Yudi Latif: Bangsa Indonesia Harus Mencari Titik Temu Perbedaan

Yudi Latif menegaskan, bangsa Indonesia harus mencari titik temu perbedaan. Perbedaan suku, agama, dan ras harusnya membantu untuk saling mengarifkan diri.
Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latief bersama Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). (Foto: Dok/GMKI)

Bakkara, (Tagar 15/12/2017) – Sengaja mengambil lokasi di pinggir Danau Toba, Kecamatan Baktiraja, Bakkara, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) bersama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) pada Kamis (14/12) menggelar Dialog Kebangsaan bertemakan "Pancasila, Budaya, dan Ekonomi Rakyat".

"Pancasila adalah pembicaraan tentang 'kita' yaitu manusia Indonesia. Perbedaan suku, agama, dan ras seharusnya membantu kita untuk saling mengarifkan diri," kata Yudi Latief, Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), saat menjadi pembicara tunggal di acara Dialog Kebangsaan yang dipandu oleh Valentino Panjaitan, mantan Ketua GMKI Medan periode 2015-2017.

Yudi Latief menjelaskan, asal-usul ras manusia Indonesia semuanya berasal dari induk ras yang sama, sehingga semestinya tidak ada hal yang perlu dipertentangkan.

"Jangan ada kelompok tertentu yang menganggap kelompoknya lebih pribumi atau menganggap ke-Indonesiaan-nya lebih genuine. Perbedaan warna kulit di antara suku bangsa Indonesia disebabkan oleh faktor iklim dan letak geografis saja," kata Yudi.

Menurut Yudi, bangsa Indonesia jangan mencari-cari dan mempersoalkan perbedaan melainkan mencari titik temu dari perbedaan itu. Titik temunya adalah bahwa setiap agama dan etnis budaya pasti mengajarkan bagaimana manusia membangun relasi yang harmonis dan baik dengan Yang Maha Kuasa, dengan sesama manusia, serta dengan alam semesta.

"Sebagai warga negara kita menjadi masyarakat yang toleran dan selalu menebar cinta kasih serta membuat hidup kita lebih meaningful (berarti) terhadap sesama manusia. Kita juga harus menggali potensi ke-Indonesia-an kita agar kekuatan bangsa ini bisa digunakan untuk melawan kemiskinan dan kesenjangan, agar masyarakat yang adil, beradab serta sejahtera bisa terwujud," ujarnya.

Di akhir pemaparannya, Yudi Latif meminta para peserta yang sebagian besar adalah siswa dan mahasiswa untuk menjadi dirinya yang hakiki, mengejar cita-cita, dan menjalin kerjasama dan hubungan yang baik dengan orang lain walaupun berbeda suku, agama, dan daerah.

"Dengan ini pemuda tidak lagi berhadapan dengan sekat-sekat, tapi dapat berkolaborasi dengan kasih sayang demi kebahagiaan bersama sebagai satu bangsa," kata Yudi.

Harus Membumi

Dialog Kebangsaan ini juga disertai dengan soft launching Satgas Kader Inti Pancasila (Satgas KIP) yang diinisiasi oleh GMKI dan IPNU.

[caption id="attachment_34885" align="aligncenter" width="712"] Peserta Dialog Kebangsaan bertemakan "Pancasila, Budaya, dan Ekonomi Rakyat". (Foto: Dok/GMKI)[/caption]

Dalam sambutannya, Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, Sahat Martin Philip Sinurat menjelaskan, pembentukan Satgas KIP ini adalah bentuk keseriusan pemuda, baik pelajar/siswa dan mahasiswa untuk mengarustamakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan Pancasila harus membumi dan jangan hanya menjadi wacana atau jargon saja.

"Pemuda jangan hanya membahas Pancasila ketika ada konflik etnis atau agama saja. Yang paling penting adalah bagaimana Pancasila dapat menjadi pandangan hidup kita saat membicarakan tentang budaya, ekonomi rakyat, dan lingkungan. Kami berharap semua siswa dan mahasiswa di Indonesia akan memahami dan menjadi teladan bagaimana pemuda menghidupi Pancasila untuk membangun peradaban Indonesia," ujar Sahat.

Satgas ini didukung penuh oleh Dewan Pengarah UKP PIP, salah satunya Pdt Andreas A Yewangoe.

Dalam kesempatan beraudiensi beberapa waktu lalu, Pendeta Andreas menyampaikan kepada GMKI dan IPNU bahwa penting untuk pemuda menggagas pemikiran ke arah implementasi Pancasila dalam dunia nyata.

"IPNU dan GMKI adalah contoh pemudi-pemuda yang diharapkan bangsa ini. Satgas Kader Inti Pancasila ini harus menjadi alat untuk mencerahkan anak-anak muda sehingga dapat mendaratkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.

Acara Dialog Kebangsaan juga dihadiri oleh Pdt Martin Lukito Sinaga, Sekretaris Umum Pengurus Pusat GMKI-Alan Singkali, Koordinator Wilayah I GMKI Sumut-NAD Swangro Lumbanbatu, Ketua PP IPNU Ismadani, Ketua PW IPNU Sumut Muslim Pulungan, Pemkab Humbahas, perwakilan Badan Pengurus Cabang dan anggota GMKI se-Sumatera Utara, serta Kepala Sekolah dan pelajar SMA Baktiraja Humbahas. (yps)

Berita terkait