Wasiat Ainur Rahman Sebelum Menginjak Tanah Mesir

Pria itu meneteskan air mata, mendekap foto Ainur Rahman, putranya yang kuliah di Al Azhar Kairo Mesir dan berakhir di Sungai Nil.
Muhammad Ramli (tengah) memegang foto anaknya, Ainur Rahman, di rumahnya di Kelurahan Kowel, Kecamatan Kota Pamekasan, Jawa Timur. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Pamekasan - Pria berpakaian baju abu-abu itu sibuk melayani tamu yang berdatangan. Tamu itu masih tergolong sebagai tetangganya. Mereka datang dalam rangka ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Ainur Rahman, anak pria tersebut. Ainur yang sedang kuliah di Kairo, Mesir, tenggelam di Sungai Nil.

Sambil bersalaman, Muhammad Ramli, ayah Ainur, mengucapkan terima kasih kepada para pelayat yang  ikut mendoakan sang buah hatinya yang baru saja tiada. 

Ia bercerita sambil menatap sebuah foto, menunjuk-nunjuk seakan foto yang dipegangnya bisa berbicara.

Ia pernha punya harapan, pemuda di foto itu yang akan membasuh mukanya ketika sekarat, sambil melantunkan kalimat-kalimat Allah di telinganya. Namun kenyataan begitu pahit. Justru pemuda itu yang terlebih dulu meniggalkannya.

Ainur Rahman seorang hafiz (hapal Alquran) lahir di Pamekasan, Madura. Ia wafat tenggelam di kawasan Qonatir, Sungai Nil Mesir, Senin, 29 Juli 2019. 

Duka sedalam-dalamnya terasa sangat pekat di tengah kediaman keluarga Ainur di Kelurahan Kowel, Kecamatan Kota Pamekasan, Jumat, 2 Agustus 2019.

Ainur lahir dari pasangan Muhammad Ramli-Nafisah, bungsu dari enam bersaudara. Pertama ia menempuh pendidikan di SDN Kowel 1. Berikutnya ke SMP 2 Pamekasan. Setelah itu, mondok di Pondok Pesantren Al-Amien, dan melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Ramli bapak Ainur terharu saat menceritakan masa-masa anaknya itu sebelum berangkat ke Mesir. Ainur mempunyai keyakinan pendidikan adalah roh utama untuk mengubah nasib keluarga dan lingkungan.

"Saat mengikuti tes kuliah ke Mesir, Ainur memberi isyarat agar sebidang tanah yang diwarisinya untuk dijual. Itu disampaikan, karena melihat saya sama ibunya sudah tua. Ainur takut, saya tak lagi punya biaya," tutur Ramli meneteskan air mata.

Ainur sejak kecil mempunyai keinginan besar untuk studi ke luar negeri. Perjalanan pendidikannya diwarnai prestasi, nyaris selalu rangking kelas, bahkan ia hapal 30 juz Alquran.

Saat mengikuti tes kuliah ke Mesir, Ainur memberi isyarat agar sebidang tanah yang diwarisinya untuk dijual.

Nyantri dan Menjadi Seorang Hafiz

Ainur Rahman mulai menjadi seorang hafiz sejak nyantri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep. Setelah lulus di SMP 2 Pamekasan, ia menunjukkan tekad kuat untuk memilih pesantren modern di ujung timur Pulau Madura itu.

Di pondok, Ainur mengambil Jurusan Tahfidz. Dalam kurun waktu tiga tahun, ia berhasil menghapal 30 juz Alquran. Satu tahun berikutnya, pria kelahiran 3 Juli 1995 itu menjalankan proses pengabdian sebagai pengurus pesantren.

Lulus mondok, Ainur tidak menganggur. Ia mengamalkan ilmunya di salah satu pondok pesantren tahfidz di Kecamatan Waru. Di pondok ini, ia mengabdi kepada Kiai Abdul Aziz kurang lebih 17 bulan.

Di lembaga pesantren inilah, awal mula Ainur mendapatkan peluang untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah. Ainur dan beberapa rekan mengikuti ujian dan dinyatakan lolos, terpilih menjadi mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo.

Disarankan Bergabung dengan Ikmal

Sebelum hidup di Kota Alexandria Cleopatra itu, Ainur disarankan Kiai Abdul Aziz untuk bergabung dengan Ikatan Keluarga Besar Al-Amien (Ikmal) Korda Kairo.

"Ainur dibimbing Kiai Aziz bagaimana setelah tiba di Mesir nanti bisa bergabung dengan Ikmal, agar hubungan emosional sesama alumni Al-Amien tidak hilang," kata sepupu Ainur, Supriyadi.

Supri seorang kerabat yang paling memperhatikan kondisi keberadaan Ainur. Kepadanya setelah lulus mondok, Ainur sering menyampaikan keinginan untuk kuliah di Mesir.

"Karena masih belum ada peluang, Ainur saya sarankan untuk mengabdi lagi di Ponpes binaan Kiai Aziz di Desa Bajur," kata Supri.

Di Ikmal Diangkat Jadi Ketua

Dua tahun berjalan setelah Ainur di Mesir, hubungan dengan sesama alumnus kian melekat. Sebagaimana diakui saudaranya, Siti Juhairiyah, Ainur bercerita dirinya diamanahi sebagai Ketua Ikmal.

"Ainur bilang mau menyelesaikan jabatannya hingga purna untuk pindah kosan," kata Juhairiyah mengenang salah satu percakapan dengan Ainur.

Juhairiyah mengatakan lokasi tempat tinggal Ainur dengan kampusnya lumayan jauh. Ainur berkeinginan mencari kosan di sekeliling kampus. Berhubung masih menjabat Pengurus Ikmal, ia menunggu hingga purna.

"Setelah purna jabatannya jadi ketua, ia mau berpamitan untuk pindah kosan," tutur Juhairiyah.

Minta Kiriman Baju Batik

Pada tanggal 21 September 2017, Ainur berangkat ke Mesir. Kuliahnya harus ditempuh selama lima tahun. Waktu yang panjang itu, Ainur bertekad untuk tidak pulang kampung, sebelum lulus.

"Dia sendiri bilang, tidak akan pulang selama lima tahun," kata Juhairiyah.

Setiap kali ujian semester, Ainur rutin mengabarkan keluarganya, meminta doa serta dukungan agar hasil ujian berjalan lancar. Nilainya, Ainur sering mendapat predikat Jayyid/Jiddan.

"Sebagian teman-temannya kalau liburan memilih pulang kampung, Ainur tidak. Sehingga ketika liburan, ia memilih berwisata di sana," tutur Juhairiyah.

Setengah perjalanannya hidup di kampung orang, membuat Ainur kangen dengan baju batik. Juhairiyah diminta menitipkan baju batik, semisal ada orang atau kerabatnya yang hendak merantau ke Mesir.

"Sejak berangkat, Ainur membawa baju pas-pasan. Dia memakai baju seadanya. Sehingga kadang ia menelepon, katanya kangen dengan baju batik di sini," ucap Juhairiyah.

Duka Keluarga Setelah Ainur Dikabarkan Meninggal

Senin, 29 Juli 2019 pukul 23.30 WIB, Supriyadi menerima telepon seluler dari Kiai Abdul Aziz. Supri sebenarnya curiga, karena tiba-tiba menanyakan kabar Ainur.

"Sebelum saya ditelepon, awalnya beliau menyampaikan pesan di akun WhatsApp, Kiai tak langsung mengabarkan Ainur sudah sekarat tenggelam," kata Supri.

"Seketika itu perasaan saya langsung kelang kabut. Seakan saya tak percaya apa yang dikabarkan Kiai Aziz," lanjutnya.

Supri kemudian berusaha memberi tahu pamannya yang tak lain adalah bapak Ainur, Muhammad Ramli. Sebelum kabar ini sampai ke keluarga, Supri sempat berembuk dengan paman lain.

"Setelah dirembuk, ini musibah tidak boleh ditutup-tutupi, risikonya harus memang disampaikan. Akhirnya kabar ini tiba di telinga keluarga," ujarnya.

Liang Lahat Belum Disiapkan

Memasuki hari ketiga, banyak orang melayat, mulai dari tetangga, teman-teman, dan rekan alumni. Namun keluarga masih belum menggali liat lahat sebagai tempat peristirahatan Ainur.

"Saya belum menggali kuburan untuk Ainur, karena sebelumnya dapat kabar, jika jazad Ainur masih belum jelas apakah bisa dipulangkan atau tidak," kata Ramli.

Ramli mengkhawatirkan jenazah Ainur dalam keadaan tidak utuh. Sebab biasanya orang meninggal tenggelam mudah dirasuki air. Sehingga jasad bisa melepuh dan keropos.

"Tapi saya doakan, semoga baik-baik saja. Tubuh Ainur utuh dan dapat dikuburkan dengan baik," ucap Ramli.

Diminta untuk Disalatkan di Al-Amien

Pengurus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan langsung bertamu ke rumah duka. Mereka meminta sebelum jenazah Ainur tiba di kediaman, terlebih dahulu dibawa ke pondok.

"Atas permintaan pengurus yang datang langsung ke sini, untuk membawa jenazah Ainur ke Al-Amien. Karena sepertinya tidak mungkin semua pengurus dan pengasuh, berbondong-bondong mau datang ke sini," kata Ramli.

Ramli mengizinkan permohonan itu. Justru ia bersyukur ada banyak orang yang ingin menyalatinya. Terlebih keinginan itu disampaikan langsung pihak pesantren.

Ainur di Mata Guru SMP

Guru SMPN 2 Pamekasan, Ahmad Haris Siwanto, membenarkan bahwa Ainur Rahman pernah jadi siswa di lembaganya. Sekelumit tentang Ainur, diakui dikenal sebagai siswa pendiam.

"Kalau dikategorikan dengan nilai, saya kasih nilai B. Karena anaknya yang saya tahu, kalau dikatakan bodoh, tidak. Tapi intinya, ini anak pendiam, bisa, dan disiplin datang sekolah," kata Ahmad.

Mewakili lembaga, Ahmad turut berduka cita atas kabar wafat tenggelamnya Ainur. Ia mendoakan, semoga Ainur diberi tempat yang layak, dan keluarganya diberi ketabahan dalam menerima cobaan. []

Sebelumnya:

Berita terkait