Jakarta - Perusahaan mesin pencari dari Jepang, Yahoo Jepang dan perusahaan layanan aplikasi pesan terbesar di Jepang, Line sepakat melakukan penggabungan usaha (merger). Softbank Corp mengumumkan bahwa anak perusahaan mereka Softbank sebagai pemilik Yahoo Jepang dan Naver, perusahaan asal Korea Selatan pemilik Line Corp menyatakan sepakat untuk merger. Rencana merger ini pertama kali diungkapkan oleh surat kabar Nikkei Minggu lalu.
Penggabungan usaha Yahoo Jepang dan Line merupakan strategi untuk menghadapi persaingan dengan Google dan perusahaan dari China. Nikkei melaporkan bahwa proses merger diharapkan rampung pada Oktober 2020. Komposisi kepemilikan saham perusahaan hasil merger ini berimbang, Yahoo Jepang 50 persen dan Naver 50 persen.
Seperti diberitakan dari techcrunch.com, Senin malam, 18 November 2019, Softbank menyatakan bahwa di pasar internet, perusahan dari luar negeri terutama yang berbasis di Amerika Serikat dan China sangat dominan di Jepang. Google masih menjadi perusahaan mesin pencari paling populer. Namun belakangan situs web Yahoo Jepang makin digemari. Kini lebih dari 50 juta orang mengunjungi Yahoo Jepang setiap bulan. Line memiliki sekitar 80 juta pengguna di Jepang, jumlah yang sama dengan di Asia Tenggara dan Taiwan.
Seijiro Takeshiita, analis dari University of Shizuoka mengatakan bergabungnya dua perusahaan itu merupakan strategi untuk menghadapi persaingan dengan raksasa online Jepang lainnya. Menurut Sijiro, Yahoo Jepang telah lama menawarkan beragam layanan, tetapi tertinggal dibandingkan pesaing lainnya. "Mergernya Yahoo Jepang dan Line akan menjadi ancaman bagi para pemain besar seperti NTT Docomo dan Rakuten," katanya di Tokyo, seperti diberitakan dari BBC News, Senin malam, 18 November 2019.
Setelah merger ini, Softbank dan Naver mengatakan akan melakukan kolaborasi antaranak perusahaan dan portofolio yang dimiliki. Dengan cara ini, mereka mampu mengembangkan layanan lebih baik, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) hingga area lain. Bahkan, khusus untuk kecerdasan buatan ini, dua perusahaan asal Jepang itu berencana menjadi perusahaan teknologi kecerdasan buatan yang memimpin dunia dari Asia, terutama Jepang.[]