Wisatawan di Kaki Gunung Merapi dan Keponakan Mbah Marijan

Aktivitas warga di kawasan Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman tidak banyak berubah meski status Gunung Merapi menjadi siaga.
Seorang warga Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, melintas sambil membawa kayu bakar di boncengan sepeda motornya, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sleman – Gunung Merapi yang berdiri kokoh di sebelah utara terlihat jelas pagi itu, Sabtu, 7 November 2020. Rekahan besar pada puncaknya seperti mencoba membelah tanah yang tampak abu-abu dari kawasan Ngrangkah, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gumpalan-gumpalan tipis awan putih mencumbu sebagian puncak Gunung Merapi, seperti tak acuh pada langit biru yang menyelimuti mereka. Sementara dedaunan pucuk-pucuk pohon di kaki dan lereng Gunung Merapi seperti lembaran permadani besar yang menghampar.

Sekitar lima atau enam kilometer sebelah selatan puncak Gunung Merapi, sejumlah orang berkumpul. Sambil mengobrol, mereka memperhatikan pengguna jalan yang melintas. Tiba-tiba beberapa dari mereka berteriak bersamaan saat tiga sepeda motor melintas. Masing-masing pengendara memboncengkan seorang lainnya.

Cerita Wisatawan Kaki Merapi (1)Empat wisatawan batal mengunjungi Bunker Kaliadem di kawasan kaki Gunung Merapi akibat peningkatan status menjadi siaga. Mereka hanya bisa berfoto dengan latar belakang gunung, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Mereka berniat mengunjungi salah satu obyek wisata di kawasan itu, yakni Bunker Kaliadem, yang letaknya tidak sampai lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Beberapa pemuda yang tadi berteriak, berjalan mendatangi para pengendara sepeda motor, kemudian menjelaskan bahwa kawasan wisata itu ditutup akibat status Gunung Merapi yang meningkat dari waspada menjadi siaga. Para pengendara sepeda motor itu pun kembali.

Warga Tetap Beraktivitas

Beberapa belas menit berselang, seorang pria pengendara sepeda motor lainnya melintas, juga menuju utara, tempat Bunker Kaliadem dan petilasan Mbah Marijan berada. Tapi, para pemuda itu sama sekali tidak melarang. Rupanya pria itu warga setempat yang akan mencari rumput untuk ternaknya.

Dalam waktu beberapa puluh menit, beberapa warga lain yang sudah selesai mencari rumput melintas dari arah utara menuju turun. Mereka memboncengkan rumput di bagian belakang sepeda motornya. Seorang nenek bahkan terlihat menggendong rumput di punggungnya.

Langkah nenek itu pelan dengan punggung yang terbungkuk menahan rumput. Goresan kerut pada wajahnya terlihat cukup dalam, menunjukkan usianya yang telah lebih dari 70 tahun.

Rejo Diyono, nama nenek berusia 75 tahun tersebut, mengaku setiap hari dirinya pergi mencari rumput di kawasan kaki Gunung Merapi tersebut sebanyak dua kali.

Saben dinten pados pakan cempe. Kaping kalih sedinten. (Setiap hari cari pakan anak kambing. Sehari dua kali),” ucapnya.

Biasanya, selain dirinya, sang suami juga turut mencari rumput. Sebab anaknya tidak tinggal di daerah itu lagi. Anak mereka tinggal di hunian tetap (huntap) yang dibangun untuk warga pascaerupsi Merapi 2010.

Rejo Diyono mengaku enggan tinggal di huntap, sebab di sana dirinya tidak bisa menanam pepohonan seperti yang dilakukannya di rumahnya sekarang.

Teng mriko mboten wonten pedamelan. Nek sing pegawai saben sasi angsal penghasilan. Nek kulo teng mriko mboten iso nandur nopo-nopo, nek teng mriki saged nandur nopo-nopo. (Di sana saya tidak bisa bekerja. Yang pegawai setiap bulan bisa mendapatkan penghasilan. Kalau saya di sana, tidak bisa bercocok tanam, kalau di sini bisa),” katanya menjelaskan.

Cerita Wisatawan Kaki Merapi (3)

Rejo Diyono, 75 tahun, mengaku setiap hari dirinya pergi mencari rumput di kawasan kaki Gunung Merapi sebanyak dua kali, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)


Rejo mengaku sudah mengetahui bahwa status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi siaga. Tapi dia tidak merasa takut, karena menurutnya aktivitas gunung masih seperti biasa.

Mugi-mugi slamet. Nek ngilekke malih nggih ngilen nopo ngetan. (Semoga semua selamat. Kalau mengalir lagi (erupsi) ya ke barat atau ke timur),” kata dia setengah berharap.

Erupsi terbesar Gunung Merapi selama hidupnya adalah erupsi pada tahun 2010. Saat itu lokasi di tempat tersebut rata dengan tanah. Empat kandang hewan peliharaannya turut hangus, termasuk binatang di dalamnya.

“Griyane kantun temboke. Kewane sapi, mendo, ayam, telas. (Rumah saya tinggal temboknya. Hewan peliharaan saya, sapi, kambing, ayam, habis).”

Kerja Sama Warga

Miskam Nur Iksan, seorang warga setempat yang juga merupakan keponakan dari mantan juru kunci Gunung Merapi, kebetulan sedang berada di tempat itu. Dia bersama para pemuda menahan dan memberi penjelasan pada pengunjung.

“Mulai ditutup yang radius tiga kilometer, yakni Bunker Kliadem dan Petilasan Mbah Marijan. Mulai ditutup dua hari yang lalu (Kamis, 5 November 2020), itu hasil rapat BPPTKG dan pemerintah daerah. Maksimal sampai radius lima kilometer.”

Meski ada peningkatan status Gunung Merapi menjadi Siaga, aktivitas warga di kawasan itu masih berjalan seperti biasa. Bahkan, kata Miskam, warga yang memiliki ternak masih diperbolehkan untuk mencari rumput sampai di sekitar Kinahrejo, bekas perkampungan warga yang hangus akibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010.

Tapi mereka tetap tidak diperbolehkan untuk mencari rumput di tempat yang lebih dekat dengan puncak Gunung Merapi, misalnya di kawasan hutan.

“Jadi tidak masuk ke hutan, tidak. Itu pun juga tetap kita pantau dari pos Ngrangkah ini, dengan karang taruna, warga, pihak kehutanan dan BPBD,” ucapnya menjelaskan.

Cerita Wisatawan Kaki Merapi (5)Miskam Nur Iksan (kanan), seorang warga Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, yang juga merupakan keponakan mantan juru kunci legendaris Gunung Merapi, Mbah Marijan, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Selain warga setempat dan karang taruna yang berjaga di tempat itu dan siap membantu warga lain serta para pengunjung, ratusan pengendara jip wisata yang biasa beroperasi disebutnya juga siap untuk dikerahkan jika terjadi situasi darurat.

“Kemudian ada juga warga sini yang tergabung dalam komunitas jip wisata Merapi, mereka tetap terlibat berpartisipasi menjaga kondisi wilayah,” kata Miskam yang juga merupakan salah satu anggota komunitas jip wisata.

Nantinya, jika memang armada yang disiapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun instansi lain tidak mencukupi untuk evakuasi, para anggota komunitas jip wisata itu dipastikan akan membantu proses evakuasi warga dan dibawa ke titik kumpul.

Saat ini ada lebih dari delapan basecamp jip wisata di kawasan Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Mereka masih stand by di lokasi itu karena masih ada kegiatan wisata, termasuk mengantar para wisatawan berkeliling di daerah aman.

“Unit jipnya yang masih stand by di sini lebih dari 400an karena kita masih ada pelayanan wisata, namun di radius yang aman, di atas lima kilo. Di antaranya kawasan Museum Sisa Hartaku, Memori Rumahku, castle, Stone Hange, dan manuver air di Kali Kuning.”

Selama dua hari terakhir, saat status Gunung Merapi di level siaga, menurut Miskam, masih ada ratusan pengunjung yang datang dan ingin melihat Gunung Merapi dari dekat. Hal itu karena mereka menjadi penasaran setelah mengetahui peningkatan status gunung itu.

Tiba-tiba terdengar suara mendenging panjang selama beberapa detik, kemudian dengingan itu menjadi terputus-putus. Miskam menjelaskan, suara itu adalah suara dari seismograf, yang menandakan bahwa ada aktivitas di perut Gunung Merapi.

Selama Miskam menjelaskan, ada beberapa pengunjung yang terpaksa kembali setelah mendengar penjelasan dari para pemuda dan seorang polisi yang datang ke tempat itu. Sebagian lainnya memilih untuk memarkir sepeda motornya dan berfoto dengan latar belakang Gunung Merapi. Termasuk empat perempuan berhijab.

Cerita Wisatawan Kaki Merapi (4)Aiptu Slamet Riyadi, Bhabinkamtibmas Kelurahan Umbulharjo, sedang memberi arahan dan penjelasan pada pengunjung yang ingin melihat Gunung Merapi dari dekat, Sabtu, 7 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Satu dari keempat perempuan itu bernama Dewi, 20 tahun, mahasiswa Unversitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Perempuan yang mengaku berasal dari Karawang, Jawa Barat tersebut mengatakan dirinya tidak mengetahui bahwa ada peningkatan statsu Gunung Merapi.

“Nggak sih, Mas. Belum tahu juga kalau statusnya meningkat jadi siaga,” ucapnya.

Dewi mengaku tertarik untuk berkahir pekan di kawasan Bunker Kaliadem karena dia pernah melihat foto salah satu temannya yang berpose di bunker, dengan latar belakang Gunung Merapi.

Namun setelah dia mengetahui bahwa Gunung Merapi berstatus siaga, Dewi mengatku sedikit khawatir, bahkan takut.

“Kalau takut ya pasti sih, takut.”

Meski demikian, Dewi akan kembali mengunjungi Bunker Kaliadem setelah status merapi kembali diturunkan dan kondisi aman. “Merapi bagus banget pemandangannya, apalagi pas di bunker. Saya belum pernah sama sekali,” kata dia.

Aiptu Slamet Riyadi, Bhabinkamtibmas Kelurahan Umbulharjo, yang turut menahan dan member penjelasan pada pengunjung, mengatakan, terkait meningkatnya status Gunung Merapi per tanggal 5 November 2020, jarak yang direkomendasikan aman adalah di atas lima kilometer.

“Karena ada obyek wisata yang kurang dari lima kilometer, maka dinyatakan ditutup untuk aktivitas warga dan wisatawan. Dari pemerintah desa ditindaklanjuti hari Jumat,jalan menuju destinasi wisata petilasan Mbah Marijan dinyatakan ditutup dengan dipasangi portal.”

Sebagai Bhabinkamtibmas di tempat itu, lanjut Slamet, dirinya harus bisa meyakinkan warga dan wisatawan bahwa zona aman di atas lima kilometer. Dia juga mengimbau agar mereka jangan mendekat di kawasan bunker dan sekitarnya karena sangat berbahaya.

“Kemarin itu (pengunjung) sampai ratusan, tapi Alhamdulillah tidak ada yang ngeyel. Karena kita sampaikan kondisi sebenarnya,” ucapnya.

Sebagian besar pengunjung yang ingin mendatangi Bunker Kaliadem dan melihat dari dekat Gunung Merapi adalah warga dari daerah yang jauh. “Kalau warga di sekitar justru nggak. Rata-rata mereka bilang nggak tahu status Merapi. Maka tugas kami memastikan agar masyarakat tahu.” []

Berita terkait
Alat Pelebur Sampah Kantong Plastik Menjadi BBM di Sleman
Seorang warga Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, merakit alat yang melebur sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, namun dia memiliki kendala.
Sepiring Bubur Gratis Tiap Hari Jumat di Magelang
Seorang perempuan di Kecamatan Mungkid, Magelang, membagikan bubur gratis pada tetangga di sekitar rumahnya setiap hari Jumat. Ini ceritanya.
Kisah Warga Aceh Mencari Nafkah dari Ukiran Nama Orang Mati
Lokasi usaha pembuatan batu nisan milik Mizuar ini berada di Jalan Nasional, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.