TAGAR.id - Uni Eropa, Kamis (19/10-2023) menganugerahkan penghargaan tertinggi hak asasi manusia (HAM), Sakharov, kepada Mahsa Amini, perempuan Kurdi Iran yang meninggal dalam tahanan Iran setahun yang lalu, dan gerakan "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan" yang dipicu oleh kematiannya.
“Pembunuhan brutal terhadap Jina Mahsa Amini yang berusia 22 tahun menandai titik balik. Ini telah memicu gerakan yang dipimpin perempuan dan membuat sejarah,” kata Ketua Parlemen Eropa, Roberta Metsola, menggunakan nama depan Kurdi Amini saat dia mengumumkan penghargaan tersebut.
Metsola mengatakan slogan tiga kata gerakan tersebut adalah “seruan bagi semua orang yang memperjuangkan kesetaraan, martabat, dan kebebasan di Iran”.
Pengumuman penghargaan Uni Eropa ini disampaikan dua minggu setelah Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada aktivis hak asasi manusia Iran yang dipenjara, Narges Mohammadi.
Amini meninggal pada usia 22 tahun pada 16 September 2022, saat ditahan oleh polisi moral Iran karena diduga melanggar aturan ketat mengenai pakaian bagi perempuan di republik Islam tersebut.
Keluarga dan para pendukungnya mengatakan ia dibunuh. Pihak berwenang Iran mengklaim ia meninggal dalam tahanan karena kondisi medis yang sebelumnya dirahasiakan. Kematiannya memicu protes massal di Iran.
Hal ini juga melahirkan gerakan global yang dikenal sebagai "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan," yang menyerukan diakhirinya penerapan jilbab pada semua perempuan di Iran dan diakhirinya pemerintahan yang dipimpin ulama Muslim di Teheran.
Pasukan keamanan Iran telah menindak protes di dalam negeri, menewaskan ratusan orang, dan mengeksekusi puluhan orang karena diduga berpartisipasi dalam apa yang oleh para pejabat disebut sebagai "kerusuhan."
Pekan ini, mereka memenjarakan pengacara Amini, Saleh Nikbakht, selama satu tahun karena "propaganda" setelah ia berbicara kepada media tentang kasusnya.
Kini, banyak perempuan Iran yang terus menentang aturan berpakaian pemerintah dengan melepas jilbab mereka di depan umum. (ab/uh)/AFP/voaindonesia.com. []