Wawancara Eksklusif Diana Istri Korban Pesawat Dimonim Air di Papua

Wawancara eksklusif Diana istri korban Pesawat Dimonim Air di Papua. 'Saya tidak trauma. Saya akan kembalikan keceriaan anak saya.'
Wawancara Eksklusif Diana Istri Korban Pesawat Dimonim Air di Papua | Diana istri Jamaluddin. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 15/8/2018) - Langit sudah gelap ketika ratusan pelayat memenuhi Jalan Daeng Tawalla Lorong 5 Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada Selasa malam (14/8). 

Sekitar pukul 21.00 waktu setempat muncul iring-iringan mobil menyibak kerumunan pelayat. Di antara iring-iringan mobil itu ada ambulans yang mengangkut jenazah Jamaluddin (44).

Jamaluddin adalah satu di antara delapan korban meninggal bersama jatuhnya Pesawat Dimonim Air PK – HVQ Tipe PAC 750XL di Gunung Menuk, Kampung Okatem Kabupaten Pegunungan Bintang Papua, Sabtu (11/8).

Kisah sebelumnya: Jumaidi Satu-satunya yang Selamat

Satu-satunya korban selamat dari musibah itu adalah Jumaidi (12), anak Jamaluddin. Jumaidi masih dirawat di sebuah rumah sakit di Jayapura, baru dilakukan tindakan operasi untuk menyembuhkan luka dalamnya.

Kisah JamaluddinPara pelayat memenuhi jalan sekitar rumah Hj Bollo. Tampak peti jenazah dikeluarkan dari ambulans. Itu jenazah Jamaluddin. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Seorang perempuan turun dari ambulans, wajahnya tampak sangat lelah. Ia Diana (43) istri Jamaluddin. Kedatangannya disambut peluk cium dan isak tangis keluarganya.

Sebuah peti dikeluarkan dari dalam ambulans, digotong ke dalam sebuah rumah di gang sempit. Ini rumah Hj Bollo, kakak Jamaluddin. Kedua orangtua Jamaluddin sudah lama meninggal.

Saat peti dibuka, ada seorang anggota keluarga yang sampai pingsan.

Kesedihan dan kelelahan terasa sangat pekat.

Hanya lima belas menit kemudian, jenazah Jamaluddin dimasukkan ke ambulans lagi untuk meneruskan perjalanan ke pemakaman diikuti iring-iringan para pelayat. Mereka mengantar Jamaluddin ke peristirahatan terakhir.

Rumah Hj Bollo menuju pemakaman berjarak tiga kilometer.

Kisah sebelumnya: Cerita Keluarga Jumaidi sebelum Pesawat Jatuh

Kisah JamaluddinDiana disambut peluk cium dan tangis oleh keluarga besar. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Menjelang tengah malam, keadaan sekeliling mulai sepi, Diana masih duduk di barisan bangku para pelayat. Matanya sembap, pandangannya menerawang. Ia tampak sangat kelelahan sekaligus tampak sangat tabah.

Pasangan Diana-Jamaluddin memiliki tiga orang anak, dua laki-laki, satu perempuan. Hendra (23) anak pertama bekerja di bidang pelayaran di Manado. Lia (13) anak kedua, dan Jumaidi (12) masih pelajar dan tinggal bersama mereka di Jayapura.

Jamaluddin semasa hidup bekerja serabutan, kadang jadi pengawas pekerja proyek. Sementara Diana bekerja sebagai penjual makanan di kantin sekolah di kompleks dekat tempat tinggalnya di Jayapura.

Berikut perbincangan Tagar News dengan Diana selengkapnya pada tengah malam itu.

Bisa diceritakan, Ibu dan keluarga di Jayapura tinggal di kota apa?

Kami tinggal di Oksibil salah satu kota di pedalaman Papua

Bisa Ibu ceritakan kronologis sehingga anak dan suami Ibu ada dalam pesawat tersebut?

Suami saya, Jamaluddin (44), dan anak saya, Jumaidi (12), Senin (6/8) berpamitan ke saya hendak pergi jalan-jalan ke Kota Tanah Merah. Dia pamit dan mengatakan ingin menginap lima hari di Tanah Merah

Bisa dijelaskan berapa lama jarak tempuh antara Oksibil dan Tanah Merah dengan menggunakan pesawat?

Naik pesawat sekitar 40 menit

Apakah di Tanah Merah itu Ibu punya kerabat atau keluarga sehingga suami Ibu berangkat ke sana?

Suami saya punya keluarga di sana. Kebetulan Tanah Merah itu seperti kota kabupaten.

Apakah waktu berangkat, Ibu punya firasat buruk akan terjadi sesuatu terhadap suami dan anak Ibu?

Tidak ada sama sekali firasat buruk dari saya, atau tanda-tanda suami saya akan pergi untuk selama-lamanya.

Apakah Ibu melihat atau mengetahui cerita awal terkait jatuhnya pesawat yang ditumpangi suami dan anak Ibu?

Sebenarnya saya melihat pesawat yang ditumpangi suami saya. Waktu jatuhnya juga saya melihat. Saya tunjuk dari rumah, dan sempat berujar kepada seorang Pendeta bernama Philips, 'Ih... Bapa, ada pesawat masuk, padahal ini sudah kabut'. Pendeta Philips menjawab dengan penuh yakin, 'Itu pilotnya bagus, dia pasti tahu, jangan khawatir'."

Waktu Ibu melihat pesawat akan jatuh, cuaca saat itu seperti apa?

Cuaca sangat buruk, kabut pandangan hanya beberapa meter saja.

Waktu itu apakah ibu mendengar bunyi letusan atau semacamnya?

Waktu itu saya sempat dengar bunyinya itu pesawat, namun tidak lama kemudian bunyi tersebut seketika hilang, ternyata pesawat yang ditumpangi suami saya itu jatuh.

Awal mula ibu tahu pesawat yang ditumpangi suami Ibu jatuh, dari siapa?

Saat kejadian itu, saya sedang ke pasar, setiba di pasar saya bingung karena semua teman saya melihat ke saya. Saya sempat bertanya dalam hati kenapa mereka melihat saya. Bukan hanya melihat saya, mereka mondar-mandir depan saya, mungkin mereka mau bercerita tapi takut saya syok dan kaget.

Apakah Ibu sempat curiga atas tingkah aneh dari kerabat dan tetangga Ibu?

Waktu mereka melihat saya, saya tidak punya sama sekali firasat sedikit pun terkait jatuhnya pesawat tersebut. Karena waktu suami saya pergi, dia bilang ke saya kalau kembalinya Senin (13/8),  akan tetapi ternyata kembalinya dipercepat ke hari Sabtu (11/8).

Terus, dari mana Ibu tahu kalau pesawat itu jatuh?

Saya tahu waktu aparat memberi tahu ke saya kalau pesawat yang ditumpangi suami saya jatuh. Saya langsung syok. Sekujur badan jadi lemas, memikirkan nasib suami dan anak saya. Padahal waktu dia mau pergi, saya sama dia sempat bicara, ketika saya tanya kapan pulang, dia menjawab 'Nanti Senin saya balik'. Dan ketika dia tiba di Tanah Merah, dia sempat menghubungi saya kalau dia sudah sampai di Tanah Merah.

Kisah JamaluddinJumaidi (12) sedang dalam perawatan di rumah sakit di Jayapura. (Foto: Dok Keluarga Jumaidi)

Suami Ibu meninggal dalam kecelakaan tersebut, tapi anak Ibu selamat.

Walaupun suami saya menjadi korban dalam kecelakaan pesawat tersebut, akan tetapi saya masih bersyukur anakku selamat. Dan Saya patut bersyukur kepada Allah karena melindungi anak saya dari binatang buas, apalagi dia sempat sendiri di hutan.

Apakah Ibu sudah bertemu dan bertanya kepada anak Ibu, apa sebenarnya yang terjadi dalam pesawat itu?

Saya sempat ketemu anak saya di rumah sakit. Kondisinya sudah membaik, bahkan dia sempat bicara, dan mencari mamanya.

Apa katanya?

Mana mama saya, bapa saya sudah meninggal.

Apakah Ibu sempat tanya ke anak Ibu, bagaimana pesawat itu jatuh?

Anak saya bercerita, waktu itu tiba-tiba sayap pesawat menghantam pohon. Saat pesawat jatuh ke tanah, bapaknya mendorong pintu pesawat, dan memeluk anaknya terus lompat keluar. Mungkin bapaknya pas jatuh menghantam kayu besar sehingga dia meninggal. Karena waktu saya melihat mayatnya, ada darah keluar dari mulutnya.

Apakah Ibu sempat menanyakan selain anak ibu, adakah penumpang lain yang selamat?

Anak saya sempat bilang, ada lima orang yang masih hidup, dan sempat minta tolong, namun bantuan tidak datang, subuhnya lima orang tersebut termasuk ayahnya meninggal dunia.

Apakah Ibu sempat tanya juga, apa yang terjadi waktu anak Ibu sendirian di hutan belantara dengan kondisi luka?

Satu malam anak saya di hutan, dan anak saya bilang malamnya turun hujan, dia merayap masuk ke kolong pesawat, berbaring, karena menurut anak saya ada beberapa kursi pesawat masih utuh, dia berbaring di kursi tersebut sambil menahan sakit yang luar biasa.

Setelah Ibu menemui anak Ibu, apakah ada luka lain selain patah tangan?

Waktu di ambulans kemarin saat dibawa ke Jayapura, saya lihat tangannya patah, lehernya pakai penyangga, dan gigi depan sebelah kanan patah. Saya sedih karena anak saya terus-menerus memanggil saya... (Diana menangis).

Setelah ini apakah Ibu akan kembali ke Jayapura?

Hidup ini harus jalan terus. Hidup, mati, rezeki, Allah yang atur. Saya masih punya tiga anak, Insya Allah saya akan menyekolahkan mereka. Saya juga tidak trauma, kemungkinan anak saya yang trauma. Nanti saya akan cari tahu, bagaimana cara mengembalikan keceriaan anak saya. []

Berita terkait
0
Kesengsaraan dalam Kehidupan Pekerja Migran di Arab Saudi
Puluhan ribu migran Ethiopia proses dideportasi dari Arab Saudi, mereka cerita tentang penahanan berbulan-bulan dalam kondisi menyedihkan