Maros - Memasuki musim hujan, warga Desa Bontomanurung, Tompobulu, Maros, Sulawesi Selatan jika ingin menuju ke kampung lain harus bertaruh nyawa menyeberangi aliran sungai deras.
Hal tersebut di lakukan sebab tidak ada jembatan yang dapat digunakan masyarakat, bahkan sudah sejak lama.
Saya membayangkan, anak-anak desa harus bertaruh nyawa ketika pergi sekolah.
Legislator Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel asal Maros, Muzayyin Arif yang baru saja ke Desa Bontomanurung menyebutkan, sekitar 1.300 warga Desa Bontomanurung harus menyeberangi sungai berarus deras saat hujan turun.
Padahal daerah ini jaraknya tidak jauh, dari Kota Makassar jaraknya hanya 35 kilometer.
“Saya membayangkan, anak-anak desa harus bertaruh nyawa ketika pergi sekolah. Bagaimana kalau ada keluarga yang sakit. Atau saat seorang ibu hamil akan melahirkan. Saya takut membayangkannya,” kata Muzayyin yang merupakan Wakil Ketua DPRD Sulsel itu, Minggu, 8 Maret 2020.
Muzayyin menyebutkan kedatangannya ke Bontomanurung untuk bersilaturahi dengan masyarakat yang merupakan daerah pemilihannya dahulu. Sesampai di sana Ia tidak sekadar bersilaturahmi biasa tapi juga mendengarkan keluhan masyarakat terkait kondisi kampungnya.
“Lagi-lagi soal infrastruktur. Utamanya jembatan yang belum tampak tanda-tanda akan dibangun. Ini pekerjaan kita bersama. Saya sudah bertekad akan laporkan ke Gubernur Sulsel. Sembari menganalisa apakah persoalan ini jadi kewenangan provinsi atau daerah,” kata legislator asal Maros itu.
Kalaupun setelah melapor ke Gubernur dan menemui jalan buntu, Muzayyin menyebut akan mengajak masyarakat untuk terlibat melalui gerakan wakaf. “Harus ada solusi terbaik untuk kemanusiaan,” jelas Muzayyin. []