Wedhus Gembel Merapi Meluncur 400 Meter, Masyarakat Tetap Waspada

Sejak kubah lava terbentuk, tercatat wedhus gembel sudah tiga kali muntah dari puncak Merapi.
Awan panas Merapi teramati kembali meluncur pada Senin (11/2) pukul 08.58 WIB sejauh 400 meter mengarah ke hulu Kali Gendol. (Foto : twitter BPPTKG Badan Geologi)

Sleman, (Tagar 11/2/2019) - Awan panas Gunung Merapi atau yang disebut warga sekitar Merapi wedhus gembel kembali meluncur, Senin (11/2) pukul 08.58 WIB. Luncuran wedhus gembel sejauh 400 meter mengarah ke hulu Kali Gendol.

"Awan panas guguran yang terjadi pada pukul 09.58 WIB, durasi 105 detik, jarak luncur 400 meter, dan arah ke Kali Gendol," demikian keterangan resmi melalui twitter resmi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Senin (11/2) pukul 12.55 WIB.

Bukan kali pertama Gunung Merapi mengeluarkan wedhus gembes bersuhu sangat panas tersebut. Bahkan pada Kamis (7/2) jarak luncuran wedhus gembel lima kali lebih jauh, yakni 2.000 meter atau 2 Kilometer (km). Luncuran awan panas ini merupakan yang terjauh sejak Gunung Merapi pertama kali muncul kubah lava pada 11 Agustus 2018 lalu.

Sejak kubah lava terbentuk, tercatat wedhus gembel sudah tiga kali muntah dari puncak Merapi. Pertama muncul pada Selasa (29/1) malam wedhus gembel meluncur aejauh 1.300 meter, kedua pada Kamis (7/2) dengan jarak luncuran sejauh 1.400 meter. Terakhir pada Senin (11/2) sejauh 400 meter.

BPPTKG Yogyakarta mencatat selama Minggu (10/2) guguran lava teramati sebanyak enam kali, jarak luncur antara 500-700 meter mengarah ke hulu Kali Gendol. 

Asap solfatara berwarna putih teramati dengan intensitas sedang dan tebal, dengan ketinggian 50 meter dari puncak Gunung Merapi.

Selain itu, BPPTKG juga mencatat terjadi kegempaan; guguran 40 kali, hembusan lima kali, vulkanik dangkal satu kali, low freqency tiga kali, hybrid atau faktor banyak lima kali dan tektonik satu kali.

Kepala BPPTKG DIY Hanik Humaida mengatakan, guguran awan panas merupakan hal yang biasa dalam fase erupsi efusif Gunung Merapi. 

"Untuk itu, kami imbau masyarakat tetap tenang dan waspada," kata dia.

Sampai saat ini BPPTKG Yogyakarta masih mempertahankan status Merapi pada level II atau Waspada. 

"BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi serta tidak merekomendasikan pendakian, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana," jelas Hanik.

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso Agus menambahkan, aktivitas Merapi juga mengalami peningkatan. Hal itu ditandai dengan peningkatan guguran lava. 

"Aktivitas Merapi meningkat jika ditarik sejak terbentuknya kubah lava pertama pada 11 Agustus 2018 lalu. Pada awal-awal aktivitasnya masih fluktuatif atau naik turun. Tapi akhir-akhir ini trend mengalami kenaikan," jelasnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengatakan, kesiapan sudah dilakukan sebagai upaya mitigasi bencana. 

"Kita terus menanamkan pemahaman masyarakat tentang jalur evakuasi jika Merapi erupsi pada saatnya. Titik kumpul dan barak pengungsian juga sudah disiapkan," katanya.

Menurut dia, kondisi masyarakat sekitar Merapi saat ini tetap tenang dan kondusif. Pos pemantauan, posko dan pos-pos ronda di sekitar Gunung Merapi terus diaktifkan. []

Berita terkait