Wawancara Eksklusif Bersama Satu-satunya Korban Selamat Jatuhnya Pesawat di Papua

Sebelum jatuh, dalam pesawat ada bau avtur, pesawat guncang hebat. Saat itu ada yang bilang mesin pesawat bocor. Siapa yang bilang?
Muhammad Jumaidil Jamaluddin (12), satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan pesawat Caravan jenis Pilatus Dimonim Air PK-HVQ yang jatuh di Gunung Oksibil Papua, Sabtu (11/8/2018). (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 24/9/2018) - Musibah jatuhnya pesawat  Caravan jenis Pilatus Dimonim Air PK-HVQ di Gunung Oksibil Papua, Sabtu (11/8/2018), menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban.

Ajaibnya, dari sembilan penumpang dalam pesawat kecil tersebut, hanya satu korban yang selamat, yakni atas nama Muhammad Jumaidil Jamaluddin (12). Anak yang baru lulus SD ini selamat karena sempat lompat dari dalam pesawat sesaat pesawat menyentuh tanah.

Muhammad Jumaidil JamaluddinTangan Jumaidil diperban setelah mendapatkan perawatan. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Seperti apa kisah sebenarnya dari pesawat naas tersebut? Berikut wawancara eksklusif Tagar News dengan Muhammad Jumaidil Jamaluddin (12), satu-satunya korban yang selamat dari kecelakaan pesawat itu.

Bisa diceritakan, sebenarnya kronologis kenapa sampai Jumaidil ada dalam pesawat tersebut?

Saya diajak bapak ke Tanah Merah. Itulah sebabnya kenapa saya ada dalam pesawat itu.

Bisa dijelaskan kapan Jumaidil dan bapak ke Tanah Merah?

Saya ke Tanah Merah tanggal 8 Agustus 2018 dan balik tanggal 11 Agustus 2018, saya sama bapak kurang lebih empat hari di Tanah Merah.

Sebenarnya apa tujuan bapak Jumaidil ke Tanah Merah?

Bapak bilang, ayo kita kunjungi keluarga di Tanah Merah, sekalian jalan-jalan. Kebetulan Tanah Merah itu seperti kota kabupaten.

Pada saat Jumaidil dan bapak ke Tanah Merah, seperti apa cuaca saat itu?

Cuaca bagus, tidak ada angin, awan ataupun hujan.

Setelah empat hari di Tanah Merah, tanggal berapa Jumaidil dan bapak balik ke Oksibil, dan jam berapa?

Saya balik ke Oksibil tanggal 11 Agustus jam 13.30 WIT.

Seperti apa kondisi cuaca saat Jumaidil naik pesawat?

Cuaca mendung dan sedikit hujan, juga awan dan kabut.

Apa saja yang ada dalam pesawat saat Jumaidil masuk kabin?

Saat saya sama bapak naik pesawat itu, saya lihat banyak karung beras dan barang lainnya, termasuk di belakang pilot juga ada beberapa karung beras.

Dalam pesawat itu, Jumaidil dan bapak duduk di kursi  berapa?

Saya duduk di kursi paling belakang sebelah kiri.

Setelah lepas landas, apa yang terjadi sampai pesawat tersebut jatuh?

Setelah lepas landas sekitar 15 menit pesawat guncang hebat, berapa kali putar-putar naik turun menghindari awan dan berapa kali juga turun jauh ke bawah terasa mau jatuh, karena pilotnya menghindari awan tebal.

Apa yang terjadi selanjutnya? Dan bagaimana awalnya pesawat itu jatuh?

Sebelum jatuh, dalam pesawat ada bau avtur, pesawat guncang hebat. Itu terjadi saat pertengahan perjalanan dari Tanah Merah ke Oksibil, saat itu ada yang bilang mesin pesawat bocor.

Siapa yang bilang?

Salah satu penumpang, karena pesawat tersebut tidak memiliki pramugari, dan hanya ada pilot dan co pilot serta tujuh orang penumpang termasuk saya.

Saat ada bau avtur apa yang terjadi dalam pesawat?

Semua sudah berteriak ketakutan, termasuk saya. Dan seketika pesawat jatuh.

Apakah pesawat tersebut menabrak pohon sebelum jatuh?

Tidak, pesawat itu tidak menabrak pohon, tapi dia langsung jatuh begitu saja. Saat jatuh bapak nendang pintu paling belakang dan langsung lompat sama saya. Hanya saya dan bapak yang lompat yang lain tidak lompat.

Waktu pesawat itu jatuh apakah terbakar ataukah ada yang terlempar dari dalam pesawat?

Waktu jatuh, di dalam pesawat masih utuh, kursinya tidak ada yang terlempar ke luar, begitu juga dengan penumpangnya. Hanya saya dan bapak yang ada di luar pesawat.

Setelah jatuh, apakah bapak sempat bicara ataukah dia sudah meninggal. Atau adakah penumpang lain yang selamat selain Jumaidil dan bapak?

Bapak sempat bicara dan ajak zikir, karena pesawatnya jatuh pukul 14.00 WIT, saat itu hujan gerimis dan kabut. Masih ada yang selamat selain saya dan bapak waktu itu, akan tetapi yang dalam pesawat masih hidup tapi kejepit kursi, saya tarik dan bilang om ...bangun om, tapi tidak bisa karena tangan saya yang sebelah kiri luka parah tidak bisa digerakkan.

Sekitar berapa jam bapak berbicara sama Jumaidil?

Saya berbicara sama bapak dari jam 14.00 sampai jam 18.00, tapi waktu pesawat itu jatuh, bapak sempat berdiri. Lalu setelah itu jatuh, dan sudah tidak berdiri lagi. Dan pukul 18.00 WIT di hutan sudah gelap, saya sudah tidak dengar lagi suara bapak.

Seperti apa kondisi bapak, apakah penuh luka ataukah ada yang lainnya?

Saya lihat tidak ada luka sedikitpun, tapi kemungkinan luka dalam. Karena dia sempat berdiri lalu jatuh. Dan setelah itu tidak bisa berdiri lagi.

Apa yang terjadi setelah Jumaidil tahu semua penumpang meninggal, apakah Jumaidil merasa ketakutan?

Saat itu saya tidak takut, cuman haus saja, saya masuk ke dalam pesawat karena pesawat itu tertahan pohon di tebing, saya mencari air minum.

Waktu semalam suntuk di hutan bersama mayat-mayat yang bergelimpangan, apa yang Jumaidil lakukan?

Sepanjang malam saya tidak tidur dan juga tidak makan, saya begadang sampai pagi sambil menahan rasa sakit, karena tangan sebelah kiri saya tidak bisa digerakkan, karena sangat dingin akhirnya saya masuk dalam pesawat dan duduk di dalam pesawat sampai pagi.

Siapa yang pertama kali menemukan Jumaidil?

Masyarakat bersama polisi serta tentara yang menemukan saya jam tujuh pagi WIT, karena saat itu saya berteriak minta tolong, mereka kaget ternyata ada yang selamat.

Apa yang terjadi setelah itu?

Setelah polisi dan tentara serta masyarakat menemukan saya, mereka membawa saya ke rumah sakit. Mereka bilang kamu harus kuat. Tentara melarang saya tidur, jangan sampai saya pingsang dan tidak siuman lagi.

Di mana Jumaidil ketemu ibu?

Saya ketemu ibu di rumah sakit. Tapi setelah itu saya dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Jayapura, dan ternyata setelah saya diperiksa dokter bilang saya ada pendarahan di dalam dan diharuskan untuk operasi, sejak saat itu saya sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Muhammad Jumaidil JamaluddinJumaidil memperlihatkan bekas operasinya akibat kena benturan saat melompat dari dalam pesawat. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Hampir satu jam Tagar News mewawancarai Jumaidil, korban satu-satunya yang selamat dari jatuhnya pesawat Caravan jenis Pilatus Dimonim Air PK-HVQ. Tapi satu yang pasti anak ini sudah tidak mau kembali ke Jayapura lagi, dia ingin menetap di Makassar dan sekolah di Makassar.

“Saya sudah tidak mau lagi ke Jayapura, saya mau sekolah di sini di Makassar bersama kakak saya, kalau mengingat pesawat itu kadang saya kaget sendiri,” ujarnya mengakhiri wawancara.

Untuk diketahui, Pesawat Demonim Air dengan nomor penerbangan PK-HVQ jatuh dalam perjalanan dari Tanah Merah ke Oksibil, Papua, Sabtu, 11 Agustus2018. Para petugas tim gabungan SAR menemukan pesawat jenis Pilatus buatan Selandia Baru itu jatuh di gunung Menuk.

Pesawat milik Dimonim yang dipiloti Leslie Sevove dan kopilot Wayan Sugiarta, terbang dari Tanah Merah, Sabtu, pada pukul 13.42 WIT, dan dijadwalkan tiba di Oksibil pukul 14.20 WIT. Tujuh penumpang yang ikut dalam pesawat tersebut, yakni Sudir Zakana, Martina Uropmabin, Hendrikus Kamiw, Lidia Kamiw, Jamaludin, Naimus, dan Jumaidi.

Tim SAR berhasil menemukan lokasi pesawat jatuh pada Minggu 12 Agustus 2018 pagi, atau lebih dari 20 jam sejak pesawat dinyatakan hilang kontak. Delapan penumpang meninggal termasuk pilot dan co pilot. Sedangkan Muhammad Jumaidil Jamaluddin berhasil selamat. []

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.