Apakah Moskow Akan Bersalaman dengan Taliban di Kabul?

Berbeda dengan negara-negara Barat, Rusia justru bereaksi tenang menghadapi perebutan kekuasaan oleh Taliban di Afghanistan
Milisi Taliban di Kabul, Afghanistan (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Berbeda dengan negara-negara Barat, Rusia bereaksi tenang menghadapi perebutan kekuasaan oleh Taliban di Afghanistan. Kemungkinan Rusia juga akan mengakui kepemimpinan Taliban, seandainya menguntungkan. Roman Goncharenko dan Alexander Prokopenko melaporkannya untuk DW.

"Kami tidak khawatir," kata utusan khusus Presiden Rusia untuk Afghanistan, Samir Kabulov, ditanya soal reaksi Moskow terhadap pergantian kekuasaan di sana. Di saluran televisi pemerintah Russia-1, dia menekankan bahwa Rusia memiliki "hubungan baik" dengan bekas pemerintah Afghanistan maupun dengan kelompok militan Taliban, sekalipun Taliban di Rusia dilarang dan terdaftar sebagai organisasi teroris.

Kedutaan Besar Rusia adalah salah satu dari sedikit perwakilan luar negeri di Kabul yang tidak dievakuasi. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Echo of Moscow, Duta Besar Rusia untuk Afghanistan, Dmitry Zhirnov, bahkan memuji Taliban dan mengatakan, dalam pembicaraan soal keamanan kedutaan, pendekatan Taliban "baik, positif, seperti bisnis biasa."

Moskow memang lebih siap menghadapi perkembangan terakhir daripada Barat, kata Andrey Kazantsev, seorang ahli Afghanistan dan direktur Pusat Analisis di Institut Hubungan Internasional Negara Moskow, MGIMO. "Rusia memang mempersiapkan lebih baik daripada yang lain," dia menegaskan.

1. "Strategi Ganda" Moskow untuk Afgjanistan

Andrey Kazantsev mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Rusia bekerja berdasarkan prinsip" tidak perlu mempertahankan Asia Tengah dengan kekuatan senjata." Rusia juga rajin berkonsultasi "dengan pemain regional utama seperti Cina, Iran, Pakistan, dan India." Dia menjelaskan, kontak diplomatik itu penting, karena ada risiko bahwa perang saudara baru akan pecah, dan Rusia serta Asia Tengah akan terkena dampaknya.

Wolfgang Richter, pensiunan kolonel di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan SWP di Berlin, menjelaskan bahwa Rusia memang tidak pernah mengikuti "ilusi Barat" yang ingin membangun negara demokratis yang menghormati hak-hak perempuan. di Afgjanistan.

Latihan militer gabungan Rusia-TajikistanLatihan militer gabungan Rusia-Tajikistan di perbatasan dengan Afghanistan (Foto: dw.com/id)

Pada bulan Juli, perwakilan Taliban diterima di Moskow, kata Richter, meskipun dia tidak percaya bahwa Moskow benar-benar santai melihat pengambilalihan Taliban. Moskow menjalankan "strategi ganda", jelasnya.

Di satu sisi, Rusia akan mencari kesepakatan dengan Taliban untuk mencegah kelompok militan itu mendukung al-Qaeda di Asia Tengah. Pada saat yang sama, Rusia akan memperkuat republik-republik Asia Tengah jika terjadi bentrokan di perbatasan mereka.

2. "Perasaan Bercampur" di Moskow

Secara keseluruhan, kemenangan Taliban membuat khawatir Moskow, yang memiliki trauma tersendiri terkait Afghanistan, yang berasal dari era Uni Soviet.

Menurut Andrey Kazantsev, peristiwa baru-baru ini di Afghanistan dianggap di Moskow sebagai "Vietnam kedua." Namun, Kremlin tetap prihatin, karena kemenangan Taliban berpotensi menjadi model bagi kelompok-kelompok jihadis di seluruh dunia.

Pakar Afghanistan yang berbasis di Moskow, Andrey Serenko, tidak berpikir bahwa Rusia bisa dengan mudah mencapai kesepakatan dengan Taliban. Harapan bahwa Taliban akan memerangi ISIS dan struktur al-Qaeda dianggapnya terlalu optimis. "Garis antara Taliban dan ISIS di Afghanistan sangat cair," ujarnya.

Dia juga memperingatkan kemungkinan bangkitnya mitos baru setelah kemenangan Taliban, yang pada gilirannya memicu kelompok-kelompok radikal di Rusia untuk "siap berjihad". (hp/yp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Pengamat: Taliban Tak Akan Ekspansi ke Luar Afghanistan
Analis konflik dan keamanan Alto Labetubun menjelaskan Taliban masih memakai ideologi yang sama dan tak akan lakukan ekspansi ke luar Afghanistan.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.