Wawancara Ketua MUI: Capres-Cawapres Muslim Bisa Baca Alquran Itu Penting

Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi diundang ke Aceh untuk tes baca Alquran. Berikut ini tanggapan lengkap Ketua MUI.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim. (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)

Jakarta, (Tagar 16/1/2018) - Ikatan Dai Aceh mewacanakan tes baca Alquran untuk dua pasangan calon capres-cawapres Indonesia, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Ikatan Dai Aceh (IDA) mengklaim sejak Desember 2018 telah mengirimkan surat resmi ke timses Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi, namun tak kunjung mendapatkan respon positif.

Karena itu, IDA datang langsung ke Jakarta pada Senin 14 Januari 2019 untuk meminta respon kedua belah pihak.

Baca juga: Ditantang Tes Baca Alquran, Prabowo Pikir-pikir, Jokowi Siap

Di Jakarta, IDA mendatangi juga kantor Majelis Ulama Indonesia, meminta rekomendasi serta memohon untuk mengirimkan tim penguji yang sekiranya bisa datang ke Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, tempat dilakukannya tes baca Alquran di Kota Serambi Mekkah.

Selasa sore (15/1) Tagar News menemui Ketua MUI Lukmanul Hakim di lantai 3 Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia, Jakarta Pusat, untuk menanyakan langsung ihwal tes baca Alquran untuk calon presiden yang akan menjadi pemimpin tertinggi rakyat Indonesia hingga tahun 2024 mendatang.

Berikut ini petikan wawancara selengkapnya dengan Lukmanul Hakim: 

Apa benar Ikatan Dai Aceh tadi datang ke kantor MUI terkait dengan wacana tes baca Alquran di Banda Aceh? Lalu, apa urgensinya?

Iya benar. Dalam hal ini, dengan latar belakang sampai memunculkan ide tentang tes baca Alquran. Kita memahami karena di Aceh itu memang pemilihan Pejabat sampai ke tingkat Kepala Desa ada tes baca Alquran. Yang kedua, karena belakangan menurut IDA, agama Islam dijadikan sebagai komoditi politik. Maka itu IDA yang bersikap netral mewacanakan tes baca Alquran untuk dua paslon capres-cawapres 2019.

Apa alasan mereka untuk melakukan tes baca Al Quran bagi kedua paslon capres-cawapres, apakah MUI akan dilibatkan juga dalam wacana tersebut?

Alasan-alasannya sangat logis. MUI terima soal capres-cawapres yang beragama Islam dijadikan komoditas politik. Mereka ingin tahu, apa kedua paslon bisa membaca Alquran. Tidak rumit sebetulnya yang dia mintakan. Minimal membaca Alquran dan praktik ibadah membaca Al Fatihah dan surat pendek lainnya yang biasa ada dalam salat.

Kemudian mereka menyampaikan. Jika ini terlaksana, mengajukan agar MUI juga menjadi tim penguji untuk evaluasi dalam pembacaan Alquran di Aceh. Tentu kami dari MUI mengapresiasi, menghormati dan menghargai ide dan latar belakang yang IDA sampaikan.

Yang kedua, kalaupun itu terlaksana, tentu pelaksanaannya bukan di MUI, itu wilayah KPU. Apabila itu dilaksanakan, kami mengapresiasi dan siap mendukung, dengan tim juri yang mereka mintakan.

Jadi MUI Pusat akan mengirimkan tim penguji dari Jakarta?

Iya, yang mereka minta seperti itu. Memang dari MUI Pusat dimintakan ada yang menjadi tim juri. Ya, kita nyatakan siap.

Apakah sudah ada komitmen soal tanggal pelaksanaan?

Belum, kan itu nanti KPU. Setelah dari sini IDA berencana ke KPU untuk mengajukan wacana ini.

Selama di Jakarta dalam dua hari ini, apa saja yang IDA ungkapkan ke MUI?

Mereka bercerita, sudah ke sekretariat capres-cawapres nomor 01 dan 02. Saya tidak tahu tanggapan dari paslon 01 dan 02 seperti apa mengenai tes baca Alquran.

Menurut Ketua IDA Tengku Masyruddin Ishak, ada pihak yang mengkafir-kafirkan sesama muslim di sana. Bila berbeda pilihan politik, bisa masuk surga atau masuk neraka. Apa itu benar? Bagaimana tanggapan Anda?

Nah itu dia, beliau menyampaikan respon keprihatinannya dari situasi ini sebetulnya. Karena menurut mereka, hal ini sudah kebablasan. Sehingga muncullah ide tes baca Alquran saja bagi capres-cawapres di Pemilu 2019.

Menurut kami dari MUI, ini kan politik lima tahunan, tetapi persaudaraan kita kan sepanjang hayat. Maka, jangan sampai politik lima tahunan ini dirusak, merusak persaudaraan kesatuan bangsa sepanjang hayat. Apalagi sampai mengkafir-kafir kan, ini tidak tepat.

Lalu bagaimana solusi dari MUI?

Dalam hal ini, MUI mengimbau bahwa kita boleh berbeda pilihan tetapi caranya dengan politik yang santun, tidak saling menyerang atau bahkan mengkafirkan. Ini lebih mendasar, karena agama itu urusan dengan Tuhan dengan Allah SWT. Kok, hanya beda pilihan politik, sampai ke status agama berubah. Itu kan luar biasa, ini berbahaya. Kalau menurut saya, ini suatu situasi yang kebablasan. MUI menyampaikan keprihatinan atas situasi itu.

Apa MUI bersikap netral di Pemilu 2019?

Meskipun eks Ketua Umum MUI saat ini sebagai calon wapres pihak 01. Secara organisasi, MUI tetap netral. Meskipun pengurus-pengurusnya, ya berbeda-beda. Itu adalah suatu pilihan politik. Tidak ada masalah dari MUI. Cuma, kalau sampai mengkafirkan maka MUI merasa prihatin. Karena tidak ada dasar untuk mengkafirkan seseorang hanya akibat memilih paslon salah satu di antara dua itu.

Seberapa pentingnya tes baca Alquran bagi capres-cawapres ini?

Pertama, kalau memang dia beragama Islam. Tentu yang namanya pemimpin kan harus bisa kita ikuti yang namanya Imam. Konteks Imam jika baca Alquran saja tidak bisa, kan tidak mungkin jadi Imam, kira-kira begitu logika kami. Itulah logika yang tadi disampaikan kawan-kawan dari Aceh.

Maka itu, kalau konteks mau kepemimpinan Islam, kita sepakati seperti Imam maka harus ada yang bisa membaca Alquran, itu penting. MUI dan IDA sepakat bahwa Agama Islam itu Rahmatan Lil'alamin. Jadi integritas keagamaan seorang pemimpin, dalam hal ini Agama Islam, tentu sangat penting integritas keagamaan seseorang. Dalam hal ini tentang salatnya, tentang ibadahnya, dan hal-hal yang lainnya.

Apa kiat MUI untuk masyarakat Indonesia untuk memilih pemimpin terbaik di Pemilu nanti?

Kita ingin memilih yang terbaik dari mulai salatnya, baca Alquran, ibadahnya, baik dari semua aspek.

Dengan wacana tes baca Alquran di Aceh, apakah bakal ada salah satu paslon yang dirugikan ataupun diuntungkan?

IDA dalam hal ini berposisi netral, karena kegamangan mereka pada dai yang membawa politik keagamaan. Maka, kemudian dari situ, praktik jika ingin melibatkan agama ya di Aceh, Syariah. Jadi, saya tidak melihat itu ada paslon yang diuntungkan maupun dirugikan.

Buat kita, tentukan saja bila memang itu penting menurut kedua belah pihak itu perlu, silakan.

Jika tes baca Alquran benar terlaksana, apakah akan memberikan impact bagi pemilih?

Tergantung orangnya juga ya (tertawa). Artinya, tergantung yang menilai. Dalam hal ini, tentu masyarakat akan menilai sendiri. Ada orang yang akan sangat terpengaruh dengan bacaan Alquran itu dengan praktik salat itu, ada juga yang tidak berpengaruh.

Nah, masyarakat Indonesia kan juga heterogen, tidak sama seperti MUI semua atau ormas lainnya, ya tidak juga. Kalau buat kita, tes baca Alquran bagus juga untuk suatu pembelajaran bagi politik Indonesia ya. Di mana Indonesia adalah negara mayoritas muslim, bahwa pemimpinnya itu harus mempraktikkan agamanya sendiri.

Dalam hal ini MUI akan membantu IDA?

Ya, kami siap mendukung. Kita mengapresiasi dan saya kira itu penting. []

Berita terkait