Untuk Indonesia

Bahasa Simbol di Balik Foto-foto Mesra Keluarga Jokowi

Bahasa simbol di balik foto-foto mesra keluarga Jokowi. Saat melihat Jokowi-Iriana bergandengan tangan, apa yang terlintas di benak Anda?
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana berjalan bergandengan tangan di kebun karet saat kunjungan kerja di Lampung, Sabtu (9/3/2019). (Foto: Facebook/Presiden Joko Widodo)

Oleh: Siti Afifiyah*

Tawa lepas Jokowi dan Iriana saat berjalan sambil bergandengan tangan di antara barisan pohon karet, spontan mengingatkan sosok kesepian di seberang sana, Prabowo tanpa pendamping hidup. 

Tentu Jokowi tidak bermaksud melukai perasaan sang rival politik dalam Pilpres 2019, saat ia mengunggah foto mesranya itu di laman Facebooknya.

Juga ketika Jokowi mengajak cucunya, Jan Ethes Srinarendra, jalan-jalan di kebun raya Bogor, atau mengajak Jan Ethes salat Jumat di masjid, tentu ia tidak bermaksud menyakiti rival politiknya itu.

Disengaja atau tidak, pada akhirnya apa yang terekam dalam foto-foto kemesraan keluarga Jokowi itu menjadi bahasa simbol.

Jokowi tidak berkata-kata. Ia berbicara melalui segenap panca inderanya. Kamera yang mengikutinya mengabadikan gesturnya. Natural dalam bahasa gambar. Orang lain yang melihatnya yang memberi makna. Multi tafsir. Orang bebas menerjemahkan apa saja. 

Foto-foto mesra keluarga Jokowi satu sisi bisa menjadi pukulan telak ke titik terlemah Prabowo. 

Satu di antara titik terlemah Prabowo adalah keluarga. Orang-orang membayangkan kalau Prabowo jadi presiden, siapa ibu negaranya. Orang-orang masih banyak yang berpikir bahwa perceraian adalah bentuk kegagalan. 

Keluarga JokowiJan Ethes ikut Mbah Jokowi salat Jumat di masjid. (Foto: YouTube)

"Memimpin keluarga saja tidak mampu, bagaimana mau memimpin orang se-Indonesia," begitu kira-kira imajinasi dalam banyak benak orang.

Jokowi dengan caranya menunjukkan ia telah selesai dalam urusan keluarga. Istri yang memberikan ketenangan. Yang berpenampilan apa adanya. Jauh dari kesan glamor. Wajah kebanyakan orang Indonesia. 

Pembawaan Jokowi dan Iriana membuat banyak orang mengidentifikasi bahwa mereka adalah bagian dari dirinya, adalah dirinya. Jauh dari kesan dibuat-buat.

Orang-orang Indonesia berdoa meminta pemimpin yang baik. Jokowi orang baik yang dipilih Tuhan untuk kebaikan Indonesia. Jokowi adalah jawaban atas doa orang-orang Indonesia

Anak-anak yang mandiri, jualan martabak, jualan pisang goreng. Anak-anak yang bermartabat, dengan sadar membuat jarak dari kekuasaan ayahnya. Tidak mau ikut-ikutan proyek pemerintah yang kemudian kelak ayahnya terseret-seret kasus korupsi. Tidak mau merepotkan ayahnya. Tidak mau menjadi beban ayahnya. 

Anak-anak yang santai tanpa jaim bermain di media sosial, dengan gaya bahasa anak muda kebanyakan. Anak-anak yang kemudian juga menjadi idola.

Anak-anak yang tidak ngegas saat ayahnya dihujani serangan fitnah bertubi-tubi. Anak-anak dengan kecerdasan tingkat tinggi, dengan selera humor tinggi. Membuat orang berpikir anak-anak dengan kearifan khusus itu tentu merupakan hasil didikan ayah dan ibunya.

Keluarga Jokowi"Sedah Mirah nyaman dalam buaian sang nenek, seusai santap siang tadi bersama keluarga di sebuah rumah makan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara," tulis Presiden Jokowi bersama unggahan foto ini di laman Facebooknya, 17 Februari 2019. (Foto: Facebook/Presiden Joko Widodo)

Cucu yang lucu dan menggemaskan. Jan Ethes usia dua tahun lagi lucu-lucunya. Gerak-geriknya selalu saja menyita perhatian. Tingkah polahnya saat berdiri di samping embahnya yang sedang salat Jumat, membuat netizen histeris dibuatnya. Para orangtua jadi ingat anaknya masing-masing saat seusia Jan Ethes. Para kakek-nenek ingat cucunya masing-masing saat seusia Jan Ethes.

Semua tampak natural. Beberapa mungkin dengan sinis mengatakan itu pencitraan. 

Pencitraan adalah sesuatu yang direkayasa, dibuat-buat, tidak natural, bukan kebiasaan asli. Sesuatu yang tidak asli, bukan kebiasaan, biasanya hanya berlangsung sesaat. Misalnya ada orang-orang yang tiba-tiba rajin blusukan ke pasar. Setelah mendapatkan jabatan yang diinginkan, tak lagi blusukan ke pasar. 

Sedangkan Jokowi. Alangkah melelahkan pencitraan bertahun-tahun lamanya. Sejak Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga Presiden RI.

Hanya kebiasaan yang mampu bertahan sekian lama. Bukan pencitraan. 

Jokowi telah selesai dengan dirinya sendiri. Selesai dengan keluarganya sendiri. Pikirannya kini sepenuhnya adalah bagaimana membangun Indonesia, membangun manusia Indonesia. 

Orang-orang Indonesia berdoa meminta pemimpin yang baik. Jokowi orang baik yang dipilih Tuhan untuk kebaikan Indonesia. Jokowi adalah jawaban atas doa orang-orang Indonesia.

*Penulis adalah Jurnalis Tagar News

Baca juga:

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.