Uni Eropa Ingin Perluas Pengaruhnya di Indo-Pasifik

Dalam KTT Asia-Eropa (ASEM) ke-13, pemimpin Uni Eropa memperbarui komitmen mendukung Asia
KTT ASEM ke-13 digelar secara virtual (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Dalam KTT Asia-Eropa (ASEM) ke-13, pemimpin Uni Eropa memperbarui komitmen mendukung Asia. Namun para ahli mengatakan, UE perlu memahami harapan Asia agar bisa lebih berpengaruh. Priyanka Shankar melaporkannya untuk DW.

Para pemimpin Eropa memperbarui seruan untuk memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Indo-Pasifik di tengah ketegangan geopolitik yang ditimbulkan oleh China dan perubahan hubungan trans-Atlantik selama Donald Trump memimpin Amerika Serikat (AS).

Pada Pertemuan Asia-Eropa (ASEM) ke-13 pekan lalu yang diselenggarakan oleh Kamboja. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menekankan bahwa "Asia penting bagi Eropa."

Dalam konferensi virtual selama dua hari ini, para pemimpin dari Uni Eropa (UE) dan Asia juga sepakat bekerja sama untuk menghidupkan kembali ekonomi, meningkatkan kelancaran rantai pasokan, mempromosikan digitalisasi dan bekerja untuk mencapai masyarakat yang inklusif dan rendah karbon.

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan pentingnya bertindak dalam kerangka strategi Indo-Pasifik Uni Eropa, yang menguraikan minat blok itu dalam meningkatkan kerja sama militer, perdagangan, kesehatan, infrastruktur, dan kerja sama di bidang lingkungan.

"Kami memutuskan untuk memperkuat fokus dan tindakan strategis kami dengan kawasan ini, dan Strategi Kerja Sama UE baru dengan Indo-Pasifik adalah sinyal yang kuat," ujar Charles Michel dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan ASEM.

Garima Mohan dari German Marshall Fund menyambut baik pernyataan tersebut. "Telah terjadi pergeseran global dalam hubungan luar negeri di mana kekuatan Barat berfokus pada kawasan Indo-Pasifik," kata Mohan kepada DW. "Mengenai UE, yang berbeda sekarang bukanlah jejak blok itu di Indo-Pasifik, tetapi pemahaman bahwa UE perlu melihat kawasan ini secara lebih strategis dibandingkan pada masa lalu," tambahnya.

klaim china di laut china selatanPeta tumpang tindih klaim antara China dan negara-negara Asia Tenggara di atas Laut China Selatan (Foto: dw.com/id)

1. Berkembang minat baru terhadap Indo-Pasifik

Indo-Pasifik sebelumnya tidak dianggap sebagai kawasan yang menarik bagi UE. "Dua tahun lalu, para pemimpin UE bahkan tidak akan menggunakan istilah Indo-Pasifik karena dianggap 'anti-China' dan masih dianggap demikian oleh beberapa negara UE yang bergantung pada pasar China untuk pertumbuhan ekonominya," kata peneliti dan dosen di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, Frederick Kliem, kepada DW.

"Ketertarikan terhadap kawasan ini benar-benar dimulai pada masa jabatan kedua Presiden AS Barack Obama, saat Amerika mengubah prioritas strategisnya dengan berfokus pada Indo-Pasifik akibat ketegangan geopolitik dengan China. Ini membuat UE sadar bahwa AS, salah satu sekutu terkuatnya, tidak lagi memprioritaskan 'masalah Rusia' yang dihadapi UE," kata Kliem.

Menurut survei Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa baru-baru ini, beberapa negara anggota UE lebih memilih pendekatan ekonomi kepada kawasan itu, alih-alih pendekatan strategis, untuk menegaskan netralitas mereka dan tidak memilih antara AS dan China.

2. Apakah China ancaman bagi keamanan?

Namun, Mohan dari German Marshall Fund berpendapat bahwa UE seharusnya tidak bersikap netral terhadap China. "Ketika terjadi ketegangan tinggi, Anda tidak bisa tetap netral," katanya. "Dalam cara tertentu, netralitas juga sudah merupakan sebuah sikap."

"Apa yang saya temukan menarik dalam strategi Indo-Pasifik ini adalah bahasa yang menawarkan pendekatan multidimensi terhadap China. Uni Eropa mengatakan akan bekerja sama dengan China untuk tujuan ekonomi tetapi ketika ada perbedaan nilai fundamental, Uni Eropa akan menentangnya," kata Mohan.

indo-pasifikKetegangan di kawasan Indo-Pasifik meningkat dalam beberapa tahun belakangan. AS, India, Jepang, dan Australia melihat China sebagai ancaman (Foto: dw.com/id)

Saat pengaruh China kian bertumbuh di seluruh dunia, AS dan negara-negara seperti India, Jepang, dan Australia pun melihat China sebagai ancaman keamanan. Akan tetapi bagi UE, menihilkan pengaruh China adalah tantangan mengingat negara itu juga adalah mitra dagang terbesar.

Kliem yakin bahwa negara-negara Eropa lebih peduli dengan ancaman dari Rusia daripada China.

"China bukanlah masalah keamanan bagi Eropa. Eropa khawatirkan Rusia," kata Kliem. "Jadi jika ini masalahnya, mengapa Anda mempertaruhkan hubungan ekonomi yang penting dengan China dengan cara mengalokasikan lebih banyak anggaran ke bidang militer dan pertahanan di daerah-daerah yang jauh di Indo-Pasifik?"

Kliem juga yakin bahwa UE perlu mengubah pendekatannya terhadap kawasan Indo-Pasifik dengan lebih memahami harapan para mitra di sana. Selain itu, pada pertemuan ASEM baru-baru ini, UE berjanji untuk menegakkan demokrasi dan supremasi hukum di kawasan itu.

"Ini adalah strategi yang sejalan dengan nilai-nilai UE. Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan setuju untuk berinvestasi dalam berbagai proyek, asalkan memenuhi ketentuan hak asasi manusia dan standar ketenagakerjaan tertentu," kata Kliem.

Dia menambahkan bahwa beberapa negara Asia bergantung kepada investasi dari China. Menurutnya, kepentingan UE di kawasan itu dapat menawarkan alternatif pendanaan bagi negara-negara itu.

"Jadi dengan cara ini, UE dapat terus membuat perbedaan di kawasan ini dan melawan pengaruh China serta negara lain tanpa menggunakan jalan militer." (ae/hp)/dw.com/id. []

Ely Ratner Dilantik Sebagai Wamenhan Amerika Urusan Indo-Pasifik

Kerangka Kerja Sama Ekonomi AS dan Indo-Pasifik

4 Pemimpin Dunia Bertekad Jaga Demokrasi di Indo-Pasifik

Negara Quad Bahas Stabilitas Politik Kawasan Indo-Pasifik

Berita terkait
Kerangka Kerja Sama Ekonomi AS dan Indo-Pasifik
Presiden Biden melakukan diplomasi Asia Timur melalui kehadirannya dalam pertemuan virtual dengan negara-negara di kawasan tersebut
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi