Warga Pakistan Kurangi Membeli Jajanan Kaki Lima Akibat Inflasi

Puri, yang banyak dijajakan di kaki lima, serta berbagai penganan manis maupun gurih lainnya, ikut menjadi korban inflasi
Ilustrasi - Roti pipih goreng (puri), camilan yang populer, murah dan lezat bagi warga Pakistan dan India. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Islamabad, Pakistan – Roti pipih goreng atau puri merupakan camilan yang populer, murah dan lezat bagi kebanyakan warga Pakistan.

Namun, inflasi yang melonjak membuat warga harus mengencangkan ikat pinggang mereka.

Puri, yang banyak dijajakan di kaki lima, serta berbagai penganan manis maupun gurih lainnya, ikut menjadi korban inflasi.

Biro Statistik Pakistan mengumumkan pada tanggal 1 Agustus lalu, inflasi harga konsumen mencapai 24,9 persen pada bulan Juli, angka tertinggi dalam 14 tahun. Dalam hal puri, harganya kini naik dua kali lipat.

Tanveer Ahmed, salah seorang pelanggan kedai kaki lima mengatakan, “Dulu puri seharga 20 rupee (Pakistan) (0,09 dolar AS setara Rp 1.342), dan sekarang harganya 40 rupee (0,18 dolar AS setara Rp 2.684). Sebelumnya, saya akanbisa menyantap hingga empat puri (dalam sekali makan) sekaligus, tetapi sekarang saya harus puas hanya dengan satu atau dua."

harga puri naikInflasi menyebabkan harga puri, naik dua kali lipat. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Pendapatan per kapita Pakistan saat ini atau penghasilan rata-rata warga dalam setahun adalah 1.666 dolar AS setara Rp 24.841.476, ini menurut Biro Statistik. Angka itu belum mengalami perubahan.

Mohammad Javed Abbasi, pemilik kedai pinggir jalan yang menjual roti puri mengatakan, "Inflasi jelas telah membuat perubahan dalam bisnis kami, bagi semua orang. Jumlah pelanggan kami menurun, jumlah orang yang mengonsumsi puri halwa juga jauh lebih sedikit."

Ia memperkirakan setengah dari jumlah pelanggan tetapnya bahkan sudah tidak datang lagi.

memasak puriPria melemparkan adonan saat memasak puri, roti pipih goreng tradisional, di pasar pagi di Karachi 26 Juli 2009. Puri, yang merupakan hidangan populer di Asia Selatan, dikonsumsi sebagian besar saat sarapan. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Akhtar Soomro)

Fazal Rehman, seorang warga, mengatakan, "Sebelumnya, saya dapat makan di kedai ini dua atau tiga kali sebulan. Saya juga biasanya membeli untuk dibawa pulang bagi keluarga saya. Kini saya hanya pergi ke sini sebulan sekali."

Tingginya harga puri mencerminkan kenaikan harga bahan baku dalam 12 bulan terakhir. Harga tepung terigu naik tujuh persen, biaya listrik naik 52 persen sementara harga minyak goreng mengalami kenaikan tajam sebesar 72 persen, menurut Biro Statistik.

Kenaikan harga meluas hingga ke bahan makanan seperti sayuran dan susu. Hal itulah yang membuat kebanyakan orang tidak memiliki kelebihan uang untuk membeli jajanan kaki lima.

Farrukh Shaad, seorang pelanggan kaki lima mengatakan, "Inflasi yang begitu tinggi telah menghancurkan kelas menengah.

Karena inflasi, harga bahan makanan naik dan uang kami habis hanya untuk membeli bahan makanan. Puri halwa yang biasanya dapat kami santap setiap hari, kini hanya bisa dilakukan sesekali saja."

Walau jumlah pelanggan berkurang, bisnis kaki lima yang berada di pinggir jalan kota pelabuhan Karachi yang luas, terus berlangsung. Mereka tetap membuat roti puri bagi warga yang masih mampu untuk membelinya. (lj/uh)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Warga Pakistan Didesak Agar Kurangi Minum Teh
Warga di Pakistan didesak untuk mengurangi minum teh dalam menghadapi krisis ekonomi karena biaya impor teh mahal
0
Warga Pakistan Kurangi Membeli Jajanan Kaki Lima Akibat Inflasi
Puri, yang banyak dijajakan di kaki lima, serta berbagai penganan manis maupun gurih lainnya, ikut menjadi korban inflasi