Umpatan Jangan Menyerang Kekurangan Fisik

Ironis, bangsa yang selalu menyebut diri berbudaya dan beragama tapi dalam kehidupan sehari-hari diwarnai dengan umpatan nama-nama binatang
Ilustrasi (Sumber: abc.net.au)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

TAGAR.id - Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar seseorang menyebut nama-nama penghuni kebun binatang dengan amarah dan emosi sebagai umpatan di berbagai kesempatan dan tempat. Di jalan raya, di tempat kerja, di rumah, di lingkungan, instansi dan institusi selain nama-nama binatang juga sering terdengar menyebut setan, iblis, dll.

Umpatan sudah membawa petaka bagi negeri ini yang memicu kerusuhan di beberapa tempat, terutama di Papua dan Papua Barat (19/8/2019). Kerusuhan itu akibat dari umpatan terhadap saudara kita mahasiswa Papua di asrama mereka di Surabaya (17/8/2019). Warga Papua menolak umpatan “monyet” dari aparat. 

Dekadensi Moral

Belakangan media sosial pun jadi tempat untuk meneriakkan umpatan, cacian, ejekan, ujaran kebencian, fitnah, dll. dengan menyebut nama binatang, setan, bahkan, maaf, nama-nama bagian tubuh yang tidak pantas disebut. Selain itu juga menyebutkan kekurangan tubuh (fisik) sebagai ejekan.

Agaknya, kebiasaan mengumpat sudah ‘built-in’ dengan kehidupan sebagian besar dari kita. Ini merupakan realitas sosial di social settings yang sangat ironis jika dikaitkan dengan aspek budaya dan agama. Apalagi kita selalu menyebut sebagai bangsa yang berbudaya, beradab dan beragama.

Dalam norma kehidupan ada larangan mengumpat, mencaci, mengejek, menyeru ujaran kebencian dan memfitnah. Ini diperkuat lagi dengan norma agama yang juga sangat melarang perbuatan mengumpat apalagi dengan kata-kata yang jorok dan kotor.

Amarah dengan umpatan nama-nama binatang dan bagian-bagian tubuh yang tidak pantas disebut menunjukkan dekadensi moral yang sudah melanda bangsa ini. Bahkan, dalam kegiatan keagamaan pun umpatan juga sering terdengar. 

Umpatan yang dilontarkan pemegang otoritas di sebuah instansi atau institusi yaitu atasan terhadap bawahan jadi bagian dari ‘pembenaran’ pemakaian umpatan sebagai wujud kemarahan, kekesalan, kekecewaan dan kejengkelan di masyarakat. Bawahan yang disemprot dengan umpatan nama-nama binatang akan melakukan hal yang sama kepada ‘bawahan’-nya. Selanjutnya juga bisa dilakukan terhadap ‘bawahan’ lain, seperti istri dan anak-anak di rumah.

Naked power” (kekuatan atau kekuasaan telanjang) jadi bagian dari posisi atasan-bawahan dalam melontarkan umpatan. Karena merasa secara hirarkis atau fisik lebih kuat, maka dengan mudah melontarkan umpatan.

Menyerang Fisik

Umpatan yang memakai nama-nama binatang tidak terkait dengan ciri-ciri fisik karena satu umpatan bisa dilontarkan kepada orang yang berbeda ciri-ciri fisiknya.

[Klik juga: 'Monyet' Sebagai Umpatan Tidak Otomatis Terkait Ras]

Umpatan yang bisa dikaitkan dengan fisik jika menyebutkan ciri-ciri tubuh atau kekurangan tubuh. Misalnya, maaf, ‘pincang’ pada orang-orang yang disabilitas sehingga cara berjalannya pincang. Menyebut pesek, gendut, dst.

Ada pula umpatan bodoh, goblok, bego, dll. yang ditujukan kepada orang yang dianggap tidak pintar. Tentu saja ini subjektif karena memakai ukuran moralitas diri sendiri.

Reaksi kaget, jengkel, kecewa, dll. bisa ditanggapi dengan cara-cara yang bermoral bahkan agamis. Kita sering mendengar ‘My God’ sebagai ucapan kekecewaan, kekaguman, dll. di film-film Hollywood. Dalam ajaran agama Islam juga ada ucapan ‘astagafirullah’, ‘Masya Allah’, nauzubillah, dll. Begitu juga di agama Kristen ada ucapan ‘Yesus’ sebagai ungkapan reaksi terhadap berbagai hal.

Sudah saat dunia pendidikan formal memberikan pencerahan kepada murid-murid agar tidak mengumpat dengan menyebutkan nama-nama binatang dan memilih memakai kata atau ujaran yang sifatnya meredam amarah. 

Begitu juga dengan lingkungan keluarga agar orang tua dan kerabat yang ada di lingkungan keluarga untuk tidak memakai umpatan jika terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan. (dipublikasikan pertama kali di Tagar.id pada 27 Agustus 2019). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Pemain Diejek Rasis Beri Kemenangan Pertama Chelsea
Pemain muda Chelsea Tammy Abraham dan Mason Mount mengantarkan tim menang 3-2 atas Norwich City di Liga Premier Inggris, Sabtu 24 Agustus 2019.
Cerita Gubernur Jateng Ketika Diejek Sutopo
Gubernur Jawa tengah Ganjar Pranowo menceritakan kisahnya bersama teman baik yang juga humas BNPB, almarhum Sutopo Purwonugroho.
Dakwah Mengejek, PKB Menasihati Ustaz Abdul Somad
Dewan Syura DPP PKB Maman Imanulhaq menasihati dakwah Ustaz Abdul Somad yang ia nilai tidak berdasarkan argumen, justru mengejek.