Asia Bisa Jadi Jembatan Virus Baru Flu Burung Masuk ke Australia

Jenis virus baru flu burung H5N1 sudah memakan korban di hampir seluruh benua di dunia kecuali Australia dan Antartika
Virus flu burung yang mematikan jenis H5N1 dibawa oleh burung-burung yang melakukan migrasi. (Foto: abc.net.au/indonesian - Reuters/Ronen Zvulun)

Oleh: Emma Field dan Natasha Schapova

TAGAR.id – Jutaan ekor burung telah mati karena adanya virus flu burung di seluruh dunia. Meski belum terdeteksi di Australia, para pakar mengkhawatirkan virus tersebut sudah menjangkiti sejumlah binatang di negara ini.

Jenis virus baru flu burung H5N1 sudah memakan korban di hampir seluruh benua di dunia kecuali Australia dan Antartika, dengan korban ratusan juta burung liar maupun unggas peliharaan setiap tahunnya.

Minggu ini pihak berwenang memastikan kematian empat anjing laut di Skotlandia tahun lalu disebabkan oleh virus flu burung yang sangat mematikan, dan sejauh ini 70 binatang lainnya termasuk berang-berang dan rubah sudah dites positif mengidap virus tersebut.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perjalanan tahunan burung-burung bisa membawa virus tersebut masuk ke Australia, dengan kekhawatiran tambahan bahwa virus tersebut bisa menjalar ke manusia.

Pada tahun 2020 dan 2021, enam lokasi pertanian di negara bagian Victoria, termasuk satu peternakan emu, terpaksa harus membantai sekitar 500 ribu ternak mereka, setelah munculnya wabah flu burung yang melibatkan tiga jenis virus yang berbeda.

Perlu pengawasan yang lebih ketat

Kepala divisi ekologi di Deakin University di Melbourne, Marcel Klaassen, mengatakan varian baru flu burung tersebut sangat mudah menyebar dan sangat mematikan sehingga bisa menjadi ancaman besar bagi Australia sehingga perlu pengawasan.

"Kita harus berpikir sama sepertti kita melihat Covid-19. Virus corona tetap ada dan jenis varian tertentu bisa menyebabkan masalah," kata Professor Klaassen.

Penelitian yang dilakukan Deakin University yang mengkaji lebih dari 10 ribu burung selama 10 tahun terakhir dan menemukan bahwa burung perandai (shorebrids) dan unggas air (waterfowl) merupakan jenis burung yang biasa membawa virus flu burung, yang kemudian bisa menularkannya ke spesies burung lainnya.

Professor Klaassen memperingatkan bahwa jutaan burung perandai melakukan migrasi antara Australia dan Asia setiap tahunnya dan "mereka bisa menjadi jembatan bagi virus untuk masuk ke Australia."

"Kita betul-betul harus waspada," katanya.

Menurut Professor Klaassen, menghentikan migrasi burung adalah hal yang tidak memungkinkan tetapi tindakan biosekuritas bisa diterapkan untuk menghentikan virus itu masuk ke industri perunggasan di Australia.

Dia mengatakan 70 persen populasi unggas dunia adalah ternak yang dimiliki oleh para petani dan "merekalah yang menyebabkan virus tetap ada".

"Jadi kita harus betul-betul berusaha memantau satwa liar kita."

Sejauh ini situs Departemen Pertanian Australia mengatakan "produk unggas, daging dan telur di Australia aman untuk dikonsumsi.'

"Wabah H5N1 yang terus terjadi di seluruh dunia telah meningkatkan kemungkinan kemungkinan masuknya virus," kata situs itu.

"Migrasi tahunan jutaan burung ke wilayah kita antara bulan September dan November bisa membawa virus tersebut."

populasi burung liar di australiaMusim hujan yang lebih basah di Australia selama tiga tahun terakhir menyebabkan meningkatnya populasi burung liar. (Foto: abc.net.au/indonesian - Supplied/Kerry Vickers)

Virus bisa berpindah dari hewan ke manusia

Professor Klaassen mengatakan virus ini bisa berpindah antarspesies, termasuk dari binatang ke manusia.

"Sudah ada banyak kasus di mana virus itu melompat dari burung ke anjing laut, rubah, anjing liar dan berbagai bintang lain, juga manusia," katanya.

Walau dia menekankan bahwa saat ini tidak ada ancaman nyata untuk Australia, Professor Klaassen mendesak pihak berwenang untuk memantau burung-burung yang melakukan migrasi ke Australia yang biasanya dimulai bulan September.

Juru bicara Departemen Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Australia mengatakan mereka "memantau dengan saksama situasi internasional" tetapi mengatakan saat ini risiko virus flu burung ini masuk ke Australia rendah.

Juru bicara tersebut mengatakan sampai sekarang "ribuan sampel satwa liar sudah dites dan tidak ditemukan adanya virus flu burung dari berbagai satwa liar yang ada di Australia".

"Penelitian terbaru mengukuhkan tidak ada bukti adanya virus flu burung di burung-burung yang melakukan migrasi sampai akhir tahun 2022.

"Australia sudah menyiapkan diri dengan baik menghadapi kemungkinan adanya wabah flu burung," kata juru bicara tersebut.

Risiko rendah tapi perlu waspada

Kepala bidang kedokteran hewan negara bagian Victoria, Graeme Cooke, menangani wabah flu burung di tahun 2020-2021 yang merupakan wabah terbesar yang pernah terjadi di Australia.

Dia mengatakan jenis virus flu burung sekarang yang ada di kawasan Eropa cukup mengkhawatirkan "karena biasanya ini hanya bersifat musiman, tetapi sekarang menunjukkan wabah itu bisa berlangsung sepanjang tahun."

Namun dia mengatakan Australia bukanlah di jalur utama pergerakan migrasi burung dunia sehingga risiko bagi Australia rendah.

Meski demikian, ia memperingatkan para peternak unggas untuk tetap waspada.

"Penting sekali bagi peternak unggas untuk memiliki tingkat pengamanan biosekuritas melalui pemisahan antara ternak unggas mereka dengan burung-burung liar," kata Dr Cooke.

"Sebagai contoh, jangan biarkan mereka makan dari sumber yang sama dengan burung-burung liar." (Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News)/ ABC Rural/abc.net.au/indonesian. []

Berita terkait
Banyak Penguin Mati karena Flu Burung di Cape Town Afrika Selatan
Fenomena tersebut, jumlah penguin yang mati, meningkatkan kekhawatiran terhadap nasib spesies tersebut dan burung laut lainnya
0
Asia Bisa Jadi Jembatan Virus Baru Flu Burung Masuk ke Australia
Jenis virus baru flu burung H5N1 sudah memakan korban di hampir seluruh benua di dunia kecuali Australia dan Antartika