Abah Sam'ani: Hadapi Terorisme Jangan Kedepankan Kekerasan

Abah Sam'ani: hadapi terorisme jangan kedepankan kekerasan. “Jangan kemudian teroris ini dimusuhi. Tetapi, kalau bisa dirangkul, diajak bersama agar bisa menerima perbedaan."
Petugas lapas melakukan pemeriksaan terhadap pengunjung yang akan menyeberang ke Nusakambangan, di Dermaga Penyeberangan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (12/5). (Foto: Ant/Idhad Zakaria)

Semarang, (Tagar 13/5/2018) – Pengasuh Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu Semarang, Jawa Tengah (Jateng) KH Sam'ani Khoiruddin mengingatkan untuk tidak mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala sesuatu termasuk terorisme.

“Jangan kemudian teroris ini dimusuhi. Tetapi, kalau bisa dirangkul, diajak bersama agar bisa menerima perbedaan, belajar saling menghargai," kata KH Sam'ani Khoiruddin di Semarang, Sabtu (12/5) menanggapi aksi terorisme.

Ulama yang akrab disapa Abah Sam'ani itu menjelaskan, Alquran sudah jelas memerintahkan untuk taat kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, dan umara atau pemerintah, termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Selagi pemerintah mengajak kepada kebaikan, ya, harus ditaati, didukung, dan sebagainya. Bagaimana kalau ada kemaksiatan? Ya, harus dicegah dengan 'Rahmatan lil alamin' karena Islam adalah rahmat," ujarnya.

Artinya, kata dia, dalam mencegah kemaksiatan dan kemungkaran tidak boleh kemudian dilakukan dengan cara-cara kekerasan sebagaimana dengan aksi terorisme, demikian pula dalam menghadapi aksi terorisme.

Dia mencontohkan, sikap dan nilai yang diajarkan oleh Wali Songo yang menggunakan metode "wicaksono" atau kebijaksanaan dan "ngemong" dalam mengajarkan nilai-nilai Islam pada masyarakat Jawa ketika itu.

“Sebagaimana yang dilakukan Wali Songo ketika menyebarkan Islam, yang salah, ya, 'didondomi' (dijahit) selagi masih bisa dibenahi, diperbaiki. Kalau rusak, 'ampun' (jangan) kemudian langsung dibuang," jelasnya.

Menurut Abah Sam'ani, munculnya aksi terorisme yang menyasar negaranya sendiri, termasuk Indonesia, sebenarnya menunjukkan bahwa mereka tidak memahami sejarah perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan NKRI.

“Negara kita ini juga bagian dari rumah kita. 'Masa' mau dihancurkan sendiri? Kalau bagi yang sudah melanggar, ya, jelas ditindak. Tetapi, selagi bisa dibenahi, ya, dirangkul, 'diopeni' (dipelihara)," imbuhnya.

Abah Sam'ani menegaskan, NKRI merupakan harga mati yang harus terus dipegang sebagai wujud rasa terima kasih kepada para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangannya mempertahankan NKRI.

“Orang yang tidak berterima kasih kepada pahlawannya adalah orang yang kurang beradab dan berakhlak. Kita sudah urun apa terhadap negara ini? Bagaimana terima kasih kita terhadap pahlawan?" ungkapnya.

Evaluasi Total

Sementara itu, sebelumnya Presiden Joko Widodo mengatakan, perlu evaluasi total agar kejadian kerusuhan di rumah tahanan narapidana teroris Markas Komando (Mako) Brimob di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, tidak terulang lagi.

"Ya harus ada evaluasi total, harus ada koreksi, baik mengenai penjaranya apakah perlu di markas atau di luar markas, apakah pemeriksaan apa dilakukan di tempat seperti di Mako (Brimob) itu kan di tempat. Akan menjadi sebuah evaluasi untuk Polri agar kejadian itu tidak terulang kembali," kata Presiden usai bermain basket bersama para atlet pelajar yang menjadi peserta "Dream Basketball League (DBL)" di halaman belakang Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/5). (ant/yps)

Berita terkait