Workshop Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata: Serba Digital

Dibuka dengan gaya yang paten, Workshop Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata digelar di Hotel Royal Tulip, Bogor.
Sekretaris Menteri Pariwisata Ukus Kuswara di sela pembukaan Workshop Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata di Hotel Royal Tulip, Bogor, Senin (30/10) malam. (Foto: Ist)

Bogor, (Tagar 2/11/2017) – Dibuka dengan gaya yang paten, Workshop Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata digelar di Hotel Royal Tulip, Bogor. Unsur Pentahelix yang terdiri atas Akademisi, Bisnis, Government, Community dan Media, diajak langsung on.

Semua diajak berdiskusi, saling bertukar pikiran tentang berbagai permasalahan. Ending-nya mencari solusi dalam menyikapi keterbukaan informasi publik bidang kepariwisataan di era digital.

“Saya punya keyakinan, hanya dengan cara yang tidak biasa, kita bisa mendapatkan hasil yang luar biasa! Dan cara yang luar biasa itu, adalah digital,” terang Sekretaris Menteri Pariwisata Ukus Kuswara di sela pembukaan Workshop Standardisasi Penyediaan Informasi Pariwisata di Hotel Royal Tulip, Bogor, Senin (30/10) malam.

Itu sebabnya standardisasi penyediaan informasi pariwisata ikut disentuh. Maksudnya bukan untuk “gaya-gayaan.” Bukan juga biar disebut selera masa kini. Yang dicari, ending happy dari persoalan masa kini.

Ukus terlihat tidak main-main dengan tema Standarisasi Penyediaan Informasi Pariwisata itu.

Even yang digelar Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar itu, menurutnya bukanlah sekadar omongan. Tapi harus diwujudkan secara kongkrit. Pola pikir dan cara kerja Kemenpar yang bergaya kuno mulai digeser ke frame work digital.

“Saya punya keyakinan, hanya dengan cara yang tidak biasa, bisa mendapatkan hasil yang luar biasa! Dan cara yang luar biasa itu, adalah digital,” ucapnya.

Staf Khusus Menpar Bidang Media, Don Kardono, yang ikut hadir di tengah acara, ikut mengamini hal itu. Bahkan speed-nya harus dilakukan dengan cepat. Tak boleh lambat.

“Peta persaingan ke depan adalah yang cepat menyalip yang lambat. Bukan yang besar menginjak yang kecil,” ucap Don.

Kecepatan menjadi kata kunci yang tak bisa ditawar lagi. Dan untuk menjadi yang tercepat, framework-nya harus digital.

“Harus digital. Sebanyak 100 even premiere nggak akan jadi apa-apa kalau manajemen media digitalnya tidak dikelola dengan baik. Jangan lupa, media digital dampaknya empat kali lebih kuat dari media konvensional,” ucapnya.

Dunia dalam Genggaman

Statemen Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya juga bernada sama. Baginya, ranah digital sudah harus disentuh guna mewujudkan visi 20 juta wisman di 2019.

Future customers atau pelanggan masa depan, sudah hampir pasti digital minded semua. Saat ini dunia sudah berada dalam genggaman. Kalau tidak segera mengubah pola pikir ke digital, kita pasti ketinggalan. Sulit mengejar rival-rival utama kita,” ujar Menpar Arief Yahya.

Semakin digital maka Kemenpar bisa menggunakan beragam apps dan digital tools untuk menyentuh satu-persatu konsumen secara personal.

''Kita bisa tahu demografi, psikografi, dan perilaku konsumen kita satu-satu. Semakin digital maka cara kerja kita dalam menggaet wisatawan akan semakin profesional, misalnya dengan memanfaatkan convergence media yang mengintegrasikan paid, owned, dan social media,'' ujarnya.

Dan semakin digital maka Kemenpar akan bisa menjangkau konsumen global dari manapun dia berada di muka bumi ini.

''Begitu kita menggunakan platform digital, maka kita bisa diakses oleh wisatawan dari manapun di seluruh dunia," ujarnya. (yps)

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.