Amerika Serikat Tawarkan Vaksin Covid-19 Kepada China

AS menawarkan untuk memberikan vaksin Covid-19 kepada China sebagai upaya membendung lonjakan kasus baru virus corona
Para komuter tampak pakai masker ketika berada di dalam kereta bawah tanah di Shanghai, China, di tengah perebakan Covid-19 di wilayah tersebut pada 20 Desember 2022. (Foto: voaindonesia.com/Reuters/Casey Hall)

TAGAR.id, Washington DC, AS - Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa, 20 Desember 2022, menawarkan untuk memberikan vaksin Covid-19 kepada China sebagai upaya membendung lonjakan kasus baru virus corona di negara tersebut, seraya mengatakan mengendalikan wabah tersebut merupakan kepentingan dunia.

Kecil kemungkinan bahwa China akan menerima tawaran dari AS, yang dikenal sebagai musuh bebuyutannya, setelah investasi besar negara Tirai Bambu itu dalam diplomasi Covid-19, yang mencakup pengiriman vaksin buatannya ke seluruh dunia.

Laporan situs independen, worldometers, menunjukkan sampai tanggal 21 Desember 2022 jumlah kasus Covid-19 di China sebanyak 386.276 dengan 5.241 kematian.

“Penting bagi semua negara untuk fokus agar semua orang divaksinasi, membuat tes dan perawatan tersedia dengan mudah,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, kepada wartawan.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price. (Foto: Tagar/Wikimedia Commons/U.S. Department of State)

“Amerika Serikat adalah donor terbesar vaksin Covid-19 di seluruh dunia. Kami siap untuk terus mendukung semua orang di seluruh dunia, termasuk di China, dengan vaksin dan dukungan kesehatan terkait Covid-19 lainnya,” ujar Price.

“Hal ini sangat penting demi kemashlahatan seluruh dunia. Vaksin Covid-19 kami aman dan efektif, dan kami telah menyediakannya ke negara-negara di seluruh dunia, terlepas dari ada atau tidaknya perbedaan pandangan politik,” tambahnya.

Price memaparkan beban kasus di China, negara dengan tingkat perekonomian kedua terbesar di dunia, telah menimbulkan dampak pada sektor ekonomi dan manusia.

“Hal ini penting tidak saja untuk Republik Rakyat China, tetapi juga untuk kelanjutan pemulihan ekonomi masyarakat internasional, bahwa China berada dalam posisi yang dapat mengendalikan wabah ini,” ujarnya.

China, yang merupakan lokasi di mana Covid-19 pertama kali terdeteksi tiga tahun lalu, hingga baru-baru ini mengupayakan kebijakan ‘Non-Covid’ yang mencakup kebijakan lockdown yang sangat ketat.

Pemerintah mengubah kebijakan tersebut setelah warga melakukan demonstrasi besar-besaran yang jarang terjadi. Meskipun demikian, masih banyak warga yang belum divaksinasi terutama para lansia.

Pekerja krematorium di China mengatakan kepada Kantor Berita AFP bahwa mereka kesulitan dalam mengimbangi jumlah kematian yang melonjak.

Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) pada bulan Juni 2022 lalu mengatakan kemanjuran dua dosis vaksin Sinopharm buatan China mencapai 79 persen untuk mencegah infeksi dan perawatan akibat Covid-19, sementara kemanjuran vaksin Moderna dan Pfizer buatan Amerika Serikat mencapai 95 persen. (em/rs)/AFP/voaindonesia.com dan sumber lain. []

Berita terkait
Warga China Berburu Obat Penurun Demam dan Alat Tes Covid Sampai ke Australia
Hal ini terjadi setelah sejumlah apotek di kota-kota besar di China mulai kehabisan stok setelah antrean yang panjang