Wedhus Gembel Masih Berpotensi Dimuntahkan Merapi

Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih fluktuatif
Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida (kanan) dan Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso saat memberikan keterangan pers seputar perkembangan aktivitas Gunung Merapi di kantornya, Kamis (21/2). (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 21/2/2019) - Awan panas atau awan wedhus gembel masih berpotensi muntah dari Gunung Merapi. Bahkan jarak luncur bisa lebih jauh, dari luncurannya selama ini. Sampai saat ini volume kubah lava sebesar 461.000 meter kubik.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih fluktuatif. Kadang mengeluarkan awan panas dan kadang guguran. Sejak Gunung Merapi memasuki fase pembentukan guguran lava dan awan panas guguran sejak 29 Januari 2019 lalu, jarak luncur terjauh 2.000 meter.  

"Jarak luncur guguran lava dan awan panas saat ini maksimum 2.000 meter. Tapi masih berpotensi terjadi dengan jarak luncur kurang dari 3.000 meter," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida dalam keterangan pers di kantornya, Kamis (21/2).

Menurut dia, dengan jarak luncur awan panas sampai 3.000 meter, warga lereng gunung teraktif di Indonesia masih aman. 

"Karena pemukiman penduduk paling dekat 4,5 kilometer dari puncak Merapi,” imbuhnya.

Namun, jika jarak luncur awan panas sampai 3.000 meter, BPPTKG Yogyakarta akan mengevaluasi status Gunung Merapi. Sampai saat ini BPPTKG masih mempertahankan status pada level III atau waspada. 

"Kita akan evaluasi jika (luncuran awan panas) melebihi 3 kilometer. Masyarakat tetap waspada jika sewaktu-waktu akan terjadi luncuran awan panas yang melebihi jarak itu," paparnya.

BPPTKG Yogyakarta mencatat, aktivitas Gunung Merapi sejak 29 Januari 2019 memasuki fase pembentukan guguran lava dan awan panas guguran terjadi sebanyak tiga kali dengan jarak luncur maksimum 1.400 meter. 

Pada 7 Februari terjadi satu kali dengan jarak luncur 2.000 meter. Sedangkan, 11 Februari terjadi 1 kali dengan jarak luncur 400 meter.  Sementara, 18 Februari terjadi sebanyak tujuh kali dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter.

Hanik mengatakan, material ekstrusi lava sebagian besar langsung meluncur membentuk guguran lava atau awan panas guguran. Aktivitas kegempaan dalam sebulan terakhir berupa gempa VB 14 kali, MP 39 kali, LF 34 kali, DG 81 kali, dan RF 1216 kali.

Menurut dia, secara umum aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan dibanding dengan periode sebelumnya. 

"Ini menunjukkan suplai magma ke permukaan masih berlangsung dan cenderung meningkat," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus  Budi Santoso menambahkan, meski jarak luncur awan panas berpotensi lebih jauh, masyarakat yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.

"Yang jelas rekomendasi dari BPPTKG Yogyakarta adalah dalam radius tiga kilometer dari puncak Merapi, agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Warga juga diminta selalu mengikuti informasi aktivitas Merapi," paparnya. []

Berita terkait
0
Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim
Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama