Wali Kota Makassar Sebut Kota Kalau Secara Islami Paling Tidak Toleran

Dia juga heran ada survei yang mengkesampingkan Makassar dalam daftar 10 kota toleran di Indonesia.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Makassar (Tagar 12/12/2018) - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto merasa heran soal survei Setara Institute yang mengkesampingkan Kota Makassar dalam daftar wilayah paling toleran di Indonesia.

Setara Institute merilis daftar 10 kota paling toleran di Tanah Air belum lama ini. Tanpa Makassar di dalam urutan, Moh Ramdhan mempertanyakan validitas kebenaran survei tersebut.

"Harus diperjelas dulu, apa ukurannya Kota Makassar tidak toleran. Makassar ini kota paling toleran, paling bisa menerima banyak orang. Saya juga heran, ini justru terbalik," ujar Moh Ramdhan kepada Tagar News, Selasa (11/12) sore.

Dia menjelaskan, sejumlah kota di dalam daftar survei Setara Institute berbanding terbalik dengan nilai-nilai toleransi. Misalnya, Kota Singkawang, dianggapnya tidak sepandan dengan ganjaran sebagai wilayah toleran. Sebab, Moh Ramdhan menilai kota kalau secara Islami paling tidak toleran.

"Saya juga heran, dalam pandangan berbeda, justru kota yang toleran itu justru dipandang tidak toleran, contoh Singkawang. Justru kalau secara Islami itu paling tidak toleran, ukuran apa yang paling tidak toleran ini, perjelas dulu ukurannya," tambah Moh Ramdhan dengan mimik terheran-heran.

Moh Ramdhan heran Setara Institute menilai tidak berkaca pada NGO yang menyematkan Kota Makassar sebagai kota laik disabilitas dan kota laik anak.

"Makassar ini kota untuk semua. Sesuai misi kita. Kita dapat kota layak disabilitas. Dan yang usulkan itu NGO bukan pemerintah kota. Kita juga dapat kota layak anak. Semuanya itu yang usulkan  bukan pemerintah kota," tegasnya

Dia kemudian menyinggung apakah penilaian survei berdasarkan kotak kosong dalam Pilkada 2018. Jika itu menjadi tolak ukur, kata Moh Ramdhan, dia benar-benar kecewa. Menurutnya, Kota Makasaar saat ini menjalankan visi misi sebagai kota yang nyaman untuk masyarakat.

"Kenapa Makassar dinilai tidak toleran? Apakah karena kejadian kotak kosong kemarin itu dinilai sebagai intoleran? Saya tidak tahu kalau itu menjadi tolak ukur penilaiannya,
padahal kita punya visi misi menuju kota dunia yang nyaman untuk semua. Itu namanya toleran, tidak ada diskriminasi," ucapnya lagi

Seperti diketahui, belum lama ini Setara Institute memberi penghargaan kepada 10 kota yang menduduki peringkat tertinggi dalam Indeks Kota Toleran (IKT) Tahun 2018. Penghargaan diberikan setelah ada pengkajian mengukur praktik toleransi terhadap 94 pemerintah kota di Indonesia.
 
Berikut daftar 10  kota paling toleran:
1. Singkawang (skor: 6,513)
2. Salatiga (skor: 6,477)
3. Pematang Siantar (skor: 6,280)
4. Manado (skor: 6,030)
5. Ambon (skor: 5,960)
6. Bekasi (skor: 5,890)
7. Kupang (skor: 5,857)
8. Tomohon (skor: 5,833)
9. Binjai (skor: 5,830)
10. Surabaya (skor: 5,823)

Pada pengkajian ini terdapat empat variabel yang diukur, yaitu regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial, dan demografi agama.

Variabel regulasi pemerintah kota terdiri dari dua indikator, yaitu rencana pembangunan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan kebijakan diskriminatif. Sementara itu, indikator dalam variabel tindakan pemerintah terdiri dari pernyataan dan tindakan nyata dari pejabat kunci terkait peristiwa intoleransi.

Berikutnya, variabel regulasi sosial memiliki indikator seperti peristiwa intolerasi dan dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleransi.

Variabel terakhir, demografi agama, memiliki indikator yang terdiri dari heterogenitas keagamaan penduduk dan inklusi sosial keagamaan. Untuk metode penilaian yang digunakan Setara Institute adalah dengan skala 1 hingga 7, di mana poin 7 menggambarkan situasi paling baik pada masing-masing indikator untuk mewujudkan kota toleran.

Berita terkait