Untuk Indonesia

Yo Yo Ayo, Presiden Milenial

Yo Yo Ayo, Presiden Milenial. Dia tidak duduk jaim. Dia terlibat. Dia menjadi bagian penting pertunjukan kolosal.
Yo Yo Ayo, Presiden Milenial | Presiden Joko Widodo mengendarai sepeda motor pada Upacara Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (Foto: NET TV)

Oleh: Eko Kuntadhi*

Pembukaan acara Asian Games di Gelora Bung Karno Jakarta, berhasil menyedot perhatian banyak orang. Tata panggung, permainan cahaya, paduan para pengisi acara membuat kita berdecak kagum. Hanya ada satu kata untuk acara itu : keren!

Yang menjadi bintang pada perhelatan itu adalah Jokowi. Dia memasuki arena stadion dengan didahului sebuah film pendek ala Mission Impossible. Mengendarai motor, meliuk di antara kemacetan. Bertemu dengan serombongan anak Pramuka yang disapanya dengan lembut.

Kemudian dengan mengenakan stelan jas lengkap, Jokowi memasuki arena acara. Disambut dengan teriakan penonton yang menyesaki GBK. Meriah dan megah.

Kita tidak pernah bisa membayangkan ada Presiden RI yang mau capek-capek menjadi bagian langsung dari acara pembukaan sebuah perhelatan olahraga. Jokowi tidak duduk jaim di kursinya. Dia terlibat. Dia menjadi bagian penting dari sebuah pertunjukan kolosal. Tanpa harus mengurangi wibawanya sebagai kepala negara.

Di tangan Jokowi, jabatan Presiden yang dulu terkesan serius dan kaku kini menjadi begitu akrab dan dekat. Kekakuan protokoler mencair. Bahkan ketika Via Vallen sedang membawakan lagu Meraih Bintang sebagai theme song Asian Games kali ini, dari kursinya  Jokowi santai saja ikut bergoyang dayung.

Seluruh penonton televisi menyaksikan Presiden 260 juta rakyat itu bergoyang gembira di kursinya. Dia ikut larut dalam kebahagiaan. Dia tidak berjarak dengan suasana.

Dalam konteks Pilpres yang sebentar lagi akan berlangsung, gaya Jokowi seperti itu bisa diterjemahkan sebagai cara dia berkomunikasi dengan anak-anak milenial. Mereka yang pada Pilpres depan berusia 17-35 tahun, yang punya gaya dan preferensi tersendiri dalam menentukan pilihan politik.

Secara statistik, Pilpres kali ini memang sangat ditentukan oleh pemilih milenial. Sekitar 40 persen suara ada di tangan mereka. Anak-anak muda ini punya cara sendiri dalam menentukan pilihan politik. Kemampuannya menelaah informasi dan keakrabannya dengan dunia maya menjadi cirinya.

Secara politik generasi milenial adalah generasi yang paling galau. Mereka tidak punya ikatan emosional dengan kandidat yang ada dan sampai saat ini sebagian besar belum menentukan pilihan politiknya, baik partai maupun Capres. Namun demikian menurut sebuah survei, mereka menyatakan akan ikut memilih pada Pemilu 2019. Ini tentu saja menggembirakan.

Yang menarik dari generasi ini adalah kemampuannya untuk menggunakan pertimbangam rasional dibanding ikatan sosiologis dalam menentukan pilihan. Mereka suka kandidat Presiden yang jujur, tegas dan merakyat.

Dua kreteria pertama ada dalam diri Jokowi seperti jujur dan merakyat. Sementara Prabowo lebih diasosiasikan tegas dan kaku. Wajar saja. Prabowo besar dalam alam Orde Baru dimana kekuasaan terasa begitu menyeramkan.

Sejak lama Jokowi memahami generasi milenial akan sangat menentukan masa depan politik Indonesia. Oleh sebab itu dia berusaha mendekatkan diri dengan generasi ini. Lihat saja kebiasaanya nge-vlog, cara berpakaian kasual, mengendarai motor dan model komunikasinya yang tidak berjarak yang bisa diterjemahkan sebagai strategi untuk menarik simpati pemilih generasi ini.

Tampaknya kondisi ini juga disadari oleh kubu lawan. Pilihan Sandiaga Uno sebagai Cawapres Prabowo salah satunya untuk menarik pemilih milenial. Hanya saja, meski belum menentukan pilihan, pemilih milenial termasuk yang melek informasi. Mereka pasti paham babak belurnya Sandi ketika menjabat Wakil Gubernur Jakarta. Sampai dia mengundurkan diri, tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan di Jakarta.

Generasi milenial memang generasi galau. Sebagian besar mereka belum menentukan pilihan politik. Tetapi mereka juga generasi yang melek informasi. Tidak bisa hanya disuapi dengan slogan dan pendekatan yang karikatif.

Sebagai petahana yang memang punya segudang prestasi, Jokowi tampaknya tinggal memantapkan strategi komunikasinya untuk semakin mengakrabkan diri dengan generasi ini. Penampilannya sebagai bintang di acara opening ceremony Asian Games sepertinya mampu menempatkan Jokowi sebagai Presiden kaum milenial.

Ketika dia ikut bergoyang dayung menikmati lagu Via Vallen, saya rasa banyak anak muda yang kesengsem dengan gaya Jokowi : stelan lengkap tidak membatasi dirinya untuk berekspresi wajar.

Jokowi adalah Presiden yang gak jaim. Dia tampil apa adanya. Kedekatan inilah yang disukai generasi milenial.

Yo yo Ayo, Jokowi!

*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Berita terkait
0
Jajak Pendapat Tunjukkan China Merupakan Ancaman Militer Bagi Australia
Hasil jajak pendapat tunjukkan sebagian besar warga Australia sekarang melihat China sebagai ancaman militer bagi negara mereka