Anak TK Berkostum Jihadis Dalam Acara Tujuh Belasan

Anak TK berkostum jihadis dalam acara tujuh belasan itu viral di media sosial kemudian menjadi sorotan media asing.
Anak TK Berkostum Jihadis Dalam Acara Tujuh Belasan | Anak-anak TK Kartika Probolinggo dengan kostum hitam-hitam bercadar dengan replika senjata dalam pawai Agustusan, Sabtu 18/8/2018. (Foto: Istimewa)

Probolinggo, (Tagar 22/8/2018) - Pawai anak-anak TK Kartika di Probolinggo yang kontroversial dengan kostum jihadis, pakaian hitam dan cadar serta membawa replika senjata di acara Agustusan (18/8), viral di media sosial kemudian menjadi sorotan media asing, satu di antaranya The Guardian

Media Inggris itu melaporkan, sebuah taman kanak-kanak di Indonesia telah dikritik karena mendandani anak perempuan berpakaian hitam, kostum ala ISIS dan senapan replika untuk parade hari kemerdekaan. Pihak penyelenggara dipaksa untuk meminta maaf atas kesalahan yang memalukan itu.

Foto-foto parade "budaya" yang diadakan di Kota Probolinggo, Jawa Timur, pada hari Sabtu (18/8) menunjukkan anak-anak perempuan kecil berbaris di jalan mengenakan cadar hitam gaya niqab, dan membawa guntingan kardus senjata.

Kepala TK Kartika meminta maaf "sangat" untuk kostum tersebut, dengan mengekspresikan penyesalan atas keputusan tersebut dan mengatakan mereka tidak mencoba "menanamkan kekerasan" pada anak-anak TK.

"Kami mengangkat tema perjuangan Nabi untuk meningkatkan iman dan pengabdian kepada Allah," kata kepala taman kanak-kanak Hartatik, ketika diminta menjelaskan pakaian kontroversial itu.

Taman kanak-kanak itu berada di lokasi kompleks militer Indonesia, dan parade hari Sabtu terjadi sehari setelah hari kemerdekaan, yang jatuh pada 17 Agustus, di negara mayoritas muslim terbesar di dunia.

Diminta menjelaskan mengapa taman kanak-kanak memilih kostum tersebut, Hartatik mengakui mereka menggunakan perlengkapan dari tahun-tahun sebelumnya untuk menghemat uang.

"Kami menggunakannya untuk menghemat dana," kata Hartatik. "Kami tidak pernah memikirkan dampaknya. Yang penting adalah ikut serta dalam pawai, bahwa anak-anak senang, menggunakan properti yang ada."

Kepala taman kanak-kanak itu tidak menjelaskan mengapa kostum gaya jihadis digunakan pada tahun-tahun sebelumnya.

Berbicara dalam konferensi media menyusul kegemparan peristiwa itu, komandan militer Probolinggo, Letnan Kolonel Kav Depri Rio Saransi mengatakan bahwa pawai itu murni untuk mendidik para siswa tentang "perjuangan Islam" tetapi tidak dimaksudkan untuk mempromosikan radikalisme agama.

"Tidak ada sedikit pun radikalisme. Saya menekankan bahwa murni tidak ada unsur yang secara sengaja menunjukkan keberadaan aktivitas radikal," katanya, sebelum menawarkan permintaan maaf lebih lanjut.

Gambar dan video dari pawai menjadi viral di media sosial di negara tersebut dan pada hari yang sama ketika Indonesia membuka Asian Games ke-18 dalam sebuah upacara spektakuler di Jakarta, yang merayakan keragaman budaya yang kaya di negara itu.

Parade Probolinggo adalah kejanggalan memalukan bagi Indonesia karena ia bekerja untuk menunjukkan wajah terbaiknya kepada dunia melalui acara olahraga besar yang melibatkan 45 negara, yang terbesar dari jenisnya setelah Olimpiade.

Berita tentang pawai juga telah sampai ke parlemen Indonesia, dengan Ketua DPR Bambang Soesatyo menggambarkannya sebagai "tontonan yang tidak pantas".

"Mendandani anak-anak dengan kostum berkerudung hitam dan membawa senjata replika memberikan persepsi yang buruk," katanya, "Perlakuan seperti itu dapat merusak ide-ide anak-anak."

Sehari Setelah Pawai Kontroversial

Sehari setelah pawai kontroversial TK di Probolinggo itu, tepatnya Minggu (19/8) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy mengatakan bahwa pihaknya menelusuri maksud dan tujuan pawai budaya anak-anak TK Kartika V yang kontroversial tersebut.

Pawai itu dinilai kontroversial karena menggunakan baju hitam dan cadar serta membawa replika senjata. Pawai itu viral di media sosial.

Mendikbud pun datang ke Kota Probolinggo, Jawa Timur, Minggu petang.

"Setelah saya turun langsung dan mengecek di lapangan, sebenarnya karnaval anak-anak TK itu tidak ada yang luar biasa," katanya mengutip Antara.

Hanya saja, lanjutnya, video yang viral fokus pada pasukan anak-anak memakai cadar dengan membawa senjata. 

"Kalau dilihat secara utuh karnaval itu seperti karnaval biasa," kata Muhajir kepada sejumlah wartawan di Kota Probolinggo.

Menurut dia, pawai budaya yang digelar TK tersebut memiliki tema perjuangan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia yang digambarkan dengan bendera Merah Putih, Ka'bah dan diikuti pasukan anak-anak yang menggunakan cadar dengan membawa replika senjata yang dinilai kontroversial itu.

Berdasarkan penjelasan pihak sekolah, properti yang digunakan anak-anak dalam karnaval itu merupakan properti lama yang dimiliki pihak sekolah dan tidak ada niat dari pihak sekolah untuk memberikan arahan kepada anak-anak didiknya pada ajaran radikalisme yang berbahaya.

"Itu hanya kebetulan saja dan tidak terpikir dampaknya seperti ini," tuturnya.

Ia menjelaskan pihak Kemendikbud perlu meluruskan informasi yang beredar terkait pawai budaya anak-anak TK di Kota Probolingo yang sempat viral di media sosial dan dinilai kontroversi itu bahwa tidak benar adanya ajaran radikalisme di TK setempat.

Penggunaan properti itu untuk menghemat biaya pengeluaran wali murid karena menggunakan properti lama milik sekolah.

Kendati demikian, kasus tersebut dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak sekolah dan guru juga harus cermat dalam mendidik siswanya serta tahu kapan anak didik itu dikenalkan dengan properti-properti tertentu.

"Kalau memang belum waktunya dikenalkan properti itu, sebaiknya dipertimbangkan masak-masak lebih dulu," katanya.

Muhajir mengimbau semua pihak kalangan pendidikan tetap harus mewaspadai adanya ajaran radikalisme di sekolah-sekolah karena biasanya hal tersebut tidak datang dari luar sekolah. Namun dari dalam sekolah sehingga harus diwaspadai adanya bibit-bibit ajaran berbahaya itu.

Sebelumnya pawai budaya salah satu TK di Kota Probolinggo sempat viral di media sosial karena menggunakan baju hitam dengan menggunakan cadar serta membawa replika senjata. 

Polres Probolinggo Kota mengundang pihak terkait untuk konferensi pers mengklarifikasi kejadian tersebut.

Dalam klarifikasi tersebut, hadir Kapolres Probolinggo Kota AKBP Alfian Nurrizal, Dandim 0820 Probolinggo Letkol Kav. Depri Rio Saransi, Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Moch. Maskur, Ketua Panitia Pawai Budaya Supini dan Kepala Sekolah TK Kartika V Probolinggo Hartatik.

Pawai Budaya dengan tema Bhineka Tunggal Ika tingkat TK se-Kota Probolinggo oleh Diknas Kota Probolinggo dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-73 RI dilaksanakan pada Hari Sabtu (18/8) di Kota Probolinggo.

Pesertanya 158 anak yang merupakan kegiatan rutin setiap tahun dan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dengan Tema Pawai Budaya Bhineka Tunggal Ika.

Kepala TK Kartika V Probolinggo Hartatik mengatakan tema karnaval, yakni "Bersama Perjuangan Rasulullah untuk meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT". Pemilihan kostum tersebut karena alasan memanfaatkan properti yang ada di Sekolah TK sehingga tidak perlu menyewa kostum serta pemilihan tema tersebut berdasarkan spontanitas.

"Kami tidak ada niat apa-apa, apalagi menanamkan jiwa kekerasan. Semua hanya niat pawai dengan memanfaatkan properti yang ada sehingga lebih hemat. Atas kejadian itu, saya meminta maaf kepada masyarakat. Kami berjanji untuk tidak mengulangi hal yang sama," katanya. []

Berita terkait
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)