Viral, Adat Kematian Orang Batak Diiringi Lagu 'Sayur Kol', Pantaskah? Tonton Videonya di Sini

Sebuah video di sebuah upacara adat kematian orang Batak menjadi viral di media sosial.
Foto: (Screenshot Facebook/Tumbur Butarbutar)

Jakarta, (Tagar 14/2/2019) - Sebuah video di sebuah upacara adat kematian orang Batak menjadi viral di media sosial. Sebabnya, dalam video tersebut para pelayat dan keluarga yang meninggal terlihat manortor (menari) gembira diiringi lagu "Sayur Kol" yang saat ini sedang trending.

Video ini pertama kali diunggah  6 Februari 2019 lalu melalui siaran langsung di Facebook lewat akun Tumbur Butar-butar. Video tersebut sudah dibagi lebih dari 925 kali dengan lebih dari 4200 komentar. Video tersebut kemudian lebih diviralkan lagi oleh akun Bang Naga Uruk. Sampai berita ini naik, video ini sudah dibagikan lebih dari 2200 kali, disukai 774 orang, dan ada lebih dari 1400 komentar.

Tak diketahui di mana lokasi acara tersebut dan kapan terjadi acara tersebut. Namun postingan tersebut menimbulkan pro dan kontra. Sebagian komentar menyesalkan dipakainya lagu "Sayur Kol" tersebut karena menganggap tidak pantas pada sebuah upacara kematian yang bagi orang Batak dianggap sakral. 

Menurut mereka lagu tersebut tidak punya makna apapun selain hanya karena lagi trending. Selain itu lagu tersebut bagi sebagian pecinta binatang, terutama anjing, sangat dibenci karena dalam liriknya ada kata-kata "makan daging anjing dengan sayur kol".

"Sangat tidak pantas lagu seperti ini untuk acara kematian walaupun yang meninggal sudah saur matua. Miris melihat adat Batak itu semakin tidak karuan," tulis Roidawati Panjaitan dalam komentarnya.

"Yang saya tahu itu saur matua di adat Batak memang ada manortor-nya dengan alunan musik Batak tertentu, bukan dengan iringan musik happy. Ini miris lihatnya ada oppung-oppung meninggal tapi di iringin musik yang tidak berbobot, dibawa pun ini ke perkara adat pasti ini udah salah namanya bukan begini adat Batak, kita melihatnya happy-happy ketawa-ketawa dekat orang mati. Logikanya ajalah kita meninggal tapi banyak orang bahagia ketawa joget," tulis Indra M Marbun menambahkan.

"Saya gak tau dimana kebahagian dari lagu makan daging anjing dengan sayur kol, seperti gak ada lagu lain. Sedih dan malu ngeliatnya," kata Santha Arapenta dalam komentarnya.

Namun, tak sedikit juga yang mendukung acara tersebut. Menurut mereka, dalam adat Batak, terutama adat kematian seseorang yang meninggal dan sudah mempunyai keturunan sampai cucu dan cicit, yang disebut dengan saur matua atau mauli bulung, kematian tidak lagi menjadi sebuah kesedihan namun sebuah kegembiraan. Keturunannya tak boleh lagi bersedih sebab orangtua mereka yang meninggal dianggap sudah mendapatkan kesempurnaan karena anak-anaknya, cucu, dan cicitnya memperoleh kesuksesan dalam hidup.

Baca Juga: Tulisan Denny Siregar: Makan Daging Anjing dengan Sayur Kol

Tumbur Butar-butar dalam kolom komentar di postingannya juga menyebut bahwa yang meninggal sudah marnini-marnono atau sudah punya cucu dan cicit sehingga wajar keturunannya bergembira. 

"Maaf ito-ku, sebenarnya gak ada yang salah ito, orang aja yang gak tahu ito, udah marnini marnono (yang meninggal) itu," tulis Tumbur menanggapi komentar di statusnya tersebut.

"Nggak apa-apa sih, karena ulaon saur matua, nggak ada lagi tangisan kesedihan," tulis Lamro Purba Toba.

"Yang meninggal sudah tua dan anak-anaknya sudah pada menikah dan sukses. Istilah orang Batak saur matua. Jadi tidak ada lagi ratap tangis. Begitulah adat istiadat Batak," tulis Elfrida Naibaho. 

Tonton videonya di sini:



Berita terkait