Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara kaya bergabung dalam skema vaksin COVAX WHO dengan tenggat wkatu yang diberikan hingga Jumat mendatang. "Hal ini untuk memastikan bahwa imunisasi didistribusikan secara adil dan efisien," kata Direktur Jendera WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti diberitakan dari Reuters.
Sekitar 80 negara kaya telah menyatakan minatnya untuk bergabung dalam skema vaksin COVAX WHO. Namun masih banyak yang harus mengonfirmasi niat mereka untuk bergabung pada akhir minggu ini.
Kita memiliki teknologi dan pengetahuan untuk menghentikan virus Covid-19.
Sejauh ini ada 92 negara miskin dengan yang sangat membutuhkan bantuan vaksin. Para negara dengan pendapatan per kapita yang rendah ini berharap bisa mendapatkan bantuan melalui fasilitas COVAX ini yang merupakan bagian dari akselerator ACT WHO untuk mendorong pengembangan vaksin, terapi, dan diagnostik dalam memerangi pandemi.
“Jika orang-orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah kehilangan vaksin, virus akan terus membunuh dan pemulihan ekonomi global akan tertunda,” tutur Tedros pada acara regional WHO untuk Eropa yang disiarkan secara virtual.
Sebelumnya Tedros berharap pandemi virus corona Covid-19 akan berakhir dalam waktu kurang dari dua tahun. Berbicara di Jenewa pada Jumat waktu setempat, ia menyebutkan bahwa flu Spanyol tahun 1918 membutuhkan waktu dua tahun untuk bisa teratasi.
Namun menurut Tedros, kemajuan teknologi saat ini memungkinkan dunia untuk menghentikan virus dalam waktu yang lebih singkat. “Tentunya dengan lebih banyak konektivitas, virus memiliki peluang lebih besar untuk menyebar. Namun pada saat yang sama, kita juga memiliki teknologi dan pengetahuan untuk menghentikannya,," katanya sembari menekankan pentingnya "persatuan nasional dan solidaritas global". []
- Baca Juga: WHO: Kelompok Usia Muda Jadi Penyebar Virus C-19
- Bos WHO Pusing, Angka Covid-19 Terus Melesat