TAGAR.id - Pemerintah Kota Venesia, Italia, ingin membatasi jumlah wisatawan dengan memberlakukan tiket harian bagi yang menginap di luar kota. Namun, aturan baru itu diragukan akan mampu memulihkan kualitas hidup bagi warga lokal. Jonas Martiny* melaporkannya untuk DW.
Diragukan bahwa kebijakan terbaru pemerintah kota Venesia akan mampu mengurangi jumlah kunjungan wisatawan harian, kata Dr. Susanne Kunz-Saponaro.
Mulai tanggal 25 April, wisatawan yang tidak menginap di dalam kota diwajibkan membeli tiket harian senilai lima euro atau sekitar Rp. 87 ribu per orang.
Aturan tersebut hanya berlaku selama masa uji coba yang berlangsung hingga tanggal 5 Mei mendatang, kemudian pada beberapa akhir pekan hingga 14 Juli. Pembelian tiket diwajibkan antara pukul 08.30 hingga 16.00 waktu setempat.
Tanggal pemberlakuan dipilih pada hari-hari, di mana angka kunjungan wisatawan melonjak tinggi seperti pada akhir pekan.
"Pada dasarnya ini adalah ide bagus,” kata Kunz-Saponaro, yang hidup dan bekerja sebagai pemandu wisata di Venesia. "Tapi kebijakan ini tidak dipikirkan dengan matang.”
Risiko denda hingga 300 euro
Perkaranya, menurut Kunz-Sopanoro, ada banyak pengecualian yang memperkuat keraguan atas keampuhan kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah kunjungan harian.
Penduduk di seluruh wilayah Veneto, misalnya, tidak dibatasi dengan kewajiban membeli tiket. Selain itu, belum jelas bagaimana pemerintah kota ingin memastikan bahwa para pelancong telah mengunduh salah satu kode QR dari situs web cda.veneziaunica.it, seperti yang diwajibkan.
Rencananya, pengawasan akan dilakukan oleh petugas yang melakukan pemeriksaan mendadak. Siapapun yang kedapatan tidak membeli tiket, akan dikenakan hukuman denda sebesar hingga 300 euro setara dengan Rp 5.209.608.
Kunz-Saponaro mengkritik keengganan pemerintah membatasi kuota harian jumlah wisatawan. Rata-rata, sekitar 80.000 pelancong datang ke kota tua Venesia setiap hari, dengan 70.000 di antaranya menghabiskan waktu hanya beberapa jam.
Tapi kepadatan yang diciptakan turis harian tidak sebanding dengan pemasukan yang didapat dari pariwisata. "Bulu kuduk saya merinding membayangkan kerumunan turis kembali memadati gang rumah ketika saya harus lewat dengan tas belanja yang penuh,” katanya. "Situasi di Venesia sudah kritis.”
Kampanye wisata menginap
Sebagai solusi, pemerintah kota ingin mengkampanyekan wisata lamban. "Kami mengundang mereka yang ingin menikmati Venesia secara perlahan dan merasakan denyut kota ini,” kata Kepala Departemen Pariwisata Simone Venturini.
Keintiman tidak mungkin tercipta dalam tiga jam, "untuk itu Anda harus meluangkan waktu,” imbuhnya.
Tiket harian diberlakukan antara lain untuk mempromosikan wisata menginap di Venesia. Pemerintah kota mengatakan bakal menguji dan memperbaiki kebijakannya sesuai data empiris yang ada.
Kendati begitu, Walikota Luigi Brugnaro menegaskan, Venesia masih terbuka untuk semua orang, kata dia Kepada harian Corriere della Sera baru-baru ini.
"Kota ini harus manusiawi, baik bagi mereka yang tinggal di dalamnya maupun bagi mereka yang mengunjunginya,” kata Brugnaro. "Pada hari-hari tertentu dengan jumlah pengunjung yang terlalu tinggi, kondisinya tidak lagi manusiawi.”
Sebelum pandemi, Venesia mencatatkan kunjungan lima juta wisatawan per tahun. Angka serupa kemungkinan besar akan dicapai pada tahun ini.
Panjang aturan berperilaku
Perkaranya, warga lokal semakin lantang mengeluhkan perilaku nakal wisatawan, yang diadopsi ke dalam katalog aturan berperilaku dengan ancaman denda hingga 500 euro.
Wisatawan, antara lain, dilarang duduk di atas jembatan, mengenakan pakaian renang di dalam kota, mengumpani hewan liar atau membuang sampah sembarangan.
Pada tahun pertama, kewajiban tiket bagi turis harian diperkirakan akan mendatangkan uang sekitar 700.000 euro ke dalam kas kota. Tambahan pemasukan akan digunakan untuk pembersihan jalan dan meningkatkan layanan wisata.
Wisatawan yang menginap di Venesia sudah membayar pajak wisata sejak 2011. Berdasarkan kategori hotel dan musim, pajak akomodasi berkisar antara satu hingga lima euro per malam. Jumlah pemasukan kota mencapai 34 juta euro pada tahun lalu.
Mulai tangal 1 Agustus mendatang, jumlah rombongan wisata juga akan dibatasi sebatas 25 orang. Selain itu bagi warga lokal, kelompok wisatawan dijanjikan tidak akan menghalangi lalu lintas pejalan kaki saat mendengarkan penjelasan pemandu. (rzn/hp)/dw.com/id. []
*Jonas Martiny Reporter, koresponden