Ahmat Prabowo, Anak Tukang Becak yang Bergelimang Prestasi

Meski berasal dari keluarga miskin, tidak menyurutkan semangat untuk mengenyam pendidikan.
Ahmat Prabowo, mahasiswa UNY membuktikan keterbelakangan ekonomi tidak menyurutkannya mengenyam pendidikan dan berpretasi. (Foto: Dok Pribadi/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 8/1/2019) - Ahmat Prabowo, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) jurusan Pendidikan Teknik Otomotif. Salah satu siswa berprestasi yang diterima perguruan tinggi melalui jalur Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidik Misi).

Ahmat Prabowo berasal dari keluarga tidak mampu, ayahnya hanya seorang tukang becak yang mengayuh becak di sekitar perbatasan Sleman dan Kota Yogyakarta. Sosok sang ayah menjadi motivasi Ahmat untuk menggapai mimpi. Selain itu, keinginan untuk membanggakan orang tua yang berpeluh keringat menghidupi keluarga.

"Tujuanku hidup bukan cari masalah, tetapi mencari sesuatu yang dapat membanggakan orang tuaku," demikian motto hidup Ahmat Prabowo.

Meski berasal dari keluarga miskin, tidak menyurutkan semangat untuk mengenyam pendidikan. Setelah lulus dari SMKN 3 Yogyakarta, Ahmat diterima di UNY. Mulai tahun kedua, ia aktif mengikuti lomba-lomba karya ilmiah. Dari situlah prestasi demi prestasi diraihnya.

Bahkan, dalam satu terakhir, mampu menyabet juara 10 even di tingkat nasional yang digelar berbagai kampus di Indonesia. Beberapa karya ilmiah yang berhasil meraih juara antara lain Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 'Pusat Kreativitas dan Inovasi Tahunan' Pesut 2018 di Samarinda, Juara I Lomba Karya Cipta 'Pejuang Inovasi Nasional' (PIN) 2018 di Kalimantan, Juara I Inovasi Media Pembelajaran Sederhana di Era Digital di Jakarta dan lainnya.

Di mata teman-temannya, Ahmat dikenal sosok mahasiswa yang pantang menyerah. Dia selalu punya semangat dalam meraih targetnya. Tidak ada kata yang tidak mungkin jika ada semangat menggapainya.

"Saat ikut lomba di Kalimantan, saya datang sendirian tanpa teman. Saya kehabisan uang dan tidak tahu di mana ATM berada. Akhirnya saya menemukan, namun harus berjalan 3 kilometer. Bagi saya ini adalah perjuangan," papar Ahmat kepada Tagar News, Selasa (8/1).

Pria kelahiran Sleman 10 Maret 1997 ini, mengaku aktif mengikuti sejumlah lomba karya ilmiah bukan tanpa alasan. Lomba karya ilmiah dengan prestasi yang didapatkan, merupakan bagian atas kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya. Ia ingin membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan seseorang berprestasi.

Ahmat mengatakan, selama mengenyam pendidikan harus ada sesuatu yang berharga yang bisa diberikan kepada lingkungan sekitar. Saat lulus kuliah nanti, tidak sekedar mendapatkan ijazah namun juga mempraktekkan pengalaman hal yang berguna di berbagai tempat. 

"Saya juga ingin membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk menjadi pribadi yang berprestasi," kata dia.

Alumnus SMKN 3 Yogyakarta ini mengatakan, banyak pengalaman yang didapatkan di kampus maupun saat mengikuti lomba. 

Ia mengakui, kompetisi yang paling bergengsi adalah lomba karya tulis ilmiah nasional yang digelar PT Badak LNG, salah satu perusahan migas terbesar di Indonesia kelas dunia.

Kini, Ahmat tidak lagi takut bepergian sendirian. Berbagai moda transportasi pernah digunakannya untuk mengantarkannya ke tempat di mana tempat mengikuti lomba. Naik kereta api, kapal laut atau pesawat sudah dilaluinya.

Awalnya naik pesawat hanya sekedar mimpi. Karena baginya naik pesawat butuh biaya besar. Sesuatu yang sepertinya tidak mungkin bagi keluarganya yang pas-pasan. 

"Dalam setahun ini, saya naik pesawat sebanyak tujuh kali. Bagi saya ini pengalaman yang luar biasa," pungkasnya. []

Berita terkait