UNICEF Ingatkan Banyak Anak Terancam Meninggal Dunia Karena Tidak Diimunisasi

UNICEF mencatat tingkat vaksinasi telah turun lebih dari sepertiga di Korea Selatan, Papua Nugini, Ghana, Senegal, dan Jepang
FILE- Seorang pejabat kesehatan tak dikenal memberikan vaksin polio kepada seorang anak di Kawo Kano, Nigeria, 13 April 2014. (Foto: voaindonesia.com/AP/ Sunday Alamba, File)

TAGAR.id, Jakarta - Dana Anak-anak PBB, UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund), memperingatkan banyak anak kemungkinan besar akan meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, karena adanya penurunan imunisasi rutin selama pandemi Covid-19. Lisa Schlein melaporkannya untuk VOA.

Data baru di laporan State of the World’s Children 2023, atau Kondisi Anak-Anak Dunia 2023, UNICEF menunjukkan ada penurunan tingkat kepercayaan yang signifikan mengenai pentingnya vaksin bagi anak-anak di 52 dari 55 negara yang disurvei.

UNICEF mencatat tingkat vaksinasi telah turun lebih dari sepertiga di Korea Selatan, Papua Nugini, Ghana, Senegal, dan Jepang. Menurut data itu, hanya tiga negara, China, India dan Meksiko yang menunjukkan orang-orang masih bersikap positif mengenai manfaat vaksinasi bagi kesehatan.

Di kebanyakan negara, menurut studi tersebut, “orang-orang berusia di bawah 35 dan perempuan yang lebih besar kemungkinannya menyatakan kurang percaya mengenai vaksin bagi anak-anak setelah dimulainya pandemi.”

Ini mengkhawatirkan karena laporan itu mendapati 67 juta anak-anak, hampir separuhnya berada di benua Afrika, telah melewatkan satu vaksinasi atau lebih karena gangguan dalam layanan imunisasi selama tiga tahun pandemi Covid-19.

pemberian vaksin polio di lahore pakistanSeorang petugas kesehatan memberikan vaksin polio kepada seorang anak saat berlangsungnya kampanye vaksinasi di Lahore, Pakistan, 24 Oktober 2022. (Foto: voaindonesia.com/Arif ALI/AFP)

Kekhawatiran dan disinformasi

Para penulis laporan itu memperingatkan ancaman dari keraguan mendapatkan vaksin mungkin kian besar karena beberapa faktor seperti informasi menyesatkan mengenai keamanan vaksin, berkurangnya kepercayaan terhadap pakar, dan polarisasi politik yang menciutkan hati orang tua untuk memvaksinasi anak-anak mereka.

“Pada puncak pandemi, para ilmuwan bergegas mengembangkan vaksin yang menyelamatkan banyak nyawa,” kata Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF. “Tetapi, terlepas dari ini adalah pencapaian bersejarah, ketakutan dan disinformasi mengenai semua jenis vaksin beredar seluas virus itu sendiri.”

Kemajuan terkikis

Badan-badan kesehatan melaporkan empat juta kematian dapat dicegah di seluruh dunia berkat vaksinasi pada masa anak-anak setiap tahun. Tetapi UNICEF memperingatkan bahwa sebagian besar kemajuan yang dibuat selama bertahun-tahun dalam Imunisasi rutin semasa anak-anak telah terkikis dalam tiga tahun terakhir.

“Pandemi Covid-19 sebagian besar menyebabkan penurunan cakupan vaksinasi, tetapi ini juga memperburuk ketimpangan yang ada,” kata Ephrem Lemango, Direktur Muda Imunisasi UNICEF.

“Akibatnya, total 67 juta anak-anak terlewat vaksinasi rutin antara 2019 dan 2021” dan 48 juta tidak menerima satu pun vaksinasi rutin, “yang juga dikenal sebagai dosis nol,” katanya.

Laporan itu menyebutkan India dan Nigeria memiliki jumlah anak-anak dengan dosis nol terbanyak tetapi peningkatan jumlah anak-anak yang tidak menerima satu pun dosis vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) terutama terlihat di Myanmar dan Filipina.

Lemango mengatakan “begitu banyak anak, khususnya di komunitas paling terpinggirkan, vaksinasi masih belum tersedia, belum dapat diakses, atau tak terjangkau harganya.”

“Analisis dalam laporan ini jelas menunjukkan, anak-anak di keluarga termiskin, tinggal di perdesaan, dan lahir dari ibu yang tidak berpendidikan dan tidak berdaya yang paling besar kemungkinannya tidak mendapatkan satu atau lebih vaksinasi, dan akan menghadapi banyak kekurangan,” lanjutnya.

Di sisi lain, ia mencatat bahwa di beberapa negara seperti di Nigeria, Angola dan Ethiopia, “kita akan temukan bahwa 10 persen rumah tangga terkaya yang memiliki kemungkinan 10 hingga 20 kali lebih besar untuk memvaksinasi anak-anak mereka dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga termiskin.”

tes malaria di thailandFILE - Seorang petugas kesehatan masyarakat mengambil sampel darah dari seorang perempuan untuk diuji malaria di distrik Bo Rai, Provinsi Trat, Thailand. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

UNICEF menyerukan tindakan segera untuk mengejar ketinggalan bagi anak-anak yang terlewat mendapatkan vaksinasi untuk mencegah wabah penyakit mematikan, seraya mencatat bahwa jumlah kasus campak pada tahun 2022 lebih dari dua kali lipat daripada tahun sebelumnya dan bahwa 16 persen lebih banyak anak-anak yang telah lumpuh karena polio.

“Imunisasi telah menyelamatkan jutaan jiwa dan melindungi komunitas dari wabah penyakit mematikan,” kata Direktur UNICEF Russell. “Imunisasi rutin dan sistem kesehatan yang kuat merupakan upaya terbaik kita untuk mencegah pandemi, kematian yang tidak perlu, dan penderitaan pada masa mendatang.”

Laporan itu mendesak pemerintah untuk mengidentifikasi dan menjangkau semua anak, terutama 67 juta yang terlewat mendapatkan vaksin karena pandemi Covid. Laporan ini juga meminta negara-negara untuk memperkuat layanan dasar kesehatan mereka untuk mendukung layanan Imunisasi dengan lebih baik lagi, termasuk memberi kondisi yang lebih baik bagi tenaga kerja perempuan.

“Kami meminta dunia dan komunitas global agar dapat memprioritaskan isu ini dan mencegah krisis kelangsungan hidup anak-anak sebelum ini terjadi dan sebelum ini terlambat,” kata Ephrem Lemango. (uh/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Banyak Orang Tua di Provinsi Aceh yang Enggan Anaknya Diimunisasi Vaksin Polio
IDAI ungkapkan banyak orang tua di Aceh yang enggan anaknya mendapatkan imunisasi polio. Faktor kecemasan hingga keyakinan jadi alasannya