an lewat serial drama berjudul “Endless Love”. Sebelumnya, drama asal Taiwan “Meteor Garden” juga mendulang sukses di pasaran Indonesia. Kisah cinta menguras airmata “Endless Love” kemudian menjadi pintu gerbang bagi judul-judul drama korea lain semisal, “Princess Hours”, “Full House” dan tentu “Boys Before Flowers” tentu saja.

Nama-nama bintang korea Won Bin, Song Seung Hoon, Song Hye Kyo, Lee Min-ho, Kim Bum, Ku Hye Sun dan Lee Min-Jun kemudian memiliki pasarnya sendiri di Indonesia, terutama di kalangan gadis-gadis remaja dan para ibu muda. Menggantikan serial melodrama dan telenovela yang menjamur pada era tahun 90an. Kisah haru, percintaan dan romantisme yang menjadi daya jual drama korea, lahap dikonsumsi kaum hawa di negeri ini.

Lepas dari tahun 2010, gelombang musik Korean Pop (K-Pop) yang menyapu seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia, membawa serta kultur pergaulan negeri gingseng itu. Bahasa, kuliner, fashion dan bahkan gaya hidup ala Korea menjadi tren di Indonesia. Termasuk juga drama Korea yang kemudian laris manis di pasaran lokal Indonesia.

Fanatisme terhadap serial drama Korea yang mulanya didominasi remaja putri dan ibu-ibu muda Indonesia,  mulai menulari kaum adam. Hal tersebut bisa dianalisa dari masuknya pembahasan soal kisah di drama Korea dalam percakapan-percakapan keseharian kalangan pria muda dan dewasa.

Menjangkitnya tren drama korea disebut Staf Akademik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Bona Sardo Hasoloan Hutahaean memiliki dua dampak positif negatif bagi psikologis dan non psikologis para penikmatnya. Untuk itu, dibutuhkan kecakapan untuk “mengerem” dan membatasi masuknya pengaruh isi cerita ke dalam kehidupan pribadi.

“Pengaruh buruk bisa saja terlalu terokupasi dengan segala hal yang terkait drama Korea, sehingga terlalu mengaitkan kehidupan nyata dengan drama Korea. Kalau keterusan, ya bisa jadi konsep diri si penggemarnya akan terganggu, karena terlalu mengaitkan identitas diri dengan drama Korea,” terang Bona Sardo kepada Tagar News melalui wawancara tertulis, Senin siang (28/1).

“Pengaruh baiknya ya bisa saja jadi belajar kultur berbeda, tambah wawasan, mungkin jadi belajar bahasanya, dan lain-lain," Imbuh Bona

Kata Bona, fanatisme penggemar drama Korea pada kalangan remaja merupakan hal yang masih wajar, namun akan merupakan sebuah ketidakwajaran apabila fanatisme terhadap drakor, menjangkit pada kalangan dewasa dan orang tua.

"Kalau masih usia remaja, masih dianggap wajar ngefans sama sesuatu, karena si remaja masih dalam tahap pencarian identitas diri. Kalau sudah dewasa, bisa jadi karena identitas dirinya belum terlalu kokoh atau mungkin semata karena mudah hanyut dengan dinamika drakor," ujar Psikolog multitalenta jebolan ajang Indonesian Idol itu.

Menyadari bahwa drama Korea hanyalah sebuah hiburan fiksi, disebut Bona bisa menghindarkan kalangan remaja dari efek buruk drama Korea. Bona menyarankan agar remaja mencari hiburan dan kegiatan lain yang bermanfaat selain menghibur diri dan mencari tahu sesuatu lewat drama Korea.

“Untuk remaja, sebisa mungkin menyadari bahwa meski masih pencarian identitas diri, ada baiknya terpapar dengan banyak stimulus selain drakor, jadi proses pembentukan identitas dirinya bisa semakin utuh. Untuk yang sudah dewasa, harapannya bisa semakin logis untuk membedakan mana kehidupan nyata dan mana kehidupan drakor. Mestinya individu dewasa kan lebih bijak untuk memisahkan kedua hal ini,” tandas Bona Sardo. []

Berita terkait
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.