Bandung, (Tagar, 21/3/2018)-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Barat mengungkapkan, angka kesadaran berKB di Jabar baru 63 persen dari sekitar 10 juta pasangan usia subur atau baru 6,3 juta. Artinya masih ada 37 persen atau 3,7 juta pasangan usia subur di Jabar yang tidak mau berKB.
Kepala BKKBN Perwakilan Jawa Barat, Sukarno Teguh Santoso berharap angka peserta KB aktif baik dengan kontrasepsi modern atau tradisional dapat ditingkatkan, untuk meminimalisir angka kelahiran para remaja dan presentase kehamilan tidak diinginkan.
Faktor utama yang membuat pasangan usia subur tidak mau berKB, ungkap Teguh, adalah anggapan salah mengenai KB yang dipersepsikan akan berimplikasi terhadap kesehatan terutama reproduksi perempuan. Selain itu penilaian seperti KB akan membatasi atau menutup jumlah keturunan.
“Alasan lainnya, banyak pasangan usia subur yang masih ingin mempunyai anak lagi tanpa memikirkan jarak kelahiran,” ujar Teguh, Rabu.
Padahal tambahnya, KB hanya mengatur jarak kelahiran anak, sehingga ibu dan anak akan sehat terutama anak yang dilahirkan akan terjamin atau terpenuhi gizi, anak pun akan tumbuh menjadi cerdas.
“Meskipun rata-rata di Jawa Barat angka partisipasi KB sudah bagus, jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, tetapi angka partisipasi tersebut harus terus ditingkatkan sampai di angka idealnya,” tambahnya.
Agar angka partisipasi KB terus meningkat, terangnya, diharapkan program 1 kecamatan 1 Kampung KB benar-benar dijalankan.
“Dengan adanya 1 kecamatan 1 Kampung KB ini diharapkan meningkatkan kesadaran warga mengenai permasalahan KB terutama di keluarga yang tinggal di pinggiran atau daerah yang menjadi kantong-kantong keluarga prasejahtera yang biasanya di daerah kumuh, pinggiral rel kereta api hingga pedesaan,” tegasnya. (fit)