Sydney - Maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas Airlines Limited pada Kamis, 20 Februari 2020 mengumumkan pengurangan besar-besaran jadwal penerbangan ke Asia karena dampak virus corona baru. Virus mematikan yang awalnya terdeteksi di Wuhan, Provinsi Hubei, China itu berdampak pada penurunan jumlah penumpang sehingga menggerus cuan.
Maskapai ini menyebutkan akan mengurangi penerbangan ke wilayah Asia sebesar 16 persen untuk tiga bulan ke depan. Menurut penjelasan Qantas, pihaknya untuk sementara menangguhkan perjalanan ke Shanghai, Tiongkok dan mengurangi jadwal ke Singapura dan Hong Kong.
Hal yang sama juga dilakukan maskapai berbiaya murah (low cost carrier - LCC) dari Australia, Jetstar Airways. Maskapai ini akan mengurangi penerbangan ke Asia hingga 14 persen, sampai batas waktu akhir Mei. Pengurangan ini akan berdampak terhadap rute ke Thailand, China daratan, dan Jepang.
Kepala Eksekutif Qantas, Alan Joyce mengatakan wabah virus corona menyebabkan penurunan permintaan untuk penerbangan di seluruh wilayah Asia. Penyebaran virus dengan nama COVID-19 itu membuat perusahaan memperkirakan hanya mampu meraih keuntungan hingga 150 juta dolar Australia atau setara Rp 1,5 triliun untuk tahun fiskal 2020.
Joyce menambahkan, perusahaan hanya akan mengoperasikan 18 unit pesawat. Selain itu, karyawan akan didorong mengambil cuti tahunan selama periode tersebut untuk mengantisipasi dampak virus corona. "Kami masih akan memantau perkembangan dengan cermat. Kami mungkin akan menambah kursi kembali jika ada permintaan," ucapnya.
Jocye berkata lagi,"Kami bisa bisa memastikan permintaan ke Asia akan pulih lagi. Kami siap untuk bangkit kembali ketika itu terjadi."
Sebelumnya Qantas melaporkan, laba sebelm pajak turun tipis menjadi 771 juta dolar AS. Namun dengan biaya bahan bakar yang lebih rendah membantu mengimbangi perlambatan. Tahun lalu, maskapai ini memperingatkan bahwa demo pro demokrasi di Hong Kong menyebakan penurunan permintaan. Perusahaan juga akan mengurangi rute domestik dan Selandia baru untuk mengatasi penurunan permintaan.[]
Baca Juga:
- China Akui Butuh Dukungan Global Atasi Virus Corona
- Laporan WHO Tentang Kasus Global Virus Corona Baru